Sabtu, 12 Desember 2009

Cinta Gadis Kecil itu...

Ini hanya cerita tentang seorang gadis kecil yang terlalu cepat menemukan cintanya. Gadis kecil yang belajar terlalu cepat tentang takdirnya. Ketika gadis kecil lainnya baru mengerti cinta pada orang tua dan keluarganya, gadis ini telah memenuhi hatinya dengan cinta yang lain.



Keluguannya…. Mengharuskannya untuk menyampul cintanya dengan baik. Tak ada yang tahu cerita tentang cinta itu. Tapi hampir semua bisa merasakan getaran cinta yang setiap hari berpedar dari dirinya. Semua dapat melihat dari matanya, betapa dia sedang jatuh cinta. Maka jadilah dia gadis manis yang penuh dengan cinta.



Gadis kecil itu tidak pernah tahu bagaimana cinta itu tumbuh subur dalam hatinya. Tapi dia juga tidak pernah ingin tahu kenapa dan mengapa cinta itu harus ada. Yang dia tahu cinta itu telah mengajarkannya banyak hal padanya. Dengan cinta itu dia mengenal dan memahami cinta dalam ketiadaan. Bukankah kita mencintai Tuhan dan RosulNya juga dalam ketiadaan. Tanpa pernah bertemu dan melihatnya. Gadis itu bilang, “Seperti itulah cintaku. Sangat terasa keberadaanya walau tak pernah kukenali wujudnya. Aku akan tetap memelihara cinta ini, karena dia telah mengajariku mengimani yang gaib , seperti aku mempercayainya dalam ketiadaan”.



Mungkin gadis itu telah bersalah, karena terlalu mengagungkan cintanya. Tapi dia merasa, cinta itulah yang telah mengisi setengah dari kepribadiannya. Dan diyakininya, bahwa cinta itulah yang membuatnya bersinar.



Kerena tidak ada yang dia lakukan, dia ucapkan dan dia sentuh kecuali dengan penuh cinta. Dia punya sumber cinta gaib yang selalu memenuhi hatinya dengan berbagai bentuk cinta yang suci dan indah. “Kemakmuran Cinta”....mungkin adalah istilah yang dapat dipakai untuk menggambarkannya. Gadis kecil itu tidak pernah kehabisan stok cinta untuk dibagikan pada siapapun yang berhak menerimanya. Senyumnya.... sentuhannya.....laku tubuhnya....semua adalah gambaran tentang betapa indahnya cinta.



Setelah perpuluh-puluh tahun, jiwa gadis kecil itu kini terperangkap dalam sosok wanita dewasa. Tapi senyumnya yang penuh cinta, masih sama dengan senyumnya berpuluh-puluh tahun yang lalu.



Kini mereka mnyebutnya dengan “Mengambil manfaat dari Cinta”. Cinta adalah sumber dari tindakannya. Cinta adalah ketenangan dan kebahagiaan dalam rumah dan keluarganya. Cintanya adalah harapan dari berpuluh-puluh anak asuhnya. Cintanya adalah simbul dari keberhasilan usahanya.



Jadi haruskan dia disalahkan untuk cinta yang tidak pernah melahirkan apapun kecuali niat baik.

Jadi haruskah dia meminta maaf untuk cinta yang telah banyak membahagiakan banyak orang karena ketulusan sinarnya.



Di akhir surat pada Tuhannya, gadis kecil itu menuliskan : “Cinta ini diluar kendaliku. Yang kutahu cinta ini bermuara kepada CintaMu. Tapi kupersembahkan perwujudannya sebagai bentuk pengabdian dan cintaku padaMu.

Minggu, 18 Oktober 2009

saya + TUHAN = CUKUP

Dikutip dari Mario Teguh Golden Ways (Metro TV, 4 Oktober 2009, 19.05–20.00 WIB)

Cukuplah Tuhan menjadi penolong kita.
Apapun yang kita inginkan untuk menjadi diri kita, adalah hadiah bagi kebaikan kehidupan sesama.
Cukuplah Tuhan sebagai tempat meminta modal yang kita butuhkan,
meminta ilmu bagi keahlian yang kita perlukan
dan meminta pemeliharaan bagi kelancaran yang kita harapkan.

Tuhan Maha Mengetahui, maka Tuhan akan memudahkan rezeki bagi kita, ketika beliau mengetahui bahwa kita akan tetap menjadi pribadi yang anggun dan penuh kasih, saat Tuhan memuliakan kita dengan pendapatan yang besar, pangkat yang tinggi, dan pengaruh yang luas.

Maka, marilah kita menyiapkan diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, saat Tuhan menurunkan jawaban bagi semua harapan, permintaan, dan doa-doa kita.

Doa adalah permintaan dengan nilai jawab yang tertinggi.

Karena,
doa disampaikan kepada Tuhan,
dan Tuhan adalah Yang Maha Kaya, Yang Maha Pengasih, dan Yang Maha Mendengarkan permintaan.

Dalam gagu pikiran dan bahasa, ketaatan kepada Tuhan mungkin bersuara dengan urutan seperti ini:

Kita diperintahkan berdoa.
Saat kita berdoa, Tuhan mendengar.
Tuhan tidak akan mengabaikan apa yang didengar-Nya.
Tuhan akan selalu memberi yang kita minta.
Tuhan Maha Adil.
Tuhan harus mendahulukan yang lebih pantas untuk didahulukan jawaban bagi permintaannya.
Yang lebih pantas karena keadaannya dan karena perbuatan baiknya, akan didahulukan.
Yang belum didahulukan, akan diberitahu melalui hatinya, melalui orang lain, dan melalui keadaan dan kejadian – agar dia memperbaiki kepantasan untuk didahulukan.
Yang sudah diberitahu tetapi lambat memperbaiki diri – akan dibantu mempercepat perbaikan diri dengan cara-cara yang kehebatan dari kekhususan-nya hanya berada dalam kewenangan kecerdasan Tuhan.

Maka, apakah masih mampu bagi kita untuk meragukan bahwa setiap jiwa dari kita SELALU berada dalam perhatian penuh kasih dari Tuhan yang sangat mengasihi kita.

Jika kita tidak memerlukan pengingatan yang lebih keras dari yang lembut, maka kita hanya akan diingatkan dengan kelembutan.

Jika ada orang yang hanya mau mengerti hanya setelah dikasari, maka dia tidak boleh heran jika hidup ini seolah berlaku kasar hanya kepadanya.

Kita disebut patuh kepada Tuhan, jika setelah penerimaan kita atas keberadaan Tuhan dan kekuasaan-Nya dalam kehidupan ini, kita menyegerakan diri untuk berlaku baik kepada diri sendiri, keluarga, dan kepada sesama.

Marilah kita mendaya-gunakan formula yang mengundang campur tangan Tuhan bagi kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan hidup kita.

Saya + Tuhan = Cukup .......

Tidak ada rasa yang lebih damai daripada itu,

tidak ada kegembiraan yang lebih indah,

tidak ada keberanian yang lebih utuh,

tidak ada upaya yang lebih menjanjikan,

tidak ada perjalanan yang lebih aman,

tidak ada kebersamaan yang lebih harmonis,

dan

tidak ada kehidupan yang lebih mulia
daripada yang bisa dibangun dengan formula itu.

Saya + Tuhan = Cukup

Apa lagi kah yang lebih mencukupkan kita selain Tuhan?

Marilah kita menjadi pribadi yang lebih menurut kepada Tuhan.

Bukankah akan indah sekali kehidupan ini, jika Tuhan menuruti semua permintaan kita?


Mario Teguh

Sabtu, 17 Oktober 2009

SINGGASANA j i w a

Pernahkah anda bertanya tentang perasaan hati: benci, cinta dan marah. Apakah anda pernah merencanakan perasaan itu sebelumnya. Ketika ada hal atau perkataan orang lain yang menyinggung anda, kenapa tiba-tiba saja timbul rasa marah didalam hati. Tetapi ketika melihat senyum manis seorang gadis kecil, tiba-tiba ada rasa bahagia yang menyelinap. Kenapa kita seolah-olah tidak dapat mengendalikan perasaan hati kita. Rasa marah berganti senyum, rasa benci berubah menjadi cinta, rasa gundah berubah menjadi syukur dan juga sebaliknya. Semua rasa berganti-ganti setiap saat mengikuti alur jiwa kita.

Diperlukan upaya untuk menimbulkan keinginan berbuat baik, ikhlas dan khusyu. Tetapi terkadang untuk marah, tersinggung, iri, dengki, ujub dan riya,,,, seolah-olah hadir dalam hati kita tanpa daya upaya. Itulah mungkin yang disebut tarikan hati/jiwa. Hati yang terbiasa dalam kebaikan, akan lebih mudah beradaptasi dengan segala rasa yang baik. Sedang hati yang terbiasa dibiarkan lepas dalam kemungkaran, akan lebih menikmati keadaan yang serupa.

Coba kita lihat firman Allah dalam Asy Syam 7-9 : ” Demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan (jalan) ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya”.

Inilah potensi yang ada pada jiwa manusia, yaitu ilham kejahatan dan ilham ketaqwaan. Sehingga ilham masuk ke dalam hati dengan cepat tanpa melalui proses berfikir. Jiwa yang mendapatkan ilham ketaqwaan akan lebih mudah untuk melakukan kebaikan, tidak perlu bersusah payah dan memaksa dirinya untuk melakukan perbuatan baik itu. Di sisi lain, potensi kejahatan dapat juga muncul di dalam jiwa, begitu saja tanpa melalui proses berfikir. Kedua potensi itu muncul silih berganti, tanpa beban apapun. Intuisi marah atau cinta mengelorakan hati dan mendesak raga untuk melampiaskannya tanpa kita undang kehadirannya. Kadang bukan rasa itu yang kita inginkan, tapi rasa itu menelusup ke dalam relung hati yang dalam dan kita hanya dapat mengikutinya. Potensi jiwa yang jahat dan jiwa yang dirahmati Allah....keduanya bisa saling bersaing menempati ”singgasana jiwa” untuk menjadi penguasa yang akan mengendalikan kehidupan kita. (*)

Al Qur’an menegaskan bahwa fitrah diri manusia adalah kecenderungan menuju kepada kebaikan (keimanan) dan penolakan terhadap tindak kejahatan dan kedurhakaan. Lima puluh tahun sebelum kelahiran kita, jiwa kita telah melakukan ikrarnya untuk taat kepada penciptanya. Karena itu jiwa kita telah lebih dahulu mendapatkan ilham ketaatan yang murni langsung dari Ilahnya. Jiwa kita adalah satu-satunya bagian dari diri kita yang telah menyatakan keimanannya sebelum raga kita mengerti dan mengikutinya. Oleh karena itu kesempurnaan beragamanya tubuh akan dapat dicapai jika kita mau mengikuti kejujuran hati didalam menerima intuisi batinnya sendiri. Karena jiwa memiliki potensi kefitrahan yang seirama dengan firman Allah.

Perbuatan dosa, pelanggaran dan kemungkaran adalah suatu yang aksidental dan tidak ada hubungan dengan sifat alamiah dasar jiwa. Tindakan ini merupakan tindak kekerasan terhadap fitrah atau misorientasi serta kemrosotan insting, yang tidak hanya menyebabkan penyakit kejiwaan namun juga menghalangi kemerdekaan jiwanya sendiri.

Banyak sekali ayat-ayat dalam Al Quran yang memberikan gambaran jiwa manusia yang telah mendapatkan rasa keimanan dan rasa kemungkaran. Tidak selamanya jiwa berada dalam ilham ketaqwaan. Adakalanya ada dorongan besar yang datang dari jiwa untuk melakukan suatu hal yang tidak baik. Gambaran ini dipertegas dalam Al Quran melalui kisah Nabi Yusuf ketika mengalami konflik kejiwaan karena bujuk rayu Zulaiha. Hampir saja Yusuf tidak dapat menahan gejolak yang ada di dalam hatinya. Sehingga ia datang bersimpuh dan memohon perlindungan kepada Tuhannya yang selalu mengawasi bathinnya. ” Ya Allah, tidak akan kubiarkan nafsuku ini untuk berbuat curang. Aku tidak kuasa dengan dorongannya yang begitu dahsyat, kecuali Engkau merahmati nafsuku ini”.

Entah dari mana dan dengan cara apa,,,, tiba-tiba hatinya menjadi tenang, damai dan tercerahkan. Tidak ada lagi gejolak jiwa yang meronta-ronta, sehingga Yusuf pun tidak perlu bersusah payah menahan diri. Jiwanya telah mendapatkan pencerahan dari Tuhannya, sehingga muncul jiwa yang dirahmati. Kerena Yusuf telah menyerahkan dirinya kepada Allah dari perbuatan aniaya.

”Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” ( QS: Yusuf :53)

Itulah jiwa. Jiwa adalah dirinya sendiri. Bukan kita yang mengendalikan jiwa....tapi kita berada dibawah kendali jiwa. Tidak akan ada yang bisa memenangkan pertarungan dengan jiwanya. Jika kita menentang jiwa.....maka jiwa akan menunjukkan pemberontakannya. Dalam pertentangan dengan jiwa, tubuh mengalami penahanan diri yang akan berakibat negatif, yaitu penumpukan zat adrenalin yang dapat meningkatkan kemarahan dan juga depresi. Karena itu tidak ada hal logis yang dapat kita lakukan terhadap jiwa kecuali...... BERSAHABAT DAN JANGAN PERNAH MELEPASKAN JIWA DARI ILLAHNYA.



Salam.....Feb Amni

(NB : hehe...maafan saya, jika bahasa dalam tulisan ini terasa agak berat. Karena dengan topik seberat jiwa, seakan tak ada kata yang dapat disederhanakan.)


* = Berguru pada Allah, Abu Sangkan

SYUKUR....

اًحِلاَص َلَمْعَأ ْنَأَو ّيَدِلاَو ىَلَعَو ّيَلَع َتْمَعْنَأ يِتّلا َكَتَمْعِن َرُكْشَأ ْنَأ يِنْعِزْوَأ ّبَر َيِحِلاّصلا َكِداَبِع يِف َكِتَمْحَرِب يِنْلِخْدَأَو ُهاَضْرَت
”"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". (Q.S. An-Naml : 19)

اًحِلاَص َلَمْعَأ ْنَأَو ّيَدِلاَو ىَلَعَو ّيَلَع َتْمَعْنَأ يِتّلا َكَتَمْعِن َرُكْشَأ ْنَأ يِنْعِزْوَأ ّبَر َيِمِلْسُمْلا َنِم يّنِإَو َكْيَلِإ ُتْبُت يّنِإ يِتّيّرُذ يِف يِل ْحِلْصَأَو ُهاَضْرَت
”"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni`mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (Q.S. Al-Ahqaf : 15)

Jumat, 18 September 2009

INGINku

Malam tadi, aku berdoa....
Tuhan aku inginkan sesuatu
Kemarin, akupun bersimpuh memohon ....
Ya rob, aku mengharapkannya.
Dua malam sebelumnyapun, kulakukan hal yang sama,
memanjatkan permohonan....
juga malam-malan sebelumnya.....

Setiap malam kutunggu doaku terjawab
Menunggu.....
dan inginku melelahkanku.

Kini......
kusadari...
Nikmatnya meleburkan inginku dalam inginMu

.....

Selasa, 08 September 2009

TeMAn

Teman.....
Andai kau lihat warnaku bersinar
menyilaukanmu.....
jangan pergi,
aku membutuhkanmu....
untuk mengingatkanku,
kapan aku berhenti, agar tak habis dayaku.

Andai suatu saat, kau dapati aku meredup....
remang-remang,
dengan nyala yang suram.
Mendekatlah......
aku butuh sinarmu.

Tetaplah menjadi temanku...
siapapun aku
Seperti apapun aku
Karena sinarmu, membantuku mengenali diriku sendiri.

.......

Jumat, 21 Agustus 2009

Khotbah Rasulullah Menyambut Ramadhan...

Sesudah menerima perintah ibadah puasa Ramadhan, Rasulullah saw berkhutbah di akhir bulan sya’ban kepada para sahabat-sahabatnya. Hadish ini berasal dari Salman Al Farisy ra dan diriwayatkan oleh Bukhari dalam sahihnya.

Wahai manusia! Sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya hari-hari yang utama, malam-malamnya malam-malam yang paling utama, dan saat-saatnya saat-saat yang paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu dihitung sebagai tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Tuhanmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membim-bingmu untuk melakukan puasa dan membaca kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini.

Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin.Muliakan orang yang lebih tua dari kamu, sayangi yang lebih muda, sambungkanlah tali persaudaraan, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal dipandang dan pendengaran dari apa yang tidak halal didengar. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.

Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu-waktu shalatmu karena itulahsaat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih sayang. Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketikamereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya dirimu tergadai oleh perbuatanmu, bebaskan dirimu dengan istighfarmu. Punggungmu berat oleh beban-bebanmu, ringankan dengan lamanya sujudmu.

Ketahuilah! Sesungguhnya Allah swt bersumpah dengan kemuliaan-Nya untuk tidak menyiksa orang-orang yang shalat dan orang-orang yang sujud, dan tidak mencampakkan mereka ke dalam api neraka pada hari manusia dibangkitkan menuju Tuhan alam semesta.

Wahai manusia! Barangsiapa di antara kamu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diampuni dosa-dosanya yang lalu.

Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, tidak semua kami mampu berbuat demikian”. Rasulullah saw bersabda: Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air, sesungguhnya Allah swt memberi pahala kepada orang yang beramal sekalipun sedikit, jika ia benar-benar tidak mampu melakukan lebih dari itu.”

Wahai manusia! Siapa yang memperindah akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati shirathal mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan beban pekerjaan pembantu dan pegawainya di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari Kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-
Nya. Barangsiapa yang memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan di bulan ini Allah akan menghubungkan dia dengan kasih sayang-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa yang memutuskan silaturrahim di bulan ini, Allah akan memutuskan ia dengan kasih sayang-Nya pada
hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunnat di bulan ini, Allah akan mencatat baginya kebebasan dari api neraka. Barang siapa melakukan shalat fardhu, baginya ganjaran 70 kali shalat fardhu di bulan yang lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa membaca satu
ayat al-Quran di bulan ini, ganjarannya seperti mengkhatam al-Quran pada bulan lainnya.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mohonlah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Tuhanmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Aku berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?” Nabi saw menjawab: “Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan oleh Allah swt... (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah, hlm 79)

Sumber : FB Adam Gunawan

Rabu, 19 Agustus 2009

OTAK Vs KeNaNGan

Otak kita adalah salah satu dari berjuta-juta keajaiban yang ada di dalam tubuh kita. Otak tersusun dari hampir 10 milyar neuron sebagai unit pelaksana sistim syaraf, dalam luasan otak yang dapat dibilang tidak terhingga. Setiap kegiatan berfikir, secara sadar atau tidak akan membentuk rangkaian-rangkaian neuron baru. Setiap hari dapat dihasilkan berjuta-juta rangkaian baru, dari apa yang kita pelajari, kita ingat dan kita kenang.

Yang unik dari otak adalah setiap rangkaian neuron yang lama tidak digunakan, dalam periode tertentu secara otomatis akan terhapus dengan sendirinya. Kegiatan ini bisa diibaratkan seperti kegiatan petugas kebersihan. Karena itulah maka hal yang kita pelajari beberapa tahun yang lalu, banyak yang telah kita lupakan, jika saat ini kita tidak mempergunakannya lagi. Tetapi sesuatu yang sangat kita sukai, baik itu suatu pelajaran atau kejadian yang berkesan, akan senantiasa melekat dalam ingatan.

Karena itulah maka apa yang kita kenang tentang masa lalu lebih banyak menggisahkan tentang suka cita dan kebahagiaan. Karena sebenarnya otak akan menyuguhkan beberapa kenangan secara berkala sebagai lintasan pikiran. Secara bawah sadar, kita lebih menyukai kenangan-kenangan yang indah, dibandingkan kenangan yang buruk. Maka otak akan merespon permintaan kita dengan menghapus beberapa rangkaian neuron yang berisi kenangan yang menyakitkan. Karena itulah maka kita sering menyebutkan bahwa ”Waktu dapat menyembuhkan luka”. Semakin sering kenangan itu melintas dalam ingatan, maka akan terjadi lagi sensor otomatis terhadap kenangan-kenangan yang tidak diinginkan.

Tapi ada pada sebagian orang, yang menyimpan kenangan buruknya hampir seumur hidupnya. Ini bukanlah kegiatan alamiah dari otak, tapi kegiatan perlawanan secara individual. Dia secara sadar, tidak mengijinkan sistim dalam tubuhnya menolongnya untuk menghapus kenangannya.

Jadi mungkin apa yang kita kenang pada masa sekarang tentang masa lalu, sebenarnya adalah tidak seindah kenangan itu. Tapi kita telah diberi kesempatan berulang-ulang oleh otak untuk mengedit moment-moment yang tidak kita suka, menjadi lebih serasi dan nyaman untuk diingat.

Seperti apa yang saya alami pada masa awal pernikahan saya. Sekarang saya menyebutnya sebagai ”kenangan manis”. Tapi saya yakin, kenyataan di masa itu tidaklah semanis yang saya ingat dan saya kenang sekarang. Bagaimana bisa disebut manis jika hampir setiap hari saya harus menglajo dari Pamulang-Bogor,, bahkan sampai saat saya sudah hamil besar sekalipun. Walaupun sudah menikah dan kemudian hamil, saya tidak pernah mengajukan cuti kuliah. Saya tidak dapat lagi membayangkan bagaimana repotnya saya menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi, sambil mengasuh anak pertama saya yang hiperaktif.

Tapi saat ini, tidak ada lagi kenangan tentang kerumitan, kelelahan, atau mungkin amarah dan kenangan-kenangan suram lainnya. Yang tersisa hanya kenangan betapa banyaknya saya memperoleh dukungan moral dan bantuan nyata dari teman-teman, kerabat dan para dosen. Saya masih ingat dengan jelas, bagaimana anak-anak murid mengaji saya dan teman-teman secara bergantian menjaga bayi saya. Setiap mengenang masa-masa itu, selalu ada senyum dalam cinta yang meluap-luap. Mengingat betapa banyak orang yang telah ikut serta mengukirkan kasih sayangnya dalam kehidupan saya.

Hmmm......begitulah sebuah kenangan jika dibicarakan secara ilmiah. Mudah-mudahan bisa menyadarkan kita...bahwa begitu sayangnya Allah kepada makhluknya. Sampai hal-hal kecil, berupa kenangan masa lalupun tidak diijinkanNya untuk selalu menyakiti seorang hamba.

”Lupa dan angan-angan adalah dua nikmat yang besar bagi anak adam. Seandainya bukan karena kedua nikmat itu, niscaya kaum muslimin tidak berjalan di jalan-jalan”. ( Al-Hasan)


Salam,,, Feb Amni

Sabtu, 15 Agustus 2009

penCITRAan

Ketika pertama kali memasuki dunia industri ini, kami memasuki dunia yang sangat abu-abu. Tidak ada yang benar-benar putih dan tidak ada yang benar-benar hitam. Benar dan salah sangat tidak jelas perbedaannya. Karena itu sejak awal kami bertekad, sesulit apapun, kami akan menanamkan pencitraan sebagai perusahaan yang berani untuk menjadi putih. Walau sulit, kami tetap yakin bahwa menjadi berbeda akan sangat terlihat indah pada waktunya. Beberapa marketing, sudah menyerah kalah....tidak tahan terhadap godaan untuk ikut menjadi abu-abu. Dan kami hanya dapat berkata, warna kami adalah warna kami, warnamu adalah warnamu.

Pencitraan ini adalah tantangan yang saat ini sebenarnya sudah mulai dapat menjadi tanda pengenal bagi perusahaan kami. Apalagi ditambah dengan, kamilah satu-satunya perusahaan dalam bidang yang sama yang pemiliknya adalah muslim. Akhirnya untuk menetapkan penerimaan karyawanpun, kami akan sangat peduli dengan warna mereka. Kadang kemampuan, malah bukan menjadi tolok ukur utama. Laboran handalan kami adalah anak muda yang belum siap pakai pada saat kami merekrutnya. Butuh enam bulan untuk mempersiapkannya. Tapi sekarang saya bisa berkata ”Saya bertanggung jawab penuh terhadap kesalahan yang dia perbuat.” Karena saya yakin dengan hasil kerja dan dedikasinya dalam melakukan pekerjaannya.

Beberapa bulan yang lalu, ada sebuah komplain yang sangat mengejutkan. Custumer kami (pabrik A) bilang bahwa, ”Edi coating ibu, encer, sepertinya dioplos dengan air. Kami minta diganti”. Kami coba recek ke lapangan. Ternyata hari itu, adalah hari yang sangat berat untuk bagian pengantaran ke arah barat. Ada 5 tempat, dengan total hampir 3 ton barang yang harus diantar dalam sehari. Sebenarnya kami telah menetapkan prosedur pengantaran yang cukup rinci. Cek dan recek barang yang diantar termasuk untuk mengukur kadar kekentalannya. Serta tandatangan penerima sebagai kesepakatan bahwa barang telah diterima dengan baik.

Rupanya hari itu ada prosedur yang terlewati, tidak dilakukan cek bersama antara pengantar dan penerima. Tapi untuk dugaan pengoplosan....kami sangat yakin bahwa staff kami tidak akan melakukannya. Sebenarnya terbersit kecurigaan bahwa ada tindak kecurangan dibagian gudang penerima. Sempat pula terfikir untuk mengkasuskan masalah ini. Tapi akhirnya setelah komunikasi panjang lebar dengan owner pabrik, kami memilih cara damai. Kami putuskan untuk mengganti barang yang sudah diantar dengan drum baru yang masih tersegel (200 lt, @ rp 60.000/lt), dengan jaminan bahwa pihak pabrik juga akan terus mengusut dugaan kasus kecurangan ini.

Maka saya ingat pesan paman saya bahwa, “Rejeki itu seperti aliran air. Air yang keluar, tidak selalu dapat diharapkan masuk kembali dari lubang yang sama. Tetapi setiap lubang selalu akan mendapat aliran air dari tempat yang lebih tinggi”.

Itu adalah salah satu harga yang harus dibayar untuk sebuah pencitraan. Dan hari ini, kembali Allah sedang mengajari saya hal yang sama, "Pencitraan" dengan cara yang berbeda. Kemarin, saya membayar pencitraan diri saya sendiri, dengan gelisah dan kegundahan. Hal itu disebabkan karena blog saya yang tidak populer ini….tiba-tiba terhubung dengan sebuah blog yang kurang santun (blog B). Karena kegagapan saya di bidang IT, hanya dengan modal keberanian coba-coba saya membuka blog ini. Saya sering menjelajahi beberapa blog dengan cara hanya mengklik “next blog” di sudut kiri atas. Beberapa blog sempet saya kunjungi, sebagian besar hanya sebatas halaman depan.

Saya kurang faham, apa yang terjadi, saya hanya tahu bahwa terdapat kesamaan entri judul pada tanggal yang sama antara blog saya dan blog B. Tapi sekarang untuk pencarian dengan goole atas nama saya, maka akan muncul koneksi antara blog saya dan blog B yang kurang santun itu. Hiiiii .... hati saya sempat panas, karena data tersebut sungguh mencoreng pencitraan yang telah saya bangun berpuluh-puluh tahun. Belum lagi, mengingat bahwa blog saya juga sering dikunjungi oleh teman-teman anak saya dan murid-murid keputrian saya.

Saya belum tahu apa yang harus saya lakukan. Yang saya tahu hanya bahwa, ”Allah akan terus memberi pelajaran pada saya untuk masalah pencitraan ini. Sampai saya benar-benar memahami bahwa "CITRA bukanlah apa yang dikatakan orang lain tentang kita. Tapi CITRA adalah apa yang kita lakukan untuk membangun diri kita sendiri”.


Salam,, Feb Amni

Sabtu, 08 Agustus 2009

Datanglah....

Pada saat hatiku membatu dan jiwaku
terberangus pada saat itulah kunantikan
kedatanganMu
Datanglah dan guyurilah jiwaku
dengan hujan RahmatMu

Pada saat segala sesuatu yang indah
lenyap dari kehidupan,
datanglah dan berkahilah hidupku.

Pada saat keramaian dan kesibukan dunia
menjauhkan aku dariMu
datanglah ....
berkahi aku dengan kedamaian dan
ketentraman....

Pada saat hati yang miskin ini kehilangan
saudaranya dan menyepi di salah satu sudut kehidupan
datanglah dengan segala kemuliaanMu.

Ketika keinginan duniawi membutakan
pikiranku, menidurkan aku dan menutupi
pandanganku dengan awan ketidaksadaran
datanglah dalam hidupku.

Engkau yang Maha Suci,
Yang Maha Sadar dan selalu Terjaga
datanglah dengan CahayaMu.

NN

RAJA atau BUDAK

Pada kunjungannya ke India, Alexander Agung sangat terkesan dengan ketenangan dan ilmu-ilmu meditasi yang dimiliki oleh para Yogi. Karena itu dia bertekad untuk membawa pulang seorang Yogi untuk mengajarkan ilmunya di negaranya. Maka pada suatu hari ditemuilah seorang Yogi, “ Apakah anda berkenan ikut saya ke Yunani? Saya akan memberi anda pembantu dan memenuhi segala keperluan saudara.”
“Saya tidak punya keinginan. Saya tidak perlu pembantu dan saya tidak ingin ke Yunani”, ucap sang Yogi.

Penolakan tegas semacam itu mengejutkan Alexander. Dengan kesal, diacungkannya pedang sambil berkata, ”Tahukah kamu, bahwa aku bisa membunuhmu. Aku ini Alexander yang telah menaklukkan dunia”. Dengan tetap tenang dan tersenyum yang Yogi berkata, “Anda tidak bisa membunuh saya, karena badan ini hanyalah pakaian bagi jiwa saya. Dan anda bukanlah penaknuk dunia. Anda hanyalah sekedar pelayan dari budak saya”.
Alexander semakin marah, tapi juga bingung dengan keberanian sang Yogi. “Apa maksudmu ?, bentak Alexander.
Sang Yogi melanjutkan, “Kemarahan adalah budak saya. Saya telah menaklukkannya. Tapi anda begitu mudah dipengaruhi dan diperbudak olehnya. Jadi layaklah jika saya sebut anda sebagai pelayan budak saya”.

Nah,, jadi kitalah sebenarnya yang dapat menentukan kedudukan kita, mau jadi RAJA atau jadi BUDAK. Kitalah penguasa dari singggasana jiwa, yang selayaknya selalu diduduki oleh naluri kebaikan alami yang ada dalam diri kita. Perebutan singgasana jiwa ini, tidak akan pernah berhenti. Segala bentuk makar dari amarah, hawa nafsu, iri, dengki, sombong, takabur, keputusasaan dan keraguan tidak akan pernah berakhir. Tetaplah jadi RAJA yang berkuasa mengendalikan diri dan jiwa. Menyerah,, artinya menyerahkan kekuasaaan dan bersedia menjadi BUDAK.

"Orang yang kuat itu bukan diukur dengan keperkasaan fisik melainkan yang mampu mengendalikan hawa nafsunya pada saat marah" (Bukhori, Muslim)


Salam,, Feb Amni

TeMan KhaYaL

Anak saya yang kedua, Algi, punya teman khayal. Saya baru tahu kalau dia punya temen khayal pada saat dia sudah duduk di bangku TK. Yang Saya tahu dari anakku yang satu ini bahwa dia adalah anak super manis, tidak hanya raut wajahnya tapi juga semua tindak tanduknya. Ditengah kekalangkabutan saya dengan kehiperaktifan kakaknya, Si Algi selalu memberi kita sentuhan-sentuhan kesejukan dengan senyum dan perhatiannya.

Algi mempunyai kemampuan sosial yang boleh dibilang diatas rata-rata. Setiap ada saudara datang, maka dia yang pertama kali menyambut dengan senyum manisnya. Dari umur 5 tahun Algi sudah terbiasa menawarkan bantuan untuk orang-orang disekitarnya. Saya ingat waktu kelas 1 SD, dengan uang sakunya yang cuma seribu rupiah, dia bisa menolong beberapa orang yang menangis di kelas karena ditinggal oleh ibu-ibunya. Maklum baru penyesuaian di bangku SD. Setiap kali saya tanya, “Tadi jajan apa, Nak ?”. “Ndak jajan, mama karena di kelasku ada anak yang nangis. Jadi aku kasih aja uangku supaya dia ndak nangis lagi.” Atau kadang dia bilang “ Aku beli permen untuk dikasih ke temen-temen yang nggak bawa bekal”.

Kadang saya berpikir inilah yang disebut “Allah menguji kita sesuai dengan kemampuan kita”. Algi adalah semua kebalikan dari sang kakak. Coba bayangkan sejak umur 3 tahun dia sudah mulai bisa mandiri. Begitu mudahnya merawat Algi. Makan bisa dia lakukan sendiri, memilih baju dan keperluan tetek bengek lainnya bisa dia tangani di usia yang masih balita. Dan ketika sudah duduk di kelas 3 SD, jadwal hariannya juga membuat saya terkagum-kagum. Anak sekecil itu sudah bisa bangun malam untuk meneruskan mengerjakan PRnya atau sekedar membaca buku yang terlewatkan di siang hari. Terkadang dilanjutkan dengan mengikuti kami sholat malam. Algi juga mengambil alih tugas pengasuhan saya kepada sang adik hampir 30 %. Dari mulai mengawasi PR adik, mengawasi makan siang adik di sekolah, mengontrol sholat adik dan menemani adik di setiap kesempatan. Subhanallah…Algi adalah gambaran ideal seorang anak….Alhamdulillah.

Algi dengan teman khayalnya bisa bermain berjam-jam dengan atau tanpa teman dengan asyiknya. Algi yang emosinya sangat stabil seolah-olah ada yang membisiki dirinya dengan kalimat-kalimat yang menyejukkan hati. Algi yang selalu tergerak untuk berbuat baik kepada orang disekitarnya. Kebaikan yang dilakukan Algi, terkadang seolah-olah tidak mungkin keluar dari nalar seorang anak kecil. Seperti ada yang selalu membisikinya ide-ide hebat untuk melakukan hal-hal baik. Algi yang selalu tenang, dan gembira dengan dirinya sendiri.

Pada saat TK, saya pernah melihat Algi asyik mewarnai sebuah gambar di teras belakang rumah. Pada saat menjelang magrib, hujan lebat dan petir sahut menyahut. Kakaknya sudah sibuk dengan bunyi-bunyian yang hiruk pikuk, untuk mendramatisir situasi supaya semakin gaduh. Algi tetap bahagia dengan dirinya sendiri.

Setelah memberi pengertian sedikit kepada sang kakak untuk meredam gejolak hatinya, saya mencoba mendekati Algi. ” Sedang apa, sayang?”. ” Mewarnai ini, Ma. Tapi yang sebelah sini yang mewarnai temenku”, katanya. Deg.....ditengah suasana yang mulai temaram dan soundtrack suara petir yang memekakkan telinga.....jawaban algi membuat merinding bulu kuduk saya.
”Temennya dimana sekarang?” tanya saya.
”Ada Ma....tapi dia nggak mau ketemu mama”, jawab Algi.

Saya tidak lanjutkan pertanyaan saya. Kepala saya sudah terasa tidak nyaman. Lebih baik segera saya bawa masuk anak manis saya ke dalam rumah.

Sejak kejadian itu saya tidak pernah ungkit-ungkit lagi keberadaan temen khayal si Algi. Tapi tetap dalam pantauan dan pengawasan saya. Khawatir ada hal-hal aneh yang terjadi. Tapi beberapa tahun lalu saya pernah tanyakan ke Algi,...... tapi dia sudah lupa katanya.

Saya hanya sekedar penasaran saja membanding-bandingkan Algi dengan diri saya. Yang terpikir oleh saya apa bedanya temen khayal Algi dan temen khayal saya. Sejak saya pertama kali mengenal rasa gundah, saya secara sadar menggangkat salah satu sosok sebagai teman khayal saya. Dia adalah sosok yang saya ciptakan dalam imaginasi saya untuk selalu menghibur dan memberi dukungan pada saya. Sang sosok ini selalu berada di kubu saya, tidak pernah bersebrangan, tidak peduli apapun yang saya lakukan.

Dalam kondisi sesulit apapun, saya tidak pernah kehilangan senyum saya. Karena Sang Sosok akan berbisik pada saya ” Hai...you are a strong girl. Ayo tersenyum, tidak ada yang bisa kamu atasi dengan murung seperti itu”. Dan kalimatnya selalu mujarab. Saya selalu bisa membayangkan senyumnya dengan jelas. Dan selalu saya balas dengan senyum terindah yang saya miliki dan saya bagikan ke semua orang termasuk orang-orang yang menyakiti hati saya.

Ketika ada orang yang menjatuhkan mental saya, dengan kelakuan dan caci-makinya sekalipun.....saya masih bisa tersenyum. Karena Sang Sosok akan berbisik pada saya, ” It’s small thing, Lady. You are unbreakable. Duniamu tidak akan berubah dengan apa yang dia lakukan padamu”. Hooop, saya tanggap kalimatnya dengan jitu. Langsung masuk ke hati bagai tetes air madu ditengah dahaga.

Cintaku Membebaskanmu

Setiap hari banyak sekali waktu yang saya habiskan di beranda belakang rumah saya. Jika pagi, banyak sekali kupu-kupu cantik yang beterbangan di sela-sela daun dan bunga-bunga. Kicauan burung dengan berbagai macam rupa suara, juga terdengar lebih merdu, sambil memandang si empunya suara berkejar-kejaran diantara pepohonan. Mungkin inilah yang saya sebut dengan kecintaan.

Kecintaan pada sesuatu, seharusnya tidak membelenggunya, tapi membiarkannya bebas sebagai dirinya. Yang sering kita lakukan adalah berusaha untuk membelenggu kecintaan kita untuk dapat dipandang dan dinikmati sebelum dia benar-benar lenyap. Seperti seorang yang mempunyai jaring kupu-kupu. Dia berkata bahwa kupu-kupu adalah kecintaannya dan berburu kupu-kupu adalah hobynya. Sepanjang hari dia menikmati harinya dengan memburu kupu-kupu, menangkapnya, mengawetkanya dan memajangnya di dinding. Dan dia berkata pada teman-temannya “Lihatlah, aku selalu bersama dengan yang kucintai. Dia menghiasi dinding rumahku”.

Begitu pula dengan mereka yang mengaku sebagai pengemar kicauan burung. Dia membeli sangkar terindah dan menikmati kicauan burung yang terbelenggu. Dan berkata “Bernyanyilah burung, karena aku telah membeli kebebasanmu, untuk menjadi kecintaanku”.

Karena itu aku bilang pada anak keduaku yang harus berangkat ke pesantrennya hari ini “Jangan bersedih Nak, aku melepasmu, karena cinta ini membebaskanmu untuk menjadi dirimu sendiri. Membebaskan dirimu untuk mendapatkan pendidikan terbaik. Membebaskan dirimu untuk memandang yang engkau cintai dari kejauhan. Bukankah gunung, akan tampak lebih indah jika dipandang dari kejauhan ?. Cintai dan menikmatilah jarak ini. Karena dengan menyadari jarak ini, engkau bisa belajar bagaimana cara untuk mendekat.”


Salam,, Feb Amni

M A R A H

Hari itu, Ali RA sedang duduk bersama Rasul. Dan tiba-tiba datang seorang kafir Quraise membentak-bentak dan memaki-maki Ali dengan berbagai ungkapan dan kata-kata yang kasar. Pada awalnya Ali diam saja mendengar makian dan cacian tersebut. Semakin lama dibiarkan, Si Quraise bukannya mereda amarahnya, tapi malah bertambah kasar dan mulai menunjuk-nunjuk dan menghina Nabi SAW. Mendengar makian sudah mengarah ke arah Nabi, maka Ali spontan bangkit dan membalas makian orang Quraise tersebut. Tapi spontan pula Nabi berdiri meninggalkan Ali.

Setelah peristiwa itu, Ali segera menghampiri Nabi dan bertanya “Kenapa engkau meningggalkanku, ya Rosul. Padahal aku sedang membela engkau ?”.
Dan Nabi menjawab, “ Pada saat engkau dimaki-maki dan engkau sabar dan mendiamkannya, aku melihat ada 10 malaikat yang melindungimu dan memberkatimu. Tapi setelah engkau marah dan membalas makian mereka, maka malaikat itu pergi. Dan akupun pergi pula meninggalkanmu”.

Apa yang bisa diambil dari kisah ini.

Pertama : Menahan marah memang tidaklah mudah. Tapi dalam diam kita berada dalam lindungan dan keberkahan dari Allah dan para malaikatNya.

Kedua : Takutlah pada orang yang ketika kita marah dan memakinya dia diam saja. Bukan karena dia tak mampu membalas makian kita, tapi dia takut pada Tuhannya. Karena artinya kita tidak berhadapan dengan kekuatan manusia, yang seberapapun besarnya, masih setara dengan kekuatan kita. Karena kita sama-sama manusia. Tapi dengan diamnya, dia menyerahkan urusannya pada yang Maha Perkasa. Yang artinya pula bahwa kita telah dihadapkan dengan kekuatan langit yang tentu tidak sepadan dengan kekuatan kita sebagai mahluk bumi.

Nabi mengisyaratkannya pula dalam sebuah hadist " Barangsiapa yang dapat menahan amarah, pada saat ia mampu melakukan pembalasan dan melampiaskannya, maka Allah akan memenuhi hatinya dengan perasaan aman dan keimanan".

Mudah-mudahan dapat menjadi motivasi kita untuk tetap sabar dan dapat mengendalikan diri dalam marah.


Salam,, Feb Amni

WajahMu

Engkaulah jalan

Engkaulah pula tujuan

Keheningan milikMu
dan sesungguhnya keramaianpun punyaMu

Lalu,, mengapa aku tak menemukanMu
di tengah keramaian dunia ?

Adakah kesalahan di dalam diriku
hingga wajahMu tak terlihat olehku ?


NN

Jumat, 07 Agustus 2009

KeLEenTuRaN SikAP

Tak salah bila kita mengganggap ketangguhan otot, pendirian yang kuat serta kerasnya kemauan sangat berguna untuk mengatasi segala masalah yang dihadapi. Tak bisa dipungkiri juga diperlukan banyak melatih diri untuk semakin tangguh, kuat dan tegar.

Tetapi kita sering lupa bahwa pemecahan masalah tidak selalu diselesaikan dengan segala daya kekuatan. Melainkan cukup dengan sebuah kelenturan sikap. Mengapa demikian, karena memang tidak semua kenyataan dalam kehidupan ini sanggup dihadapi oleh kekuatan apapun yang kita miliki. Cukup dengan menerimanya, walau kadang tidak dapat memahaminya. Kelenturan sikap janganlah diartikan sebagai bentuk dari kelemahan. Melainkan sebuah kekuatan untuk menghadapi segala sesuatu sebagaimana ia apa adanya. Maka ada kalanya kita telah mengatasi masalah hanya dengan menerima masalah tersebut itu dengan ikhlas. Dan artinya kita telah menemukan setengah dari kebenaran lainnya.


NN

Senin, 27 Juli 2009

Kemarin, Hari ini dan HARI ESOK

Hari ini adalah hari esok yang saya cemaskan kemarin.
Dan hari ini ternyata begitu menyenangkan, sampai saya heran, mengapa saya mencemaskannya kemarin.
Karena itu, hari ini saya tak akan mencemaskan hari esok
Mungkin juga tak ada hari esok.
Jadi hari ini saya akan hidup seakan tak ada hari esok.
Dan saya akan melupakan hari lalu.

Hari ini adalah hari esok yang saya rencanakan kemarin.
Dan hampir semua rencana untuk hari ini tidak berjalan seperti yang saya pikirkan kemarin.
Jadi hari ini saya lupakan hari esok dan hanya buat rencana untuk hari ini.
Tapi tidak terlalu berat

Hari ini saya akan membahagiakan orang lain
Saya akan bilang kepada kekasih, betapa saya mencintainya.
Saya akan berhenti merencanakan hari esok dan berencana membuat hari ini sebagai hari terbaik dari hidup saya.

Hari ini adalah hari esok yang saya takutkan kemarin
Ternyata hari ini tak ada yang menakutkan
Karena itu, hari ini saya akan menghilangkan rasa tahut pada sesuatu yang belum diketahui.
Saya akan merangkul sesuatu yang tidak dihetahui sebagai pengalaman pembelajaran yang penuh dengan peluang yang menyenangkan.
Hari ini tak akan seperti kemarin, saya tak akan takut dengan esok.

Hari ini adalah hari esok yang saya impikan kemarin.
Dan sebagian dari impian yang impikan kemarin menjadi kenyataan hari ini.
Karena itu hari ini saya akan terus mimpi tentang hari esok.

Hari ini adalah hari esok dari kemarin dimana saya tetapkan tujuan-tujuan
Beberapa dari tujuan itu tercapai hari ini.
Karena itu hari ini saya akan menetapkan tujuan yang sedikit lebih tinggi untuk hari ini dan hari esok.
Dan jika hari esok seperti hari ini
Saya pasti akan bisa mencapai tujuan-tujuan saya di suatu hari nanti.

....(NN)

Minggu, 26 Juli 2009

Cawan Kehidupan

Sekelompok alumni dari sebuah perguruan tinggi bersilaturahmi di rumah dosen mereka dulu, seorang profesor yang bersahaja. Mereka sangat menikmati perbincangan yang akrab dengan beragam topik. Sampailah mereka ke dalam perbincangan dengan topik ‘stress’. Sindrom tekanan hidup yang mereka alami. Dikeluhkan berulang-ulang, dan berapa diantaranya, saling menguatkan keluhan itu. Melihat perbincangan yang tidak sehat itu, sang professor tersenyum simpul dan meminta izin sebentar untuk ke dapur.

Sang professor bergabung kembali ke dalam ruangan dengan membawa nampan berisi beberapa jenis cangkir dan gelas serta sebuah teko berisi kopi hangat. Hal yang sangat tidak lazim adalah dibawanya cangkir dan gelas yang beragam itu. Ada yang diperbuat dari porcelain, plastik, kaca dan kristal. Ada yang kelihatan biasa dan ada pula yang kelihatan sangat mahal. Professor itu mempersilahkan mereka menuang sendiri kopi tersebut.

Setelah semua anak didiknya mengambil kopi masing-masing, professor itu berkata: "Mohon diperhatikan dengan teliti. Bukankah, semua cangkir dan gelas yang cantik dan mahal telah diambil, dan menyisakan cangkir dan gelas yang biasa dan kelihatan murahan. Ini adalah keadaan yang sangat biasa, yaitu kita menginginkan yang terbaik dalam hidup. Tetapi, tidakkah Anda semua menyadari, bahwa terletak pada cara pandang inilah, semua masalah dan ‘stress’ yang menakutkan itu berpangkal.”

"Apa yang sebenarnya Anda perlukan adalah kopi, bukan wadahnya, tetapi Anda semua lebih memperhatikan dan lebih tertarik untuk memilih wadah tercantik dan termahal. Dan yang lebih mengherankan lagi adalah Anda sibuk memperhatikan wadah yang telah diambil oleh orang lain". ”Kehidupan adalah kopi. Jabatan, uang, dan kedudukan di dalam masyarakat adalah wadah tersebut. Wadah itu hanyalah alat untuk menampung, dimana sesuatu yang akan ditampungnya adalah kehidupan itu sendiri. Kehidupan tidak berubah hanya karena alat tampungnya yang berubah. Kadangkala kita terlalu fokus kepada wadah yang kita pegang hingga kita gagal untuk menikmati kopinya. Dan yang lebih menyedihkan, Anda semua sibuk memperhatikan dan beriri hati atas wadah yang dipegang orang lain.”

”NIKMATI KEHIDUPAN YANG ADA UNTUK IBADAH "
Kebahagiaan itu sederhana dan harus diputuskan sekarang.
Maka ber-bahagia-lah.
Semoga keikhlasan anda bekerja hari ini bukanlah semata untuk mencari Cangkir yang gemerlap.

..... (NN)

Kamis, 23 Juli 2009

Rantai Kebaikan

By : Nia Oetomo

Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan.

Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan.

Maka pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Benz wanita itu dan keluar menghampirinya.

Mobil Pontiac-nya masih menyala ketika pria itu mendekati sang nyonya.

Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini.

Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.

Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri di sana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan.

Kata pria itu, "Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson."

Wah, sebenarnya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia, kejadian itu cukup buruk.

Bryan merangkak ke bawah bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali

jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.

Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu.

Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.

Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya.

Berapapun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya.

Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang lalu.

Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak pernah ia berbuat hal sebaliknya.

Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, dan Bryan menambahkan, "Dan ingatlah kepada saya."

Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.

Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya.

Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya

kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan.

Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu. Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.

Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu:

"Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan: 'Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu.'"

Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.

Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan ke lahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup.

Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, "Segalanya akan beres. Aku mengasihimu, Bryan Anderson!"

Ada pepatah lama yang berkata, "Berilah maka engkau diberi." Hari ini saya mengirimkan kisah menyentuh ini dan saya harapkan anda meneruskannya.

Biarkan terang kehidupan kita bersinar. Jangan hapus kisah ini, jangan biarkan saja!


* Teman baik itu seperti bintang-bintang dilangit. Anda tidak selalu dapat melihatnya, namun anda tahu mereka selalu ada. *

...

Minggu, 19 Juli 2009

Jangan Pelihara Rasa Benci

By Apud Saepudin


Suatu hari, ketika Nabi saw sedang berkumpul dengan para sahabat di dekat ka'bah, seorang lelaki asing lewat di hadapan mereka. Setelah lelaki itu berlalu, Nabi berujar kepada para sahabat, ''Dialah ahli surga.'' Dan hal itu dikatakannya sampai tiga kali.

Atas pernyataan Nabi tersebut, timbul penasaran di kalangan para sahabat, terutama Abdullah bin Umar yang memang dikenal sangat kritis. ''Ya, Rasulullah,' ' tanya Abdullah, ''Mengapa engkau katakan itu kepada kami, padahal selama ini kami tidak pernah mengenalnya sebagai sahabatmu? Sedang terhadap kami sendiri yang selalu mendampingimu engkau tidak pernah mengatakan hal itu?'' Lalu sebagai seorang uswah, Nabi memberikan jawaban diplomatis yang sangat bijak. ''Jika engkau ingin tahu tentang apa yang aku katakan, silakan engkau tanyakan sendiri kepadanya.'' Karena rasa penasarannya sangat tinggi, suatu hari Abdullah bin Umar menyengajakan diri untuk berkunjung ke rumah orang asing itu.

''Ya, akhie,'' kata Abdullah, ''kemarin sewaktu engkau lewat di hadapan kami, Rasulullah mengatakan bahwa engkau seorang ahli surga. Apa gerangan yang menjadi rahasianya sehingga Rasulullah begitu memuliakanmu? '' Lelaki itu tersenyum, kemudian menjawab, ''Sesungguhnya aku tidak pernah melakukan apa-apa. Aku bahkan tidak memiliki kekayaan apa-apa. Baik ilmu maupun harta yang bisa kusedekahkan. Yang kumiliki hanyalah kecintaan. Kecintaan kepada Allah, kepada Rasulullah dan kepada sesama manusia. Dan setiap malam menjelang tidur, aku selalu berusaha menguatkan rasa cinta itu, sekaligus berusaha menghilangkan perasaan benci yang ada kepada siapa saja. Bahkan terhadap orang-orang kafir sekalipun.''

Memelihara perasaan benci dan marah, berarti menyimpan egoisme. Adanya perasaan benci, berarti adanya sikap untuk menyalahkan orang yang dibenci itu. Dan menyalahkan orang lain berarti membenarkan sikap dan tindakan sendiri. Padahal sikap semacam itu sudah sejak awal diklaim syetan pada penciptaan Adam as. Kisah tersebut memberikan gambaran kepada kita, bahwa perasaan benci, bukan hanya mengakibatkan fitnah dan permusuhan, tetapi juga dapat menimbulkan penyakit batin yang sangat fatal, sekaligus menjauhkan diri dari surga yang menjadi dambaan setiap mukmin. Sehingga sikap yang paling bijaksana adalah, selalu berusaha untuk mengintrospeksi diri, sekaligus menjadi orang yang pemaaf. Sebab itulah yang selalu dilakukan Nabi sepanjang perjalanan hidupnya. Sedangkan hidup Nabi adalah contoh bagi setiap mukmin.

(republika)

Selasa, 14 Juli 2009

? ? ? ?

Bagaimana kubisa menganggapmu tak berarti,
jika engkaulah yang mengajariku mencintaiNya dengan mencintaimu.
Bagaimana kubisa meremehkanmu,
jika engkaulah yang mengajariku mengimani yang gaib dengan mempercayaimu dalam ketiadaan.
Aku takkan dapat mengabaikanmu,
karena sebagian dari diriku adalah dirimu.

Engkau membesarkanku dalam ketiadaan.
Mengharapkanmu ada,
hanya akan menghancurleburkanku.

Minggu, 12 Juli 2009

Yang Menghadang

Ini masih cerita oleh-oleh. Cerita oleh-oleh dari pengajian rutin yang saya hadiri. Pengajian kali ini diisi oleh tausiah dari ustad Arifin Ilham. Ada cerita yang menarik perhatian saya.

Ketika Ustad Arifin Ilham (AI), baru tiba di bandara Soekarno-Hatta, ada seorang bapak-bapak paruh baya yang tampak letih karena telah lama menunggu kedatangan sang ustad. Dengan tergesa dihampirinya sang ustad. Dan tanpa basa-basi bapak itu berkata, ” Ustad, istri saya adalah jamaah dzikir ustad, dan saat ini sedang sakaratul maut. Kejadian ini sudah berlangsung 3 hari ustad. Tolonglah ikut kerumah saya. Saya membutuhkan pertolongan ustad”. Dengan sigap asisten ustad AI langsung mengingatkan bahwa jadwal ceramah berikutnya adalah 3 jam lagi. Maka setelah menimbang bahwa kepentingan bapak ini sangat pantas untuk mendapat perhatian, maka ustad AI memutuskan untuk bertandang ke rumah sang bapak tersebut.

Singkat cerita ketika sampai di rumah mewah sang bapak tadi, Ustad AI segera diantar ke sebuah kamar. Di kamar tersebut tampak seorang perempuan kurang lebih berumur 55 tahunan, tampak sangat lelah menahan sakit yang tidak terkira. Dalam derita sakitnya itu, sang ibu itu masih bisa merespon kehadiran ustadnya dengan sedikit isyarat senyum. Ustad AI segera menghampiri ibu itu. Tapi tidak seperti cerita-cerita yang kita ketahui ketika menghadapi orang sakaratul maut. Bukan sang ibu yang dibimbing untuk melafatskan kalimat tauhid, tapi sang bapak yang diminta Ustad mengenggam tanggan istrinya dan menirukan apa yang dikatakan Ustad AI, ”Bu,, saya sebagai suami, ridho dengan pengabdian ibu di dalam keluarga ini. Bapak ridho dengan apa yang sudah ibu lakukan semuanya untuk bapak dan anak-anak. Dan Bapak memaafkan semua kesalahan yang mungkin ibu lakukan kepada Bapak. La illahaillallah”. Kalimat ini ditutup dengan dengan sambutan lirih dari mulut sang ibu ”La illahaillallah”. Dan......sang ibu menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang setelah 3 hari merengang nyawa.

Allahu Akbar... Kita tidak tahu dosa apa yang dilakukan oleh sang istri. Tapi yang kita dapat lihat dari cerita nyata tersebut adalah ridho Allah menyertai ridho seorang suami. Terbayang oleh saya, begitu banyak kekurangan saya sebagai seorang istri. Saya masih sering lupa walaupun tahu,, bahwa modal terbesar saya untuk mencari ridho Allah, adalah di dalam rumah saya sendiri. Malah Nabi pernah mengisyaratkat tentang betapa agungnya kedudukan suami bagi seorang istri dengan sebuah hadist. ”Andai diijinkan manusia menyembah manusia tentu aku akan memerintahkan seorang istri untuk menyembah suaminya”.

Jaman berubah,,, emansipasi dipropagandakan dimana-mana, feminisme telah merambah seluruh penjuru. Semakin lama hadist ini semakin tergilas jaman. Tingginya kedudukan seorang suami adalah sepadan dengan tanggung jawab atas amanat yang diembannya, terhadap istri, anak dan masyarakatnya. Seorang istri dapat menghadang suami di depan pintu penghisapan dan berkata ” lakukanlah pertanggungjawabanmu, suamiku,, mengapa aku begini dan mengapa aku begitu. Apakah engkau sudah membimbingku dalam hal ini dan hal itu?. Apakah engkau telah memerintahkanku untuk itu dan untuk ini?". Maka sangatlah sepadan pengabdian yang harus dilakukan seorang istri dengan nilai pertanggungjawaban itu.


Salam,, Feb Amni

Rabu, 08 Juli 2009

Bila Seorang Ibu Boleh Memilih

http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Anakku...

Bila ibu boleh memilih
Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar
karena mengandungmu

Maka ibu akan memilih mengandungmu?

Karena dalam mengandungmu ibu merasakan keajaiban
dan kebesaran Allah

Sembilan bulan nak...
Engkau hidup di perut ibu
Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak
karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa
tidak nyaman, karena ibu kecewa dan berurai air mata

Anakku...

Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi
caesar, atau ibu harus berjuang melahirkanmu
Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu
Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit
kelahiranmu adalah seperti
menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga

Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan
ke luar ke dunia sangat ibu rasakan Dan
saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua

Malaikat tersenyum
diantara peluh dan erangan rasa sakit, Yang tak
pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun

Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah
dunia Saat itulah...
saat paling membahagiakan
Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang
merah, Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan,
Kalimat syahadat kebesaran Allah

Anakku...

Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah,
atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,
Maka ibu memilih menyusuimu, Karena
dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu dengan
tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat
berharga Merasakan kehangatan bibir dan
badanmu didada ibu dalam kantuk ibu, Adalah sebuah
rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan

Anakku...

Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang
rapat Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan
puzzle Maka ibu memilih bermain puzzle
denganmu Tetapi anakku...

Hidup memang pilihan...
Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan
merana Maka maafkanlah

nak...

Maafkan ibu...
Maafkan ibu...

Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle
kehidupan kita, Agar tidak ada satu kepingpun
bagian puzzle kehidupan kita yang hilang

Percayalah nak...

Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu
Percayalah nak...

Engkau adalah selalu menjadi belahan nyawa ibu...


....

JALAN CINTA (1)

Setiap cinta memiliki jalan untuk dilalui. Dan setiap jalan akan sampai kepada muaranya,, yaitu muara cinta, cinta illahiyah.

Cerita cinta Jalaludin Rumi dapat menjadi salah satu contohnya. Kematian ayahanda tercinta mengusik kenyamanannya. Kenyamanan dalam dekapan kasih orang yang sangat dikagumi dan dihormatinya. Segalanya seolah berakhir dan tercabut dari akarnya, bersamaan dengan kepergian kekasih hatinya. Cintanya tak lagi beralamat. Cintanya membutakannya. Empat puluh hari penuh, Rumi memusatkan diri dalam kedukaan. Dunia kehilangan pesona dan keindahan. Segala terenggut, sampai Rumi benar-benar merasakan, hanya ada dia dan Allah.

Demi cintanya, Rumi mengembara selama 6 bulan bersama istri, anak dan sahabat ayahnya untuk menimba ilmu dari seluruh penjuru dunia. Bimbingan sheikh Burhan, menyajukkan hatinya dan menghantarkannya kepada kemuliannya sebagai ulama besar yang dicintai dan dikagumi.

Tapi kerinduan dan cintanya belum terjawab, sampai dia berjumpa dengan sahabat sejatinya seorang darwis tua yang compang camping bernama Syams. Mereka adalah dua raga dengan satu jiwa. Jiwa yang sama-sama haus akan Allah. Setiap kehadiran sahabatnya adalah ajakan untuk mendekat kepada Allah. Cinta mereka lekat tak bersyarat. Bait-bait puisi cinta agung mulai mengalir, melalui persahabatan ini.

Apa yang telah engkau lakukan padaku ?
Ku seorang zahid,bebas dari dunia
Kini kakiku terangkat melawan kehendakku
Ku berusaha sembunyikan hatiku
Tapi kau temukan dan kau curi
Dan kini tiada yang tersisa dari diriku
Kecuali wayang yang terus berputar dan berputar terus. (*)

Dua kali Syams meninggalkan Rumi, sebelum kematian, memisahkan mereka secara abadi. Rumi merasakan kehilangan cintanya untuk kedua kalinya. Dan setiap kehampaan yang dirasakan karena cinta yang terenggut, selalu menghantarkannya kepada cinta dengan maqam yang lebih tinggi.

Debu dan pasir membara
Biarlah wajahmu menunduk sampai menyentuh pasir
yang panas dan debu jalanan, karena semua
yang terluka oleh cinta harus
tergambar di wajah mereka, dan goresan luka itu
harus terlihat. Biarlah goresan luka itu dikenali
orang-orang di jalan cinta. (*)

Dan Rumi mendapati kembali dirinya sendiri, hanya bersama Allah. Dan disadarinya bahwa ternyata cintanya pada sahabat terkasih hanyalah sebuah tabir. Tabir yang harus dibukanya sendiri. Dan dia dapati bahwa dirinya ternyata telah terkukung oleh Allah. Dari atas, dari bawah, dari belakang dan dari depan. Setiap sel dalam dirinya hidup berkat keilahian. Sehingga tidak ada ruang lagi yang tersisa untuk cinta yang lain.

Tidak banyak yang tahu bahwa pada akhir masa hidupnya, Rumi telah meninggalkan tarian berputar-putarnya, karena segala kegelisahannya telah terjawab. Allah telah bersemayam di hatinya. Dalam kesendiriannya Rumi menemukan bahwa dia tidak perlu mengejar Allah, Allah akan mengejar makhluknya. Setiap dia melangkah mendekat, Allah berlari menyambutnya. Allah tidak pernah melepas cintanya, walau makhluknya melupakan cinta kepadaNya. Dan setiap kali dia bertanya ”Allah, Engkau dimana??”. Maka Allah akan segera menjawab, ”Aku disini kekasihku”.

Rumi menemukan cinta ilahiyahnya melalui cinta kepada ayah, sahabat ayahnya dan guru spiritualnya.

Begitulah cinta menemukan jalannya. Setiap jalan harus dilalui, dengan riak kerinduan, kepedihan dan suka citanya. Setiap hati harus melalui berbagai cinta, dengan berbagai rupa dan tabiatnya. Setiap jiwa harus menggalami masa pasang dan masa surutnya bersama cinta. Biarkan jiwa menjalani rasanya, panas, dingin, membara, berkecamuk, tenang, menghanyutkan dan .... b u t a. Sampai suatu saat nanti jiwa akan menemukan muaranya dan menyadari ”hanya tinggal aku dan Allah”. Dan Rumi berkata "Bersukalah dalam sukamu kasihku,,, Biarkan aku damai dalam kebesaran Tuhan".

Wallahualam bissawab ..


Salam,, Feb Amni


(*) The Way of Love, Nigel Watts

JALAN CINTA (2)

Masih tentang jalan cinta, dengan nuansa cinta yang berbeda. Mabuk cintanya Zulaiha kepada budak suaminya, Yusuf. Cerita cinta yang sangat mengemparkan dan mengetarkan dunia. Sehingga Allah khusus menuliskan cerita cinta ini dalam Al Karim yang mulia. Cerita cinta yang penuh dilematik dan mengharu biru. Tanpa menuliskan detail ceritanya, saya yakin cerita ini telah melekat dalam hampir semua benak insan. Terutama pada benak-benak insan yang pernah merasakan bahwa cinta tak selamanya dapat diarahkan ke tempat yang benar dan tepat.

Tapi mungkin banyak yang belum menyimak betul ending dari kisah cinta ini. Pada saat Yusuf sudah menjadi orang yang berkuasa mendatangi janda Zulaiha. Dengan hormat dan lemah lembut Yusuf berkata. " Aku tidak dapat mencintaimu saat kau masih menikah, dan aku adalah budak suamimu. Namun kini aku bebas untuk menikahimu, dan aku akan melakukannya dengan suka hati karena cintamu kepadaku." Dengan mata berkaca-kaca, Zulaika menjawab, "Tidak Yusuf, cintaku kepadamu adalah tabir. Aku telah lama mencintai Sang Kekasih secara langsung. Aku tidak lagi membutuhkan apa pun dan siapapun di dunia ini."

Cintanya pada Yusuf hanyanya tabir, yang disingkapnya untuk menemukan cinta sejatinya, yaitu Cinta pada Illahnya.

Subhanallah, begitulah cinta menemukan jalannya. Tak ada yang tahu kemana dia akan mengarahkan mata panahnya. Setiap hati dipenuhi cinta. Dan setiap cinta mempunyai pancaran. Cinta memberikan kehangatan tidak hanya pada tempat bersemayamnya cinta, tapi juga pada siapa saja yang dilaluinya.

Cinta itu bagaikan api,, dan kerendahan hatilah yang menjadi kayu bakarnya.

Tak ada yang bisa memadamkan cinta. Tidak juga penolakan dan keperihan. Hanya kesombongan dan keangkuhan yang dapat memadamkannya.

Semoga kita juga akan menemukan jalan cinta untuk menuju muaranya, Cinta Ilahiyah.


Salam,,, Feb Amni

Selasa, 07 Juli 2009

Doa seorang perempuan

http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Tuhanku...

Aku berdo'a untuk seorang pria yang menjadi bagian dari hidupku
Seseorang yang sungguh mencintaiMu lebih dari segala sesuatu
Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMu

Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting
Yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau
dan berusaha menjadikan sifat-sifatMu ada pada dirinya

Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk
apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia

Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga
dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah

Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tapi karena hatiku
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku
dalam setiap waktu dan situasi
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai
seorang wanita ketika aku di sisinya

Tuhanku...
Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun
aku meminta seseorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat
hidupnya menjadi sempurna

Tuhanku...

Aku juga meminta,
Buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya bangga
Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga
aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku

Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMu
Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya
Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat
melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya
Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,
mampu memberikan semangat serta mendukungnya
setiap saat dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi

Dan kami berdua dapat mengatakan:
"Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah
memberikan kepadaku pasangan yang dapat membuat
hidupku menjadi sempurna."

Amin....

Sabtu, 27 Juni 2009

T e r s a m p u l

Kukira sesuatu itu suci
Kukira sesuatu itu berarti.

Dalam keluguan masa kecilku
Kubungkus dia dengan sampul terindah yang kupunya
Kuikat dengan pita warna warni tercantik rangkaianku sendiri
Dan kuletakkan di sudut terbaik dari hatiku.

Tak ada satu orangpun yang pernah aku ijinkan untuk menyentuhnya,
Apalagi membukanya.
Aku begitu posesif terhadapnya
Aku takut suatu saat ada yang akan menggambilnya dariku.

Selalu ada rasa bahagia yang menyelinap
Seiring dengan rasa memilikinya.

Tapi kehebatanmu melumpuhkan pertahananku
Dengan sukarela kubantu engkau membuka sampulnya.
Melihat isinya dan membaca pesannya.

H e n i n g ........t e r k e s i m a.

Mungkin tak yakin dengan pesan yang terbaca.

L A L U ..........B E R L A L U

Tinggalkan aku disini
Bersama onggokan kotak indahku yang tidak tersampul,
Dan b e r a n t a k a n.........

Dengan pilu dan ikhlas
Kususun kembali yang masih bisa tersusun
Kubuang yang sudah terlalu usang
Kutambal yang tampak berlubang
Kusimpan kembali dengan hikmat
Di sudut hatiku yang lebih dalam.

Dan aku berjanji pada diriku…....
Tak akan ada lagi yang aku ijinkan untuk melihatnya.

Aku tetap bangga bisa memilikinya,,
Walau dengan sampul yang tak seindah dulu.


Salam,,, Feb Amni

Minggu, 21 Juni 2009

Asma Engkau yang Mulia ya Rabb

From Note : Abah Abi

Ya Rahman, betapa dhaifnya hambaMu, tidak menolong ciptaanMu dalam kesulitan dunia, hanya karena berbeda agama.
Ya Rahim, ampuni hamba, hanya karena berbeda pandangan, berbeda prinsip, hambaMu tidak mau ruku dan sujud bersama mereka
Ya Malik, ampuni hamba, hari ini hamba merasa berkuasa atas segala urusan hamba, padahal kekuasaan itu milikMu
Ya Quddus, maafkan hamba, hamba merasa diri hamba paling suci diantara saudara-saudara hamba, padahal Engkaulah yg maha suci
Ya Salam, dengan kekutan dari sisiMu, sejahterakan daku, sejahterakan keluargaku sejahterakan bangsaku dan sejahterakan umatMu
Ya Mu'min, ampuni hamba, tak jarang hambaMu membuat orang tidak tenteram dekat dengan hamba, jadikan hamba yang selalu membawa ketentraman
Ya Muhaimin, jangan Engkau siksa hamba, karena tak jarang hamba merusak apa yang telah Engkau pelihara
Ya Aziz, ampuni kesombongan hamba, tak jarang hamba berasa lebih perkasa, lebih gagah dari yang lain
Ya Jabbar, hapuskan dalam hati hamba perasaan superior, perasaan lebih hebat dari yang lain
Ya Mutakabbir, hambaMu memohon ampun, karena tak jarang hambaMu merasa lebih megah dengan kekayaan dunia, merasa yang terbesar dari saudara hamba
Ya Khaliq, hapuskan perasaan bahwa hamba mampu menciptakan sesuatu tanpa pertolonganMu, tanpa KekuasaanMu
Ya Bari, jadikan hati kami selalu seimbang antara dunia dan akhirat
Ya Allah, anta Rabbi wa ana abduk.
Bagaimana mungkin hambamu merasa memiliki ilmu, sementara segala ilmu berasal dari Engkau
Bagaimana mungkin hambaMu merasa lebih tinggi dari sesama, padahal Engkau Rabbial a'la
Bagaimana mungkin hambaMu menutup pintu maaf bagi sesama, sementara Engkau mengampuni yg berdoa walaupun dosanya sebesar gunung
Bagaimana mungkin hambaMu berbuat kasar, sementara Engkau begitu lembut dengan makhlukMu
Ampuni dosa-dosa hamba, yang hamba sengaja maupun yang tidak disengaja
Maafkan kesalahan hamba, atas dosa-dosa hamba kepada saudara hamba yang tidak sempat hamba meminta maaf kepadanya
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat

sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.

Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
Subhanaka Laa ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaik
Salamun alaika ya Rasulullah, ya habib allah.

Sabtu, 20 Juni 2009

Teganya Hati

Ada seorang gadis yang buta yang karena kebutaanya dia sangat membenci dunia dan segala kehidupan di dalamnya, kecuali kekasihnya. Hidupnya hanya dihabiskan untuk dirinya sendiri dan keluh kesahnya. Hanya kekasihnya yang setia menemani dan menghiburnya.

Karena cintanya yang begitu besar kepada si gadis buta, sang kekasih melamar gadis buta itu. Tapi Gadis itu menolak, “Aku tidak akan menikah sebelum bisa melihat dunia ini”. Maka kekasih yang baik hati itu dengan segala daya mengupayakan agar si gadis buta mendapatkan donor mata.

Singkat cerita beberapa bulan kemudian si gadis mendapat donor mata. Setelah melalui serentetan proses operasi, maka si gadis dapat melihat atas ijin Allah. Kekasih yang mendampinginya sejak semula, adalah orang yang pertama kali dilihatnya dan didengar suaranya. ”Gadisku, sekarang engkau sudah bisa melihat dunia, maka maukah engkau menikah denganku ?”. Betapa terkejutnya gadis itu ketika kekasih yang dicintai dan selalu mendampinginya selama ini adalah lelaki yang buta. Gadis itu hanya bisa menggeleng dan menangis. Mungkin dia tidak punya kata-kata yang tepat untuk menyatakan ketidaksiapannya. Kekasih yang baik hati dengan pilu dan hati yang teriris segera berlalu, karena tidak ada lagi yang perlu diperjelas dari sebuah gelengan.

Beberapa hari kemudian si mantan gadis buta mendapatkan surat di meja ruang perawatannya. ”Selamat menikmati dunia kekasihku. Tolong kamu jaga baik-baik kedua bola mataku yang sekarang telah jadi bagian dari dirimu”.

Cerita ini saya peroleh di pengajian minggu lalu. Dan diakhir cerita sang ustazah menekankan dengan ”Begitulah hati manusia, dia dapat berubah setiap saat. Maka tidak ada manusia yang cukup layak untuk tempat menggantungkan sebuah harapan. Harapan besar berupa kebahagiaan atau harapan kecil berupa sekedar ucapan terima kasih. Maka cukuplah Allah sebagai tempat kita berpamrih”.

Saya yakin bahwa cerita tentang gadis buta itu, hanyalah cerita rekayasa, untuk menekankan betapa mudahnya hati manusia berpaling dan berubah. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa berada pada posisi si wanita buta atau si kekasih. Mungkin dengan versi cerita yang berbeda. Ketika kita dalam posisi seperti peran si wanita buta maka kita menyebutnya sebagai pelaku. Dan peran sang kekasih kita sebut sebagai korban.

Dalam peran sebagai pelaku kita mempunyai kebebasan untuk mengambil pilihan keputusan. Seperti sang gadis yang dapat memilih untuk tetap bersama kekasihnya yang buta atau mengabaikan pengorbanan kekasihnya. Mungkin pilihan ini, jika kita jalani bukanlah sebuah pilihan yang mudah. Butuh banyak pertimbangan yang tidak hanya melibatkan keluarga tapi juga melibatkan kemahatahuan Allah. Dan tentulah sangat sulit membuat keputusan terbaik dengan tanpa mengabaikan hak orang lain.

Tapi alangkah malangnya sang kekasih jika dia hanya mendasarkan perbuatan super baiknya hanya untuk mendapatkan cinta dan angan-angan kebahagian bersama sang gadis. Dalam kondisi seperti itu maka sang kekasih sangat pantas jika menempatkan dirinya sebagai korban. Karena apa yang telah terambil darinya benar-benar telah hilang, tanpa harapan apapun.

Kondisi sebagai korban yang kehilangan segala-galanya, sebenarnya juga adalah pilihan. Pilihan ini adalah masalah mengolah rasa. Akanlah sangat berbeda menempatkan diri sebagai korban yang menyebabkan hati menjadi sempit dan tersakiti, dengan menempatkan diri sebagai orang yang rela berkorban. Dalam posisi kita rela melakukan pengorbanan demi kebaikan orang lain atau kebaikan diri kita sendiri, maka jiwa akan menjadi lebih besar dan lapang. Dan dari yang hilang, kita masih punya harapan untuk mendapatkan balasan dari Zat yang Maha Besar, berupa kebaikan yang berlipat ganda.

Hal inilah yang diisyaratkan Nabi dalam salah satu hadistnya ”Sungguh unik perkara kaum mukmin, karena semua yang dia alami adalah kebaikan. Jika dia memperoleh nikmat dan dia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika dia dia ditimpa musibah dan dia bersabar, maka itupun baik baginya”.

Mudah-mudahan selalu ada kebaikan dari setiap apa yang harus kita lalui.... Amiin. Karena hanya Allah yang punya skenario yang maha Agung atas kehidupan kita. Waallahuaklam bishowab.

Salam,, Feb Amni

Membelah Langit

Nabi Muhammad terkasih pernah mengajarkan doa yang baik diucapkan pada pagi dan petang. Beberapa hari setelah doa itu diajarkan, selesai sholat dhuhur berjamaah. Ada seorang yang mendatangi masjid dengan tergesa-gesa, “ Adakah disini yang namanya Ibrahim ?”. “Ya, aku Ibrahim”, jawab salah seorang sahabat. “Kampungmu terbakar”, kata pemuda itu dengan nafas terengah-engah. Ibrahim hampir berdiri, ketika Nabi berkata “Apakah kau sudah mengamalkan doa yang aku ajarkan kemarin?”. “Sudah ya Rosul”. “Tetaplah duduk di majelismu, rumahmu dalam penjagaan Allah”.

Ibrahim kembali duduk dan menyelesaikan urusannya di dalam majelis itu. Setelah itu, barulah dia bergegas menuju kampungnya. Subhanallah……didapatinya rumahnya masih utuh, tidak tersentuh api, diantara rumah-rumah yang lain yang habis terbakar.

Cerita hikmah ini saya dapatkan dari abah saya sekitar tahun 1997, pada saat kelahiran anak saya yang kedua (Alghi). Sejak mendengar cerita itu, maka saya bertekat untuk mendawamkan (mengamalkan secara rutin), doa Rosul itu setiap pagi dan petang. Banyak sekali keajaiban yang saya rasakan setelahnya.

Salah satunya adalah kejadian yang terjadi di tahun 1998. Pada saat anak ke-2 saya berumur satu tahun. Kami sekeluarga pergi ke Malang dengan menggunakan kereta api. Tahun itu sebenarnya masih cukup rawan, terimbas oleh kerusuhan Mei 1998. Pada saat kereta melintas di suatu daerah di Jawa Tengah, persis tengah malam, ada segerombolan pemuda yang dengan sengaja melempar kereta kami dengan batu. Salah satu batu memecahkan kaca persis di samping tempat duduk saya. Kaca itu pecah berserakan. Beberapa orang mengalami luka-luka karena pecahan kaca tersebut. Tangan kanan saya dan pipi si Kakak juga luka. Tapi lima puluh persen serpihan kaca itu jatuh persis menimpa Alghi yang ada di pangkuan saya.

Saya hampir tidak bisa bernafas menyaksikan Alghi tertutup serpihan kaca, termasuk seluruh mukanya. Petugas kereta segera datang membantu membersikan serpihan kaca dari tubuh Alghi. Setelah semua serpihan kaca dibersihkan....Subhanallah,,,tidak ada luka sama sekali di tubuh Alghi.

Doa wasiat itu adalah : ”Bismillaahi ladzii laa yadhurru ma’asmihi syaiun fii ardhi walaa fis samaai wahuwas samii’ul ’aliim (3x)”.
Dengan nama Allah, tidak ada yang membahayakan beserta namaNya, apapun yang ada di langit dan bumi, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Allah memberi perlindungan dengan cara yang kadang tidak bisa kita nalar. Tapi bisa kita yakini bahwa Allah akan melindungi dengan caranya yang Maha Agung dan Maha Perkasa jika kita berserah diri kepadaNya. Percayalah doa kita membelah langit untuk menjemput tangan Allah untuk melindungi kita......Amiin


Lahaula walakuata illa billa.



Salam.....Feb Amni

Sabtu, 30 Mei 2009

Bersahabat dalam Doa

Hari kamis kemarin, saya ikut pengajian rutin di masjid Al Azhar, Pamulang, atas undangan teman. Ada satu cerita yang sangat menggilitik saya. Sang Ustad menceritakan pengalaman uniknya waktu pulang ke kampung, pada saat Lebaran Idul Fitri tahun lalu.

Bapak Ustad juga mengikuti keluarganya untuk ziarah kubur, seperti tradisi yang biasa dilakukan di daerahnya. Di pemakaman umum itu, ada seorang pria yang menarik perhatian Ustad (sebut saja Si AB). Pria ini sepertinya sudah lama tidak pulang kampung dan juga berarti sudah lama pula tidak menziarahi makam orang tuanya. Dengan gaya versi orang kota masuk desa, perlente dan sok buru-buru, Si Pria AB menuju sebuah makam dengan yakin. Masih dengan gaya orang kotanya yang sok jaim (jaga image), dia langsung bersimpuh dengan rapi dan manis di makam tersebut.

Ritual dimulai. Dikeluarkannya buku yasin kecil yang baru dibelinya di pintu pemakaman. Dibacanya surat yasin dengan khusuk walaupun terbata-bata. Hampir 30 menit, waktu yang diperlukan untuk mengkhatamkan buku kecil itu. Masih dengan khusuk, diciumnya buku kecil itu dan diteruskan dengan ritual selanjutnya. Berdoa dengan versi bahasa ibunya. Entah apa yang diucapkannya dalam doanya. Yang jelas pria itu tidak dapat mempertahankan kejaimannya, karena tanpa terasa, ada bulir air mata yang mengenang di kelopak matanya. Habis sudah sosok kepura-puraan yang dibawanya dari kota digerus bayangan wajah polos dan ikhlas kedua orang tuanya.

Bulir-bulir air matanya semakin tidak terbendung. Dikeluarkannya sapu tangannya yang masih terlipat rapi dari dalam sakunya. Ingus pun tidak mau kalah berlomba dengan air mata untuk menunjukkan perannya mendramatisir momentum langka ini. Bagaimana tidak dibilang langka, Pria AB adalah sosok pria tegar dan super macco, yang selama ini terkenal anti air mata.

Tapi tiba-tiba ada laki-laki desa paruh baya yang menggamit punggungnya. Dengan rasa hormat, pria itu ikut berjongkok dengan manis dan berkata pelan sambil pengusap punggung di pria AB, “ Mas, terimakasih banyak ya sudah mendoakan orang tua saya. Saya tidak menyangka mas, ternyata ada orang lain yang punya hubungan dekat dengan bapak saya yang cuma petani desa ini”.

Dummm.. perkataan laki-laki desa tadi seperti hantaman martil, yang diarahkan tepat ke kepala Pria AB. Ditariknya semua air mata dan ingus yang terlanjur keluar. Wajahnya kembali gersang dan lebih sangar dibanding ketika baru masuk pemakaman. Dia panik bukan kepalang, seolah apa yang dilakukannya tadi sudah sia-sia karena ..........berdoa di makam yang salah. ” Jadi dimana makam orang tua saya, dulu sepertinya disini. Waduh, bagaimana ini......saya kehilangan makam orang tua saya”, wajah paniknya semakin menjadi-jadi.

”Ha..ha..ha”, tawa saya menghiasi sahdunya suasana mesjid Al Azhar pagi itu. Saya benar-benar melepas ketawa saya dan lupa bahwa saya sedang menghadiri acara pengajian bukan acara reunian. Saya tidak sempet berfikir apa yang dipikirkan ibu-ibu yang lain, dengan ketawa saya. Karena saya sudah terlanjur tergelitik dengan pikiran saya sendiri sehubungan dengan cerita Ustad tadi.

Yang langsung muncul dalam kepala saya adalah pertanyaan, ” Apakah Tuhan di Pria AB sama dengan Tuhan saya. Apa yang dipikirkan Pria AB dengan kecerdasan Tuhannya?”.
Mungkin si Pria AB berfikir, kalau dia berdoa di makam yang salah, maka doa untuk kedua orang tuanya tidak akan sampai. Mungkin Tuhannya hanya punya alat yang sangat konvensional sehingga tidak dapat mendeteksi keselarasan antara pengirim dan penerima doa. Lagi-lagi saya tersenyum geli....membayangkan begitu banyak doa-doa yang tidak sampai dan betapa banyak doa yang salah alamat.

Dan terbayang juga oleh saya, kemana doa-doa saya akan diarahkan. Kerena selama ini saya lebih banyak berdoa untuk teman dan kerabat dengan menggunakan kata ganti ”nya” atau ”dia”. Kadang saya sebutkan juga beberapa nama. Tapi nama-nama yang sama atau hampir sama dengan nama yang saya sebutkan, kan ada beribu-ribu jumlahnya. Namun dalam setiap doa yang saya lantunkan, saya yakin seyakinnya bahwa Tuhan saya tahu sasaran yang saya tuju.

Sang Ustad juga mengingatkan bahwa dalam berdoa jangan egois dan jangan hanya berdoa untuk urusan dunia saja. ”Doa itu gratis kok bu, kenapa harus pelit dalam mendoakan orang lain. Kalau saudara atau teman ibu-ibu ada yang dalam kesempitan, atau kesusahan, maka jangan pakai pikir panjang-panjang....langsun
g saja didoakan. Buka hubungan online dengan Tuhan untuk mendoakan teman atau kerabat tercinta atau yang tidak tercinta. Doa teman/kerabat yang dipanjatkan dengan ikhlas, dijamin oleh Allah untuk mendapat prioritas untuk diijabah. Dan Doa itu, karena kedahsyatannya membuat pantulan yang serupa kepada orang yang mendoakan. Artinya doa yang dipanjatkan untuk orang lain seperti pedang bermata dua....... satu sasaran sampai tepat kepada orang yang didoakan dan satu sisi mengenai dirinya sendiri”.

Dan yang lebih hebat..... siapa yang saling mendoakan maka, kelak di alam baqa akan dipertemukan untuk saling mengucap salam dan terimakasih. Jadi siapa yang berkenan menjadi sahabat dalam doa. Sahabat yang saling mendoakan di dunia dan dipertemukan di alam baqa karena undangan doanya.

Jangan bersedih dengan sahabat yang hilang tak tahu rimbanya. Jangan sesali perpisahan dengan sanak saudara yang dengan berbagai keterbatasan akhirnya tidak tahu kabar beritanya. Yang hilang masih ada harapan untuk bisa ditemui,,,,dengan mendoakannya.

Walau kita kadang tidak tahu persis apa yang sedang dialami teman/kerabat........ jangan segan untuk mendoakannya. Biarlah Allah yang menerjemahkan doa kita, yang hanya bisa bilang ”Berilah segala kebaikan kepada teman/kerabatku, ya Allah!!” . Atau bisa dengan sedikit lebih detail ”Berilah kelapangan rizki, kelapangan hati, kelapangan ampunanMu dan kebahagiaan dunia akherat”.

Kita juga bisa mengirimkan doa sebagai hadiah pada orang yang telah berbuat baik pada kita, tapi tidak dapat kita balas dengan sepatutnya. Doa kepada bapak ibu guru kita dari mulai TK sampai SMA, atau mungkin juga dosen S1, S2 atau S3. Dan juga guru-guru apapun yang hakekatnya adalah orang yang telah menyumbangkan ilmunya pada kita. Bisa saja mereka adalah teman, tetangga, ustad, tukang sayur, tukang sampah atau siapapun yang telah mengajarkan kita tentang nilai-nilai kehidupan, Orang-orang yang telah membukakan mata hati kita. Orang-orang yang telah membesarkan jiwa kita.

Mari kita sisihkan sebagian dari sisi doa kita untuk mendoakan orang lain. Tidak ada yang terambil dari kita dengan mendoakan orang lain. Yang ada adalah kita menjadi semakin kaya dengan doa kita untuk orang lain, kaya hati dan kaya kebahagiaan. Mari kita mulai dari sekarang, kita galakkan persahabatan dalam doa. Persahabatan yang tidak perlu diawali dengan menjabat tanggan dan saling menggenal. Semua bisa menjadi sahabat dalam doa dengan mendoakannya dengan tulus.

Ujian Cinta

Setiap orang akan diuji dengan cintanya mungkin lebih tepat ketika dinasehatkan kepada dua sejoli yang kasmaran. Tapi mari kita coba tenggok dari sudut pandang yang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita menemui orang yang ditimpa berbagai musibah yang notabene adalah menimpa orang atau hal-hal yang dicintainya. Ada orang tua yang bekerja keras untuk masa depan anaknya, ketika besar, anaknya selalu menjadi ujian baginya karena berbagai kenakalan dan ketidakpatuhannya. Ada orang yang giat bekerja, jujur dan sangat semangat diuji dengan kehilangan hartanya. Ada yang bangga dan mencoba bekerja sebaik mungkin untuk jabatannya, tapi malah kehilangan jabatannya karena fitnah yang dilakukan teman baiknya sendiri. Ada orang yang cinta sekali dengan keluarganya diuji dengan keretakan rumah tangganya. Ada istri yang diuji dengan perilaku suaminya atau sebaliknya suami yang diuji dengan karakter dan tabiat istrinya…..yang sebenernya adalah orang2 yang paling mereka cintai.

Banyak sekali cerita-cerita yang kadang kita dengar sendiri dari orang-orang terdekat kita, yang sebenarnya berkenaan dengan ujian cinta. Ujian tidak hanya berupa musibah dan bencana. Rasa gundah adalah bentuk ujian terkecil yang ditimpakan pada manusia. Terkadang masalah yang datang tidak dapat dipahami…Kenapa Allah memilih saya atau dia untuk mendapatkan masalah ini. Dalam kebuntuan kita mungkin lebih baik mengatakan bahwa masalah datang pada manusia seperti undian…siapa yang dapat undian , dia akan dapatkan masalahnya ......senang atau tidak.

Saya sempat berpikir….tidak mungkin Allah menimpakan sesuatu pada umatnya tanpa tujuan dan tidak pada sasaran yang tepat. Saya sempat mengulasnya beberapa kali dengan orang2 yang insyaallah paham masalah agama. Dan saya dapat kesimpulan yang disederhanakan menjadi seperti ini :

Allah menimpakan ujian pada sisi terlemah dari diri kita agar kita menjadi kuat. Kita menjadi lemah karena mancintai sesuatu terlalu berlebihan. Sedangkan Allah adalah pencemburu Dia tidak ingin kita mencintai yang lain melebihi cinta kita kepadaNya.
Ketika anak/istri/suami terlalu dicintai ,anak/istri/suami akan manjadi ujian. Jika harta/jabatan terlalu dicintai, maka harta/jabatan akan menjadi ujian.

Mungkin kita bisa lihat apa yang dikatakan Allah dalam At-Taubah 24:
Katakalah, ” Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rosulnya serta berjihad di jalanNya..........maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusanNya ” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Dengan peringatan itu....mari sejenak kita tenggok ke dalam hati kita adakah yang kita terlalu cintai, sehingga kita menyimpannya di sudut terbaik dalam hati kita dan menggenggamnya terlalu erat. Sehingga seolah-olah tidak akan ada yang bisa menggambilnya dari kita. Seolah-olah dengan cinta dan kekuatan yang kita miliki kita akan tetap bersamanya sampai kapanpun. Kita lupakan pemiliknya sebenarnya, yang seandainya Dia berkenan mengambilnya maka itu bukanlah hal yang sulit.

Karena cinta kita menjadi lemah. Coba kita perhatikan contoh sederhana ini : Jika anak tercinta meminta kepada kita sepatu baru. Sedangkan dia masih punya 5 pasang sepatu lain yang masih sangat layak pakai.....Apa kira2 yang akan kita lakukan?. Mungkin sebagian besar akan berfikir ” apa salahnya dibelikan, kan harganya tidak seberapa. Dan toh saya kerja juga supaya anak bahagia”. Maka sepatu baru akan menjadi koleksi sang anak yang ke-6. Dengan sepatu baru yang tidak seberapa harganya itu apa sebenarnya yang sedang kita abaikan. Kita mengabaikan nilai pokok pendidikan yang jauh lebih esensial untuk mempersiapkan anak kita menjadi generasi ungulan. Kita abaikan nilai kebersahajaan, kepedulian, tegang rasa. Dan mengedepankan egoisme, hedonis dan konsumtif. Yang kita abaikan adalah nilai2 besar yang kita kecilkan atas nama cinta. Jadi tidak salah jika berpuluh2 tahun kemudian baru kita sadari bahwa sebenarnya cinta kitalah yang telah membuat anak tercinta menjadi ujian.

Karena itu Allah tidak ijinkan ada cinta lain di dalam hati kita kecuali cinta kita kepadaNya. Cinta lainnya adalah bentuk dari pancaran cinta kita kepadaNya. Cinta kepada anak, istri/suami adalah sunatullah dan tempat kita menanam amal. Cinta kepada masyarakat, pada harta, pada perniagaan yang kita punya adalah sarana yang bisa kita pakai untuk lebih banyak berbuat agar kita layak mendapat cintaNya. Mudah2an kita selalu mendapat petunjuk untuk dapat mencintaiNya dengan sebenar-benarnya dan dapat saling mencintai karenaNya. Amin
.

God, Guide me to love You and........make me falling in love with You

Rabu, 27 Mei 2009

Imposible Request

Andai suatu hari, di hari ulang tahun kita yang ke 40 th, di perayaan ultah massal, Tuhan datang pada kita, melalui malaikatnya dan memberi hadiah kejutan. Dan bilang “ Apa yang kamu inginkan sayang?” (ini ke GR an, selalu merasa disayang sama Tuhannya). Apa ya kira-kira yang akan kita minta pada kesempatan yang mungkin tidak akan pernah datang lagi ini. Kalau seandainya boleh buat 10 permintaan, maka mungkin jauh lebih gampang untuk menentukan pilihan. Kalau seandainya cuma satu permintaan, pasti kita akan berfikir super keras untuk dapat mengutarakan permintaan terbaik.

Ada yang tanpa pikir panjang, langsung bilang supaya digoalkan jadi caleg. Karena hitung punya hitung bisa rugi bandar jika gagal terpilih. Ada yang setelah berpikir singkat langsung menjawab ”ingin rumah mewah lengkap dengan mobil dan perabot mewahnya”. Yang berfikir agak panjang bilang ” ingin punya usaha, yang nggak diurusin pun uangnya udah ngalir”.

Dari onggokan sofa ada seorang ibu yang dipaksakan cantiknya, lantang berteriak ” ingin awet muda dan cantik selamanya”. Yang lain agak menahan geli karena permintaannya terasa paling imposible.

Ada lagi seorang laki2 setengah baya dengan percaya diri dan pemikiran yang matang dia bilang ” aku ingin istri temanku”. Yang lain sempat tertegun....tapi tidak lama....... karena ternyata dibelakangnya banyak yang punya ide yang sama. Hanya saja mereka tidak segera mengutarakannya karena masih malu dan mengganggapnya tabu. Malah sebagian ibu-ibu suwit-suwit fourty ini juga punya ide yang sama ” ingin suami temannya, suami tetangganya, malah suami tukang sayur depan rumah yang kelihatan macco setiap kali menggangkat dagangannya

”Ha..ha..ha.. berhentilah berkhayal teriak pria yang duduk disudut yang belum juga mengutarakan permintaannya. ” Mungkin saja malaikat itu palsu, kan sekarang jin dan setan sudah lebih pintar untuk nyamar jadi malaikat”, katanya. Yang lain jadi berfikir ”Wah benar juga....harus diintrogasi juga nih malaikat”.

”Hai, jangan buang waktu....ini kesempatan tidak datang dua kali. Mau dia bener-bener malaikat atau jin atau setan sekalipun tidak pengaruh kan. Yang penting dia bisa buktikan bahwa dia mampu mengabulkan permintaan kita, ” teriak pria yang secara penampilan sih kayak ustad. Tapi siapa saja bisa kan bikin penampilan seperti itu. ”Apalagi kalau memang bener si beliau itu malaikat, maka tidak ada yang tidak mungkin di mata Tuhan”, lanjutnya.

Semua pandangan beralih ke sosok yang menamakan dirinya malaikat itu, untuk sekedar dapat petunjuk. Karena merasa diberi kesempatan untuk bicara maka, sang malaikat meneruskan kata-katanya yang terpotong oleh permintaan-permintaan para makhluk ini. ” Semua permintaan akan dikabulkan, termasuk permintaan paling mustahil sekalipun. Hanya dengan satu syarat, satu permintaan ditukar dengan hilangnya fungsi salah satu indra atau organ tubuh”, seru sang malaikat.

Kontan semua yang hadir kabur meninggalkan ruangan, karena tidak ingin permintaannya terkabul bersamaan dengan hilangnya salah satu fungsi indra mereka.

Ha..ha....ini hanya cerita khayalan saya. Mudah-mudahan yang tidak berkenan bisa memaafkan saya, yang banyak kekurangan ini. Saya hanya ingin memberikan sedikit gambaran betapa kita selama ini tidak banyak mensyukuri yang sudah Allah beri untuk kita. Terutama alat indra, kesehatan dan organ tubuh.

Kita tidak pernah berfikir dan berandai andai tentang fungsi organ yang kita miliki. Contoh paling gampang, coba kita tenggok alat cuci darah yang dipergunakan untuk menggantikan fungsi ginjal yang besarnya tidak lebih besar dari buah kiwi. Dan kita tidak pernah sadari bagaimana dia bekerja. Atau alat pengganti fungi jantung yang dipakai pada saat operasi bypass pembuluh jantung. Belum lagi mata kita. Yang dalam kelap kelipnya yang menggoda sebenarnya sedang menjalankan fungsinya untuk membersihkan dan melembabkan mata. Hidung, kulit, telinga, mulut, limpa, usus, sampai yang terkecil bulu mata......hampir semuanya luput dari perhatiannya kita untuk disyukuri setiap saat.

Sudahkah kita berandai-andai, seandainya fungsi salah satu organ tersebut menjadi tidak sempurna dan tidak seotomatis sekarang. Mungkin yang sudah beranjak menua, sudah bisa manggut-manggut. Karena bagi yang manula kenikmatan-kenikmatan itu sebagian sudah ada yang mulai dikurangi fungsinya.

Tapi bagi yang muda, apalagi yang rajin olahraga dan makan makanan sehat setiap saat. Maka yang terpikir adalah : " kesehatan hanyalah efek dari apa yang kita lakukan, kita fikirkan dan kita makan".

Andai Allah bilang, ” Ok, Aku kabulkan apa yang menjadi keinginanmu sekarang tapi digantikan dengan berkurangnya fungsi dari tubuhmu. Bagaimana kalau diganti dengan hilangnya fungsi penglihatan atau pendengaran?. Atau digantikan dengan kedua tanggan dan kakimu yang selama ini toh hampir terlupakan untuk disyukuri. Atau bagaimana kalau yang lebih kecil....Cuma hilangnya otomatisasi kedipan matamu, sayangku”. Dapat dipastikan anda dan saya akan kabur tunggang langgang atau mungkin sibuk mencari kata-kata yang tepat untuk meralat permintaan yang terlanjur terucap.

Allah telah memberikan nikmatnya terlalu banyak pada kita. Allah pernah bilang, ” Jika air laut itu adalah tinta dan kau pakai untuk menuliskan nikmat yang telah kukaruniakan kepadamu, maka itu tidaklah akan cukup”. Tapi dari yang begitu banyak, berapakah yang masih kita ingat untuk kita syukuri keberadaannya. Dalam setiap doa yang kita sebut adalah begitu banyaknya keinginan yang tidak terpenuhi, tujuan yang tidak tercapai, perdagangan yang rugi dan berbagai maksud hati yang ingin dicapai.

Tentu itu bukan hal yang salah, malah Allah bilang,” mintalah padaku, maka aku akan kabulkan”. Saking baiknya Allah, kita tidak diminta untuk memecahkan masalah kita sendiri. Jika kita minta, Allah akan turun tanggan untuk menolong kita dari sisi yang tidak kita duga-duga.

Betapa cintanya Allah kepada kita......tapi kenapa kita cuma mencintaiNya sekedarnya. Kita mengganggap apa yang kita miliki memang seharusnya begitu karena semua datang dari apa yang kita usahakan. Lantas bagaimana dengan udara yang kita hirup setiap hari. Apakah dia ada juga karena kita usahakan?. Lantas bagaimana dengan kerja jantung, paru-paru, hati, usus, limpa, kulit, mata, hidung, telinga, mulut.......apakah semua juga bekerja dibawah kendali dan kekuatan kita.

Kenapa dengan cinta Allah yang sudah teramat besar itu, kita masih sempat berfikir bahwa Allah tidak mencintai kita karena ada doa yang tak kunjung terjawab. Sebabnya adalah karena Allah tidak selalu memberi yang kita inginkan, tapi memberikan yang kita butuhkan. Karena Allah tahu hal yang terbaik untuk diri kita, lebih baik dari diri kita sendiri. Mudah-mudahan Allah mengampuni kita yang baru bisa bersyukur dengan cara yang paling sederhana ini.

Dipeluk Manusia Terkasih

Rindu kami padamu Ya Rosul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu Ya Rosul
Seakan Dikau disini.

Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya suarga
Dapatkah kami membalas cintamu
Secara bersahaja. (Bimbo)

Bulan ini mengingatkan kita, pada manusia terkasih, yang kasihnya pada umatnya hampir terlupakan. Manusia terkasih yang sampai detik-detik syakaratul mautnya, hanya umatnya yang selalu ditanyakannya. Manusia terkasih yang dengan kasihnya akan menunggu kita di telaganya, yang airnya lebih putih dari susu, harumnya lebih wangi dari misk, bijananya laksana bintang-bintang di langit. Manusia terkasih, yang namanya selalu kita sebut, tapi kita lupakan kasihnya.

Mengingatnya,,, selalu mengingatkan saya pada kecemburuan saya. Satu-satunya kecemburuan saya yang positif. Fatimah Az Zahra, putri Nabi yang terkasih adalah sosok yang paling saya cemburui. Nabi sangat sayang pada Fatimah. Nabi selalu menyambutnya dan mencium keningnya setiap kali melihat kedatangannya. Nabi ridho dengan ridhonya dan marah dengan kemarahannya. Nabi pernah berkata, ” Aku memusuhi siapapun yang memusuhinya dan berdamai dengan siapapun yang berdamai dengannya”.

Dalam didikan langsung Nabi Muhammad Saw, Fatimah adalah teladan terbaik bagi wanita muslim. Fatimah yang senantiasa dermawan dalam segala kekurangan materinya. Fatimah yang selalu sabar dalam menjalankan kehidupan dan agamanya. Fatimah yang merawat ayahandanya ketika nabi dilukai olah musuh-musuhnya. Fatimah pula yang membersihkan badan ayahdanya yang dilempari kotoran ternak oleh kaum kafir. Pastaslah jika Nabi Muhammad Saw menyebutnya sebagai ” Pemuka kaum perempuan penghuni surga”.

Kecemburuan saya, adalah cemburu buta. Karena saya belum banyak melalukan apa-apa untuk dapat meneladani Fatimah, putri Nabi tercinta. Tapi kecemburuan saya menyemangati saya untuk selalu berusaha melakukan apa yang diteladankan olehnya. Kecemburuan saya setidak-tidaknya dapat menjadi acuan tentang tujuan hidup saya.

Ketika saya kelelahan dan terengah-engah, yang saya ingat adalah kisah Fatimah ketika datang kepada Nabi untuk mengadukan kelelahannya hidup tanpa khodim (pembantu). Maka Nabi berkata, ” Maukah kalian aku beritahu yang lebih baik dari apa yang engkau minta?. Bacalah tasbih (subhanallah) 33 kali, tahmid (alhamdulillah) 33 kali, dan takbir (Allahu akbar) 34 kali”. Maka wasiat ini, saya adaptasikan menjadi wasiat bagi diri saya dari Nabi yang terkasih. Mengamalkannya seakan mendekat dalam pelukan manusia terkasih. Mengamalkannya membuat semangat hidup yang memudar dapat bersinar dengan terang benderang.

Sebagai bentuk kasih sayangnya, Nabi Muhammad Saw mengajarkan salah satu do’a kepada Fatimah Az Zahra. Nabi meminta Fatimah mengamalkannya di pagi dan petang.

Ya khoyu ya qoyum birohmatika astaqhitsu aslihli syanikullahu wala takilluni ilanafsi tarfatan aini ( Ya Allah yang Maha Hidup, dan Maha mengurus makhluknya. Dengan rahmatmu aku memohon. Perbaikilah setiap urusanku. Dan janganlah Engkau menyerahkan aku kepada diriku sendiri walaupun hanya sekejap mata).

Nabi terkasih yang doanya dijamin diijabah. Nabi Muhammad, manusia mulia yang paling dikasihi Allah, mewasiatkan doa pengharapan kepada anak tercintanya.

” Maka janganlah Engkau menyerahkan aku kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata”. memperhatikan penggalan dari doa itu, membuat saya merasa sangat sangat kecil.. Betapa Nabi mewalikan dirinya dan anak tercintanya kepada Zat yang Maha Besar dan Maha Kuasa. Betapa kecilnya Nabi menempatkan dirinya di hadapan sang Khaliq. Sehingga dia tak ingin hidupnya tergantung pada kekuatannya sendiri walau hanya sekejap mata.

Sekejap mata yang dapat melumpuhkan. Sekejap mata yang dapat menghancurkan. Sekejap mata yang dapat memalingkan....... Karena kita manusia. Apalah daya kita ketika hanya kekuatan diri sendiri yang dipakai untuk menghadapi hidup ini. Apalah daya kita ketika dihadapkan pada kekuatan-kekuatan lain yang jauh lebih besar dari kekuatan yang kita punya. Mungkin saat ini Allah masih berbaik hati, yang kita hadapi masih dapat diatasi dengan kekuatan kita sendiri dengan baik. Apakah benar hanya kekuatan kita. Apakah benar hanya karena kita punya kemampuan, maka semua dapat terselesaikan. La haula walakhuwatailabillah. Ya Rob.... janganlah Engkau menyerahkan aku kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata”.

Melantunkan doa wasiat Nabi ini seakan menghadirkannya dalam khayal yang nyata. Melantunkan doa wasiatnya seakan menghadirkan cintanya. Melantunkan doa wasiatnya menjadikan hidup terasa lebih damai dipeluk manusia terkasih.

Allahumasholli ala Muhammad.