Sabtu, 08 Agustus 2009

RAJA atau BUDAK

Pada kunjungannya ke India, Alexander Agung sangat terkesan dengan ketenangan dan ilmu-ilmu meditasi yang dimiliki oleh para Yogi. Karena itu dia bertekad untuk membawa pulang seorang Yogi untuk mengajarkan ilmunya di negaranya. Maka pada suatu hari ditemuilah seorang Yogi, “ Apakah anda berkenan ikut saya ke Yunani? Saya akan memberi anda pembantu dan memenuhi segala keperluan saudara.”
“Saya tidak punya keinginan. Saya tidak perlu pembantu dan saya tidak ingin ke Yunani”, ucap sang Yogi.

Penolakan tegas semacam itu mengejutkan Alexander. Dengan kesal, diacungkannya pedang sambil berkata, ”Tahukah kamu, bahwa aku bisa membunuhmu. Aku ini Alexander yang telah menaklukkan dunia”. Dengan tetap tenang dan tersenyum yang Yogi berkata, “Anda tidak bisa membunuh saya, karena badan ini hanyalah pakaian bagi jiwa saya. Dan anda bukanlah penaknuk dunia. Anda hanyalah sekedar pelayan dari budak saya”.
Alexander semakin marah, tapi juga bingung dengan keberanian sang Yogi. “Apa maksudmu ?, bentak Alexander.
Sang Yogi melanjutkan, “Kemarahan adalah budak saya. Saya telah menaklukkannya. Tapi anda begitu mudah dipengaruhi dan diperbudak olehnya. Jadi layaklah jika saya sebut anda sebagai pelayan budak saya”.

Nah,, jadi kitalah sebenarnya yang dapat menentukan kedudukan kita, mau jadi RAJA atau jadi BUDAK. Kitalah penguasa dari singggasana jiwa, yang selayaknya selalu diduduki oleh naluri kebaikan alami yang ada dalam diri kita. Perebutan singgasana jiwa ini, tidak akan pernah berhenti. Segala bentuk makar dari amarah, hawa nafsu, iri, dengki, sombong, takabur, keputusasaan dan keraguan tidak akan pernah berakhir. Tetaplah jadi RAJA yang berkuasa mengendalikan diri dan jiwa. Menyerah,, artinya menyerahkan kekuasaaan dan bersedia menjadi BUDAK.

"Orang yang kuat itu bukan diukur dengan keperkasaan fisik melainkan yang mampu mengendalikan hawa nafsunya pada saat marah" (Bukhori, Muslim)


Salam,, Feb Amni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar