Sabtu, 12 Desember 2009

Cinta Gadis Kecil itu...

Ini hanya cerita tentang seorang gadis kecil yang terlalu cepat menemukan cintanya. Gadis kecil yang belajar terlalu cepat tentang takdirnya. Ketika gadis kecil lainnya baru mengerti cinta pada orang tua dan keluarganya, gadis ini telah memenuhi hatinya dengan cinta yang lain.



Keluguannya…. Mengharuskannya untuk menyampul cintanya dengan baik. Tak ada yang tahu cerita tentang cinta itu. Tapi hampir semua bisa merasakan getaran cinta yang setiap hari berpedar dari dirinya. Semua dapat melihat dari matanya, betapa dia sedang jatuh cinta. Maka jadilah dia gadis manis yang penuh dengan cinta.



Gadis kecil itu tidak pernah tahu bagaimana cinta itu tumbuh subur dalam hatinya. Tapi dia juga tidak pernah ingin tahu kenapa dan mengapa cinta itu harus ada. Yang dia tahu cinta itu telah mengajarkannya banyak hal padanya. Dengan cinta itu dia mengenal dan memahami cinta dalam ketiadaan. Bukankah kita mencintai Tuhan dan RosulNya juga dalam ketiadaan. Tanpa pernah bertemu dan melihatnya. Gadis itu bilang, “Seperti itulah cintaku. Sangat terasa keberadaanya walau tak pernah kukenali wujudnya. Aku akan tetap memelihara cinta ini, karena dia telah mengajariku mengimani yang gaib , seperti aku mempercayainya dalam ketiadaan”.



Mungkin gadis itu telah bersalah, karena terlalu mengagungkan cintanya. Tapi dia merasa, cinta itulah yang telah mengisi setengah dari kepribadiannya. Dan diyakininya, bahwa cinta itulah yang membuatnya bersinar.



Kerena tidak ada yang dia lakukan, dia ucapkan dan dia sentuh kecuali dengan penuh cinta. Dia punya sumber cinta gaib yang selalu memenuhi hatinya dengan berbagai bentuk cinta yang suci dan indah. “Kemakmuran Cinta”....mungkin adalah istilah yang dapat dipakai untuk menggambarkannya. Gadis kecil itu tidak pernah kehabisan stok cinta untuk dibagikan pada siapapun yang berhak menerimanya. Senyumnya.... sentuhannya.....laku tubuhnya....semua adalah gambaran tentang betapa indahnya cinta.



Setelah perpuluh-puluh tahun, jiwa gadis kecil itu kini terperangkap dalam sosok wanita dewasa. Tapi senyumnya yang penuh cinta, masih sama dengan senyumnya berpuluh-puluh tahun yang lalu.



Kini mereka mnyebutnya dengan “Mengambil manfaat dari Cinta”. Cinta adalah sumber dari tindakannya. Cinta adalah ketenangan dan kebahagiaan dalam rumah dan keluarganya. Cintanya adalah harapan dari berpuluh-puluh anak asuhnya. Cintanya adalah simbul dari keberhasilan usahanya.



Jadi haruskan dia disalahkan untuk cinta yang tidak pernah melahirkan apapun kecuali niat baik.

Jadi haruskah dia meminta maaf untuk cinta yang telah banyak membahagiakan banyak orang karena ketulusan sinarnya.



Di akhir surat pada Tuhannya, gadis kecil itu menuliskan : “Cinta ini diluar kendaliku. Yang kutahu cinta ini bermuara kepada CintaMu. Tapi kupersembahkan perwujudannya sebagai bentuk pengabdian dan cintaku padaMu.