Kamis, 18 Februari 2010

Ketika Allah Minta Tolong

Dalam sebuah hadist Qudsi, Allah berkata kepada para hambanya, “Aku datang kepadamu dalam keadaan haus dan lapar. Mengapa engkau tak memberiku makan dan minum ?”. Dan para hamba menjawab, “Bagaimana aku memberimu makan dan minum, Engkau Tuhanku, aku hanya hambaMu”. Dan Allah berkata, “Aku datang dalam bentuk orang yang sedang kehausan dan kelaparan, dan meminta sedekah kepadamu, tapi engkau mengabaikanku”.


“Aku datang kepadamu untuk meminta pertolonganmu Mengapa engkau mengabaikanku ?”, kata Allah melanjutkan.

“Bagaimana aku memberimu pertolongan, aku hanya seorang hamba, sedang Engkau adalah yang Maha Perkasa”.

“Aku datang dalam bentuk seorang yang mengadukan permasalahan dan memohon pertolonganmu, dan engkau mengabaikanku”.


Andai Allah datang kepada kita dan meminta minuman yang sedang kita nikmati kesegarannya. Apa yang akan kita lakukan?.

Jika Allah berbisik, dan meminta apa yang sedang kita makan, padahal kita sedang dalam keadaan sangat lapar. Apa yang akan kita lakukan?


“Demi Allah yang hidupku ada dalam genggamannya, saya akan dengan sukarela memberikan minuman dan makanan yang sedang saya nikmati”. Mungkin begitulah yang akan kita katakan. Karena bagi kita melayani yang mulia adalah kemulian.


Tapi pada kenyataannya, tidak semua yang meminta minum, meminta makan dan meminta pertolongan, kita layani dengan setulus hati. Karena apa? Karena mereka tidak mulia?.

Bagaimana jika ternyata mereka adalah orang-orang yang dimaksud Allah dalam hadist tersebut. Betapa menyesalnya hati, melepas kesempatan memuliakan diri dengan menolong Allah.


Itulah Allah. Ternyata Ia, tidak hanya tinggal berdiam diatas sana. Tapi Dia ada disini, di depan kita, di belakang kita, di samping kita. Dia bisa datang menyerupai orang tua yang kelaparan, pemuda yang kehausan, wanita yang tersesat, anak yang perlu dibimbing, orang-orang yang terancam dan lain-lain. Akankah kita mengabaikannya, jika Allah berbisik “Ini.... AKU, kekasihku”. Dalam bentuk apapun Allah hadir, tentu karena kerinduan ini, kita akan memeluknya dan melayaninya dengan takjim.....


Wallahualam bissawab ..


Salam,, Feb Amni

Selasa, 02 Februari 2010

Ada apa dengan 40th.

Sebagian orang menyambutnya sebagai “live begin fourty”. Ada pula yang menyebutnya “puber kedua”. Yang lebih bijak menyebutnya sebagai “usia kearifan”.

Jika ditinjau dari fungsi biologis tubuh, maka pada usia ini terjadi penurunan kerja metabolisme tubuh dan fluktuasi hormonal. Penurunan kerja metabolisme tubuh, mengharuskan kita di usia ini sangat berhati-hati dalam menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Beberapa makanan yang dulu pada masa muda dapat dikonsumsi dalam jumlah besar, maka saat ini harus mulai ditimbang-timbang jumlahnya. Karena pada usia ini, tubuh tidak dapat lagi secara penuh menjalankan fungsi pembuangan zat-zat yang tidak lagi diperlukan oleh tubuh.

Sedangkan produksi hormonal tubuh mengalami fluktuasi. Kondisi ini hampir serupa, walaupun tak sama dengan kondisi fluktuasi kadar hormon yang terjadi pada masa pubertas. Mungkin karena itulah maka orang mengistilahkannya sebagai puber kedua. Kondisi hormonal selain mempengaruhi fungsi tubuh secara sistemik, juga secara tidak langsung mempengaruhi kondisi emosional. Kalau pada masa pubertas, remaja biasanya lebih mudah meledak-ledak dan suka melawan. Mungkin pada usia ini, ada beberapa yang masih mengalami hal serupa. Tetapi kebanyakan karena kematangan kepribadian dan pengalaman, maka gejolak emosional ini dapat dilalui dengan lebih cool. Tapi jika mau jujur, maka lain di dalam lain di luar…..itulah kondisi yang sebenarnya. Walaupun di luar tampak tenang dan damai, tapi di dalam jiwa terjadi gejolak yang sangat variatif antar individu. Karena itulah banyak orang yang mengalami banyak perubahan besar dalam hidupnya. Baik secara spiritual, emosional, kejiwaan, pola pikir dan banyak pula perubahan dalam pandangan-pandangan prinsip.

Selain fluktuatif, juga terjadi perubahan jenis hormon yang diproduksi. Pada laki-laki, terjadi penurunan hormon testoteron, yang diimbangi dengan kenaikan hormon estrogen secara simultan. Hormon testosteron ini seperti yang kita tahu, adalah hormon yang menyebabkan munculnya ciri sekunder pada laki-laki. Termasuk ciri-ciri kejantanan secara phsikis. Sedangkan pada wanita , terjadi penurunan hormon estrogen. Penurunan inipun diimbangi dengan kenaikan hormon testosteron secara simultan. Hormon estrogen adalah hormon pembawa ciri-ciri sekunder dan sifat-sifat kewanitaan..

Karena itulah pada usia ini, kita sering menemui perubahan prilaku-prilaku. Pada laki-laki, yang pada usia-usia sebelumnya, sangat cuek dan tidak memperhatikan penampilan, maka pada usia ini mulai terjadi pergeseran. Para bapak pada saat memasuki usia ini mulai suka berhias dan memperhatikan penampilannya.

Sedangkan di sisi wanita, ciri sekunder kewanitaan secara otomatis menurun fungsinya. Tetapi secara phsikis, wanita pada usia ini mulai mengadaptasi beberapa sifat kelaki-lakian. Kemandirian dan percaya diri adalah salah satu yang mengalami penguatan pada wanita di masa ini.

Dari sisi keagamaan, usia ini adalah usia pematangan. Dimana seeorang seharusnya sudah memasuki ambang kearifannya. Karena itulah Allah memberikan goncangan-goncangan dalam jiwa. Goncangan-goncangan ini sebenarnya adalah upaya Allah untuk membuat umatnya lebih kuat dalam menggenggam Robnya. Karena dengan terguncang kita akan secara otomatis mencari penggangan atau menguatkan genggaman.

Untuk hal ini Nabi mengisyaratkan dengan sebuah hadist : ”Sesungguhnya jiwa manusia itu berada diatara dua jari jemari Ar Rahman Hati ini dibolak-balikan menurut kehendaknya”

Dan diperkuat dengan sebuah firman Allah dalam Al Anfal 24 : ”.........Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.

Ayat ini mengisyaratkan bahwa hanya Allahlah yang menguasai hati manusia. Jadi mungkinkah kita masih bisa berjalan dengan angkuh, jika hati yang didalam dada kita sendiri, bukanlah kita penguasanya. Bagaimana kita bisa merasa memegang kendali terhadap orang lain, jika kita sesungguhnya bukanlah pengendali bagi diri kita sendiri. Jadi apapun yang terjadi di usia ini, itu hanyalah salah satu upaya Allah untuk memanggil kita mendekat. Sekuat apapun guncangan yang terjadi, selama kita menggenggamNya, maka Dia tak akan melepaskan kita.

Dan kita hanya bisa melantunkan doa Nabi, ”Ya mugholibal ghulub tsabit qolbi ala diinik” (Wahai zat yang membolak balikkan hati, teguhkan hatiku di dalam agamamu)

Salam,, Feb Amni