Jumat, 21 Agustus 2009

Khotbah Rasulullah Menyambut Ramadhan...

Sesudah menerima perintah ibadah puasa Ramadhan, Rasulullah saw berkhutbah di akhir bulan sya’ban kepada para sahabat-sahabatnya. Hadish ini berasal dari Salman Al Farisy ra dan diriwayatkan oleh Bukhari dalam sahihnya.

Wahai manusia! Sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya hari-hari yang utama, malam-malamnya malam-malam yang paling utama, dan saat-saatnya saat-saat yang paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu dihitung sebagai tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Tuhanmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membim-bingmu untuk melakukan puasa dan membaca kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini.

Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin.Muliakan orang yang lebih tua dari kamu, sayangi yang lebih muda, sambungkanlah tali persaudaraan, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal dipandang dan pendengaran dari apa yang tidak halal didengar. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.

Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu-waktu shalatmu karena itulahsaat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih sayang. Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketikamereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya dirimu tergadai oleh perbuatanmu, bebaskan dirimu dengan istighfarmu. Punggungmu berat oleh beban-bebanmu, ringankan dengan lamanya sujudmu.

Ketahuilah! Sesungguhnya Allah swt bersumpah dengan kemuliaan-Nya untuk tidak menyiksa orang-orang yang shalat dan orang-orang yang sujud, dan tidak mencampakkan mereka ke dalam api neraka pada hari manusia dibangkitkan menuju Tuhan alam semesta.

Wahai manusia! Barangsiapa di antara kamu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diampuni dosa-dosanya yang lalu.

Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, tidak semua kami mampu berbuat demikian”. Rasulullah saw bersabda: Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air, sesungguhnya Allah swt memberi pahala kepada orang yang beramal sekalipun sedikit, jika ia benar-benar tidak mampu melakukan lebih dari itu.”

Wahai manusia! Siapa yang memperindah akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati shirathal mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan beban pekerjaan pembantu dan pegawainya di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari Kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-
Nya. Barangsiapa yang memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan di bulan ini Allah akan menghubungkan dia dengan kasih sayang-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa yang memutuskan silaturrahim di bulan ini, Allah akan memutuskan ia dengan kasih sayang-Nya pada
hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunnat di bulan ini, Allah akan mencatat baginya kebebasan dari api neraka. Barang siapa melakukan shalat fardhu, baginya ganjaran 70 kali shalat fardhu di bulan yang lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa membaca satu
ayat al-Quran di bulan ini, ganjarannya seperti mengkhatam al-Quran pada bulan lainnya.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mohonlah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Tuhanmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Aku berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?” Nabi saw menjawab: “Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan oleh Allah swt... (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah, hlm 79)

Sumber : FB Adam Gunawan

Rabu, 19 Agustus 2009

OTAK Vs KeNaNGan

Otak kita adalah salah satu dari berjuta-juta keajaiban yang ada di dalam tubuh kita. Otak tersusun dari hampir 10 milyar neuron sebagai unit pelaksana sistim syaraf, dalam luasan otak yang dapat dibilang tidak terhingga. Setiap kegiatan berfikir, secara sadar atau tidak akan membentuk rangkaian-rangkaian neuron baru. Setiap hari dapat dihasilkan berjuta-juta rangkaian baru, dari apa yang kita pelajari, kita ingat dan kita kenang.

Yang unik dari otak adalah setiap rangkaian neuron yang lama tidak digunakan, dalam periode tertentu secara otomatis akan terhapus dengan sendirinya. Kegiatan ini bisa diibaratkan seperti kegiatan petugas kebersihan. Karena itulah maka hal yang kita pelajari beberapa tahun yang lalu, banyak yang telah kita lupakan, jika saat ini kita tidak mempergunakannya lagi. Tetapi sesuatu yang sangat kita sukai, baik itu suatu pelajaran atau kejadian yang berkesan, akan senantiasa melekat dalam ingatan.

Karena itulah maka apa yang kita kenang tentang masa lalu lebih banyak menggisahkan tentang suka cita dan kebahagiaan. Karena sebenarnya otak akan menyuguhkan beberapa kenangan secara berkala sebagai lintasan pikiran. Secara bawah sadar, kita lebih menyukai kenangan-kenangan yang indah, dibandingkan kenangan yang buruk. Maka otak akan merespon permintaan kita dengan menghapus beberapa rangkaian neuron yang berisi kenangan yang menyakitkan. Karena itulah maka kita sering menyebutkan bahwa ”Waktu dapat menyembuhkan luka”. Semakin sering kenangan itu melintas dalam ingatan, maka akan terjadi lagi sensor otomatis terhadap kenangan-kenangan yang tidak diinginkan.

Tapi ada pada sebagian orang, yang menyimpan kenangan buruknya hampir seumur hidupnya. Ini bukanlah kegiatan alamiah dari otak, tapi kegiatan perlawanan secara individual. Dia secara sadar, tidak mengijinkan sistim dalam tubuhnya menolongnya untuk menghapus kenangannya.

Jadi mungkin apa yang kita kenang pada masa sekarang tentang masa lalu, sebenarnya adalah tidak seindah kenangan itu. Tapi kita telah diberi kesempatan berulang-ulang oleh otak untuk mengedit moment-moment yang tidak kita suka, menjadi lebih serasi dan nyaman untuk diingat.

Seperti apa yang saya alami pada masa awal pernikahan saya. Sekarang saya menyebutnya sebagai ”kenangan manis”. Tapi saya yakin, kenyataan di masa itu tidaklah semanis yang saya ingat dan saya kenang sekarang. Bagaimana bisa disebut manis jika hampir setiap hari saya harus menglajo dari Pamulang-Bogor,, bahkan sampai saat saya sudah hamil besar sekalipun. Walaupun sudah menikah dan kemudian hamil, saya tidak pernah mengajukan cuti kuliah. Saya tidak dapat lagi membayangkan bagaimana repotnya saya menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi, sambil mengasuh anak pertama saya yang hiperaktif.

Tapi saat ini, tidak ada lagi kenangan tentang kerumitan, kelelahan, atau mungkin amarah dan kenangan-kenangan suram lainnya. Yang tersisa hanya kenangan betapa banyaknya saya memperoleh dukungan moral dan bantuan nyata dari teman-teman, kerabat dan para dosen. Saya masih ingat dengan jelas, bagaimana anak-anak murid mengaji saya dan teman-teman secara bergantian menjaga bayi saya. Setiap mengenang masa-masa itu, selalu ada senyum dalam cinta yang meluap-luap. Mengingat betapa banyak orang yang telah ikut serta mengukirkan kasih sayangnya dalam kehidupan saya.

Hmmm......begitulah sebuah kenangan jika dibicarakan secara ilmiah. Mudah-mudahan bisa menyadarkan kita...bahwa begitu sayangnya Allah kepada makhluknya. Sampai hal-hal kecil, berupa kenangan masa lalupun tidak diijinkanNya untuk selalu menyakiti seorang hamba.

”Lupa dan angan-angan adalah dua nikmat yang besar bagi anak adam. Seandainya bukan karena kedua nikmat itu, niscaya kaum muslimin tidak berjalan di jalan-jalan”. ( Al-Hasan)


Salam,,, Feb Amni

Sabtu, 15 Agustus 2009

penCITRAan

Ketika pertama kali memasuki dunia industri ini, kami memasuki dunia yang sangat abu-abu. Tidak ada yang benar-benar putih dan tidak ada yang benar-benar hitam. Benar dan salah sangat tidak jelas perbedaannya. Karena itu sejak awal kami bertekad, sesulit apapun, kami akan menanamkan pencitraan sebagai perusahaan yang berani untuk menjadi putih. Walau sulit, kami tetap yakin bahwa menjadi berbeda akan sangat terlihat indah pada waktunya. Beberapa marketing, sudah menyerah kalah....tidak tahan terhadap godaan untuk ikut menjadi abu-abu. Dan kami hanya dapat berkata, warna kami adalah warna kami, warnamu adalah warnamu.

Pencitraan ini adalah tantangan yang saat ini sebenarnya sudah mulai dapat menjadi tanda pengenal bagi perusahaan kami. Apalagi ditambah dengan, kamilah satu-satunya perusahaan dalam bidang yang sama yang pemiliknya adalah muslim. Akhirnya untuk menetapkan penerimaan karyawanpun, kami akan sangat peduli dengan warna mereka. Kadang kemampuan, malah bukan menjadi tolok ukur utama. Laboran handalan kami adalah anak muda yang belum siap pakai pada saat kami merekrutnya. Butuh enam bulan untuk mempersiapkannya. Tapi sekarang saya bisa berkata ”Saya bertanggung jawab penuh terhadap kesalahan yang dia perbuat.” Karena saya yakin dengan hasil kerja dan dedikasinya dalam melakukan pekerjaannya.

Beberapa bulan yang lalu, ada sebuah komplain yang sangat mengejutkan. Custumer kami (pabrik A) bilang bahwa, ”Edi coating ibu, encer, sepertinya dioplos dengan air. Kami minta diganti”. Kami coba recek ke lapangan. Ternyata hari itu, adalah hari yang sangat berat untuk bagian pengantaran ke arah barat. Ada 5 tempat, dengan total hampir 3 ton barang yang harus diantar dalam sehari. Sebenarnya kami telah menetapkan prosedur pengantaran yang cukup rinci. Cek dan recek barang yang diantar termasuk untuk mengukur kadar kekentalannya. Serta tandatangan penerima sebagai kesepakatan bahwa barang telah diterima dengan baik.

Rupanya hari itu ada prosedur yang terlewati, tidak dilakukan cek bersama antara pengantar dan penerima. Tapi untuk dugaan pengoplosan....kami sangat yakin bahwa staff kami tidak akan melakukannya. Sebenarnya terbersit kecurigaan bahwa ada tindak kecurangan dibagian gudang penerima. Sempat pula terfikir untuk mengkasuskan masalah ini. Tapi akhirnya setelah komunikasi panjang lebar dengan owner pabrik, kami memilih cara damai. Kami putuskan untuk mengganti barang yang sudah diantar dengan drum baru yang masih tersegel (200 lt, @ rp 60.000/lt), dengan jaminan bahwa pihak pabrik juga akan terus mengusut dugaan kasus kecurangan ini.

Maka saya ingat pesan paman saya bahwa, “Rejeki itu seperti aliran air. Air yang keluar, tidak selalu dapat diharapkan masuk kembali dari lubang yang sama. Tetapi setiap lubang selalu akan mendapat aliran air dari tempat yang lebih tinggi”.

Itu adalah salah satu harga yang harus dibayar untuk sebuah pencitraan. Dan hari ini, kembali Allah sedang mengajari saya hal yang sama, "Pencitraan" dengan cara yang berbeda. Kemarin, saya membayar pencitraan diri saya sendiri, dengan gelisah dan kegundahan. Hal itu disebabkan karena blog saya yang tidak populer ini….tiba-tiba terhubung dengan sebuah blog yang kurang santun (blog B). Karena kegagapan saya di bidang IT, hanya dengan modal keberanian coba-coba saya membuka blog ini. Saya sering menjelajahi beberapa blog dengan cara hanya mengklik “next blog” di sudut kiri atas. Beberapa blog sempet saya kunjungi, sebagian besar hanya sebatas halaman depan.

Saya kurang faham, apa yang terjadi, saya hanya tahu bahwa terdapat kesamaan entri judul pada tanggal yang sama antara blog saya dan blog B. Tapi sekarang untuk pencarian dengan goole atas nama saya, maka akan muncul koneksi antara blog saya dan blog B yang kurang santun itu. Hiiiii .... hati saya sempat panas, karena data tersebut sungguh mencoreng pencitraan yang telah saya bangun berpuluh-puluh tahun. Belum lagi, mengingat bahwa blog saya juga sering dikunjungi oleh teman-teman anak saya dan murid-murid keputrian saya.

Saya belum tahu apa yang harus saya lakukan. Yang saya tahu hanya bahwa, ”Allah akan terus memberi pelajaran pada saya untuk masalah pencitraan ini. Sampai saya benar-benar memahami bahwa "CITRA bukanlah apa yang dikatakan orang lain tentang kita. Tapi CITRA adalah apa yang kita lakukan untuk membangun diri kita sendiri”.


Salam,, Feb Amni

Sabtu, 08 Agustus 2009

Datanglah....

Pada saat hatiku membatu dan jiwaku
terberangus pada saat itulah kunantikan
kedatanganMu
Datanglah dan guyurilah jiwaku
dengan hujan RahmatMu

Pada saat segala sesuatu yang indah
lenyap dari kehidupan,
datanglah dan berkahilah hidupku.

Pada saat keramaian dan kesibukan dunia
menjauhkan aku dariMu
datanglah ....
berkahi aku dengan kedamaian dan
ketentraman....

Pada saat hati yang miskin ini kehilangan
saudaranya dan menyepi di salah satu sudut kehidupan
datanglah dengan segala kemuliaanMu.

Ketika keinginan duniawi membutakan
pikiranku, menidurkan aku dan menutupi
pandanganku dengan awan ketidaksadaran
datanglah dalam hidupku.

Engkau yang Maha Suci,
Yang Maha Sadar dan selalu Terjaga
datanglah dengan CahayaMu.

NN

RAJA atau BUDAK

Pada kunjungannya ke India, Alexander Agung sangat terkesan dengan ketenangan dan ilmu-ilmu meditasi yang dimiliki oleh para Yogi. Karena itu dia bertekad untuk membawa pulang seorang Yogi untuk mengajarkan ilmunya di negaranya. Maka pada suatu hari ditemuilah seorang Yogi, “ Apakah anda berkenan ikut saya ke Yunani? Saya akan memberi anda pembantu dan memenuhi segala keperluan saudara.”
“Saya tidak punya keinginan. Saya tidak perlu pembantu dan saya tidak ingin ke Yunani”, ucap sang Yogi.

Penolakan tegas semacam itu mengejutkan Alexander. Dengan kesal, diacungkannya pedang sambil berkata, ”Tahukah kamu, bahwa aku bisa membunuhmu. Aku ini Alexander yang telah menaklukkan dunia”. Dengan tetap tenang dan tersenyum yang Yogi berkata, “Anda tidak bisa membunuh saya, karena badan ini hanyalah pakaian bagi jiwa saya. Dan anda bukanlah penaknuk dunia. Anda hanyalah sekedar pelayan dari budak saya”.
Alexander semakin marah, tapi juga bingung dengan keberanian sang Yogi. “Apa maksudmu ?, bentak Alexander.
Sang Yogi melanjutkan, “Kemarahan adalah budak saya. Saya telah menaklukkannya. Tapi anda begitu mudah dipengaruhi dan diperbudak olehnya. Jadi layaklah jika saya sebut anda sebagai pelayan budak saya”.

Nah,, jadi kitalah sebenarnya yang dapat menentukan kedudukan kita, mau jadi RAJA atau jadi BUDAK. Kitalah penguasa dari singggasana jiwa, yang selayaknya selalu diduduki oleh naluri kebaikan alami yang ada dalam diri kita. Perebutan singgasana jiwa ini, tidak akan pernah berhenti. Segala bentuk makar dari amarah, hawa nafsu, iri, dengki, sombong, takabur, keputusasaan dan keraguan tidak akan pernah berakhir. Tetaplah jadi RAJA yang berkuasa mengendalikan diri dan jiwa. Menyerah,, artinya menyerahkan kekuasaaan dan bersedia menjadi BUDAK.

"Orang yang kuat itu bukan diukur dengan keperkasaan fisik melainkan yang mampu mengendalikan hawa nafsunya pada saat marah" (Bukhori, Muslim)


Salam,, Feb Amni

TeMan KhaYaL

Anak saya yang kedua, Algi, punya teman khayal. Saya baru tahu kalau dia punya temen khayal pada saat dia sudah duduk di bangku TK. Yang Saya tahu dari anakku yang satu ini bahwa dia adalah anak super manis, tidak hanya raut wajahnya tapi juga semua tindak tanduknya. Ditengah kekalangkabutan saya dengan kehiperaktifan kakaknya, Si Algi selalu memberi kita sentuhan-sentuhan kesejukan dengan senyum dan perhatiannya.

Algi mempunyai kemampuan sosial yang boleh dibilang diatas rata-rata. Setiap ada saudara datang, maka dia yang pertama kali menyambut dengan senyum manisnya. Dari umur 5 tahun Algi sudah terbiasa menawarkan bantuan untuk orang-orang disekitarnya. Saya ingat waktu kelas 1 SD, dengan uang sakunya yang cuma seribu rupiah, dia bisa menolong beberapa orang yang menangis di kelas karena ditinggal oleh ibu-ibunya. Maklum baru penyesuaian di bangku SD. Setiap kali saya tanya, “Tadi jajan apa, Nak ?”. “Ndak jajan, mama karena di kelasku ada anak yang nangis. Jadi aku kasih aja uangku supaya dia ndak nangis lagi.” Atau kadang dia bilang “ Aku beli permen untuk dikasih ke temen-temen yang nggak bawa bekal”.

Kadang saya berpikir inilah yang disebut “Allah menguji kita sesuai dengan kemampuan kita”. Algi adalah semua kebalikan dari sang kakak. Coba bayangkan sejak umur 3 tahun dia sudah mulai bisa mandiri. Begitu mudahnya merawat Algi. Makan bisa dia lakukan sendiri, memilih baju dan keperluan tetek bengek lainnya bisa dia tangani di usia yang masih balita. Dan ketika sudah duduk di kelas 3 SD, jadwal hariannya juga membuat saya terkagum-kagum. Anak sekecil itu sudah bisa bangun malam untuk meneruskan mengerjakan PRnya atau sekedar membaca buku yang terlewatkan di siang hari. Terkadang dilanjutkan dengan mengikuti kami sholat malam. Algi juga mengambil alih tugas pengasuhan saya kepada sang adik hampir 30 %. Dari mulai mengawasi PR adik, mengawasi makan siang adik di sekolah, mengontrol sholat adik dan menemani adik di setiap kesempatan. Subhanallah…Algi adalah gambaran ideal seorang anak….Alhamdulillah.

Algi dengan teman khayalnya bisa bermain berjam-jam dengan atau tanpa teman dengan asyiknya. Algi yang emosinya sangat stabil seolah-olah ada yang membisiki dirinya dengan kalimat-kalimat yang menyejukkan hati. Algi yang selalu tergerak untuk berbuat baik kepada orang disekitarnya. Kebaikan yang dilakukan Algi, terkadang seolah-olah tidak mungkin keluar dari nalar seorang anak kecil. Seperti ada yang selalu membisikinya ide-ide hebat untuk melakukan hal-hal baik. Algi yang selalu tenang, dan gembira dengan dirinya sendiri.

Pada saat TK, saya pernah melihat Algi asyik mewarnai sebuah gambar di teras belakang rumah. Pada saat menjelang magrib, hujan lebat dan petir sahut menyahut. Kakaknya sudah sibuk dengan bunyi-bunyian yang hiruk pikuk, untuk mendramatisir situasi supaya semakin gaduh. Algi tetap bahagia dengan dirinya sendiri.

Setelah memberi pengertian sedikit kepada sang kakak untuk meredam gejolak hatinya, saya mencoba mendekati Algi. ” Sedang apa, sayang?”. ” Mewarnai ini, Ma. Tapi yang sebelah sini yang mewarnai temenku”, katanya. Deg.....ditengah suasana yang mulai temaram dan soundtrack suara petir yang memekakkan telinga.....jawaban algi membuat merinding bulu kuduk saya.
”Temennya dimana sekarang?” tanya saya.
”Ada Ma....tapi dia nggak mau ketemu mama”, jawab Algi.

Saya tidak lanjutkan pertanyaan saya. Kepala saya sudah terasa tidak nyaman. Lebih baik segera saya bawa masuk anak manis saya ke dalam rumah.

Sejak kejadian itu saya tidak pernah ungkit-ungkit lagi keberadaan temen khayal si Algi. Tapi tetap dalam pantauan dan pengawasan saya. Khawatir ada hal-hal aneh yang terjadi. Tapi beberapa tahun lalu saya pernah tanyakan ke Algi,...... tapi dia sudah lupa katanya.

Saya hanya sekedar penasaran saja membanding-bandingkan Algi dengan diri saya. Yang terpikir oleh saya apa bedanya temen khayal Algi dan temen khayal saya. Sejak saya pertama kali mengenal rasa gundah, saya secara sadar menggangkat salah satu sosok sebagai teman khayal saya. Dia adalah sosok yang saya ciptakan dalam imaginasi saya untuk selalu menghibur dan memberi dukungan pada saya. Sang sosok ini selalu berada di kubu saya, tidak pernah bersebrangan, tidak peduli apapun yang saya lakukan.

Dalam kondisi sesulit apapun, saya tidak pernah kehilangan senyum saya. Karena Sang Sosok akan berbisik pada saya ” Hai...you are a strong girl. Ayo tersenyum, tidak ada yang bisa kamu atasi dengan murung seperti itu”. Dan kalimatnya selalu mujarab. Saya selalu bisa membayangkan senyumnya dengan jelas. Dan selalu saya balas dengan senyum terindah yang saya miliki dan saya bagikan ke semua orang termasuk orang-orang yang menyakiti hati saya.

Ketika ada orang yang menjatuhkan mental saya, dengan kelakuan dan caci-makinya sekalipun.....saya masih bisa tersenyum. Karena Sang Sosok akan berbisik pada saya, ” It’s small thing, Lady. You are unbreakable. Duniamu tidak akan berubah dengan apa yang dia lakukan padamu”. Hooop, saya tanggap kalimatnya dengan jitu. Langsung masuk ke hati bagai tetes air madu ditengah dahaga.

Cintaku Membebaskanmu

Setiap hari banyak sekali waktu yang saya habiskan di beranda belakang rumah saya. Jika pagi, banyak sekali kupu-kupu cantik yang beterbangan di sela-sela daun dan bunga-bunga. Kicauan burung dengan berbagai macam rupa suara, juga terdengar lebih merdu, sambil memandang si empunya suara berkejar-kejaran diantara pepohonan. Mungkin inilah yang saya sebut dengan kecintaan.

Kecintaan pada sesuatu, seharusnya tidak membelenggunya, tapi membiarkannya bebas sebagai dirinya. Yang sering kita lakukan adalah berusaha untuk membelenggu kecintaan kita untuk dapat dipandang dan dinikmati sebelum dia benar-benar lenyap. Seperti seorang yang mempunyai jaring kupu-kupu. Dia berkata bahwa kupu-kupu adalah kecintaannya dan berburu kupu-kupu adalah hobynya. Sepanjang hari dia menikmati harinya dengan memburu kupu-kupu, menangkapnya, mengawetkanya dan memajangnya di dinding. Dan dia berkata pada teman-temannya “Lihatlah, aku selalu bersama dengan yang kucintai. Dia menghiasi dinding rumahku”.

Begitu pula dengan mereka yang mengaku sebagai pengemar kicauan burung. Dia membeli sangkar terindah dan menikmati kicauan burung yang terbelenggu. Dan berkata “Bernyanyilah burung, karena aku telah membeli kebebasanmu, untuk menjadi kecintaanku”.

Karena itu aku bilang pada anak keduaku yang harus berangkat ke pesantrennya hari ini “Jangan bersedih Nak, aku melepasmu, karena cinta ini membebaskanmu untuk menjadi dirimu sendiri. Membebaskan dirimu untuk mendapatkan pendidikan terbaik. Membebaskan dirimu untuk memandang yang engkau cintai dari kejauhan. Bukankah gunung, akan tampak lebih indah jika dipandang dari kejauhan ?. Cintai dan menikmatilah jarak ini. Karena dengan menyadari jarak ini, engkau bisa belajar bagaimana cara untuk mendekat.”


Salam,, Feb Amni

M A R A H

Hari itu, Ali RA sedang duduk bersama Rasul. Dan tiba-tiba datang seorang kafir Quraise membentak-bentak dan memaki-maki Ali dengan berbagai ungkapan dan kata-kata yang kasar. Pada awalnya Ali diam saja mendengar makian dan cacian tersebut. Semakin lama dibiarkan, Si Quraise bukannya mereda amarahnya, tapi malah bertambah kasar dan mulai menunjuk-nunjuk dan menghina Nabi SAW. Mendengar makian sudah mengarah ke arah Nabi, maka Ali spontan bangkit dan membalas makian orang Quraise tersebut. Tapi spontan pula Nabi berdiri meninggalkan Ali.

Setelah peristiwa itu, Ali segera menghampiri Nabi dan bertanya “Kenapa engkau meningggalkanku, ya Rosul. Padahal aku sedang membela engkau ?”.
Dan Nabi menjawab, “ Pada saat engkau dimaki-maki dan engkau sabar dan mendiamkannya, aku melihat ada 10 malaikat yang melindungimu dan memberkatimu. Tapi setelah engkau marah dan membalas makian mereka, maka malaikat itu pergi. Dan akupun pergi pula meninggalkanmu”.

Apa yang bisa diambil dari kisah ini.

Pertama : Menahan marah memang tidaklah mudah. Tapi dalam diam kita berada dalam lindungan dan keberkahan dari Allah dan para malaikatNya.

Kedua : Takutlah pada orang yang ketika kita marah dan memakinya dia diam saja. Bukan karena dia tak mampu membalas makian kita, tapi dia takut pada Tuhannya. Karena artinya kita tidak berhadapan dengan kekuatan manusia, yang seberapapun besarnya, masih setara dengan kekuatan kita. Karena kita sama-sama manusia. Tapi dengan diamnya, dia menyerahkan urusannya pada yang Maha Perkasa. Yang artinya pula bahwa kita telah dihadapkan dengan kekuatan langit yang tentu tidak sepadan dengan kekuatan kita sebagai mahluk bumi.

Nabi mengisyaratkannya pula dalam sebuah hadist " Barangsiapa yang dapat menahan amarah, pada saat ia mampu melakukan pembalasan dan melampiaskannya, maka Allah akan memenuhi hatinya dengan perasaan aman dan keimanan".

Mudah-mudahan dapat menjadi motivasi kita untuk tetap sabar dan dapat mengendalikan diri dalam marah.


Salam,, Feb Amni

WajahMu

Engkaulah jalan

Engkaulah pula tujuan

Keheningan milikMu
dan sesungguhnya keramaianpun punyaMu

Lalu,, mengapa aku tak menemukanMu
di tengah keramaian dunia ?

Adakah kesalahan di dalam diriku
hingga wajahMu tak terlihat olehku ?


NN

Jumat, 07 Agustus 2009

KeLEenTuRaN SikAP

Tak salah bila kita mengganggap ketangguhan otot, pendirian yang kuat serta kerasnya kemauan sangat berguna untuk mengatasi segala masalah yang dihadapi. Tak bisa dipungkiri juga diperlukan banyak melatih diri untuk semakin tangguh, kuat dan tegar.

Tetapi kita sering lupa bahwa pemecahan masalah tidak selalu diselesaikan dengan segala daya kekuatan. Melainkan cukup dengan sebuah kelenturan sikap. Mengapa demikian, karena memang tidak semua kenyataan dalam kehidupan ini sanggup dihadapi oleh kekuatan apapun yang kita miliki. Cukup dengan menerimanya, walau kadang tidak dapat memahaminya. Kelenturan sikap janganlah diartikan sebagai bentuk dari kelemahan. Melainkan sebuah kekuatan untuk menghadapi segala sesuatu sebagaimana ia apa adanya. Maka ada kalanya kita telah mengatasi masalah hanya dengan menerima masalah tersebut itu dengan ikhlas. Dan artinya kita telah menemukan setengah dari kebenaran lainnya.


NN