Rumah kami
sering kedatangan tamu dari suku Baduy Dalam.
Mereka menyebut suami saya sebagai kerabatnya. Hehe…. Saya kurang tahu apa alasannya. Mungkin karena mereka sama-sama berasal dari
Banten. Untuk sampai ke rumah kami di pamulang,
mereka membutuhkan waktu tiga hari berjalan kaki. Setiap hari mereka akan singgah bermalam ke
tempat orang-orang yang mereka anggap
kerabat.
Mereka datang
tidak dengan tangan kosong. Mereka
selalu membawakan buah tangan, berupa hasil panen : pisang, durian, pete atau
buah-buahan. Buah tangan yang mereka
bawakan memang tidak seberapa. Tapi
dapatkah anda bayangkan perjuangannya memanggul oleh-oleh itu sambil berjalan
kaki selama tiga hari tiga malam.
Perjalanan
itu biasanya mereka lakukan sambil menunggu masa panen. Mereka mengadakan perjalanan sekalian untuk
menjual hasil alam dan hasil kerajinan
tangan berupa baju, dan tas, juga madu.
Kebiasaaan suku
Baduy berkunjung dan membawakan oleh-oleh juga tercermin dalam salah satu
budayanya yang dikenal dengan Seba .
Seba adalah kegiatan tahunan yang dilakukan untuk memberikan seserahan
kepada Gubernur Banten. Seserahan itu dilbawakan oleh serombongan suku Baduy sebagai
bentuk pengakuan kedaulatan Gubernur Banten.
Seserahan itu berupa : gabah, buah-buahan, sayur-sayuran serta beberapa
ekor ayam. Bukan jumlah dan nilai seserahannya
yang menarik. Tapi semangat untuk memberi. Bahkan memberi kepada mereka yang notabene lebih berkecukupan
daripada mereka sendiri. Pemberian itu,
baik berupa seserahan adat atau oleh-oleh menjadi tanda bahwa Suku Baduy ini
adalah masyarakat yang mandiri.
Keterasingan tidak menyebabkan mereka menjadi suku yang eksklusif,
apalagi merasa terkucil dan tertinggal.
Walaupun saya
tidak ingin menyebutkan bahwa keterasingan adalah suatu yang patut dicontoh,
tapi saya ingin mengatakan bahwa dalam keluguan dan keterbatasan mereka, banyak hal yang bisa menjadi pelajaran.
Seperti istilah pamali dan teu meunang yang selalu dipakai suku baduy dalam menjaga
harmoni sosial. Pranata yang sangat
sederhana tapi terbukti ampuh menahan
gempuran apapun.
Lojor teu
meunang dipotong (panjang tidak boleh dipotong)
Pondok teu meunang
disambung (penmdek tidak boleh disambung)
Kurang teu
menang ditambah (kurang tidak boleh ditambah)
Leuwih teu
meunang dikurang (lebih tidak boleh dikurangi)
Inti dari
istilah-istilah tersebut adalah mensyukuri
nikmat. Ikhlas. Sederhana, tegas dan lugas. Tidak silau hijaunya rumput tetangga. Apalagi dengan melakukan hal negatif. Karena itu pasti merusak diri dan pihak
lain. Yang ada digunakan sebaik-baiknya
untuk kemaslahatan.
Cobalah perhatikan
wajah dan ekspresi mereka jika kebetulan
anda berpapasan atau berkesempatan berdialog.
Wajahnya selalu tampak ceria dengan senyum tulus yang ikhlas. Bukan senyum kepura-puraan. Bukan juga senyum sinis atau meremehkan. Keluguan mereka dalam berfikir tergambar
jelas di wajahnya yang juga tampak polos dan bahagia.
Itulah orang
Baduy dalam kesederhanaan pola hidup dan juga pola pikirnya, mereka sungguh menikmati hidup. Sederhananya kebahagiaan orang Baduy. Bahagia dalam kesederhanaan dan
menyederhanakan kebahagiaan. “Bersikaplah
bahagia maka engkau akan bahagia”. Tentu
mereka tidak pernah tahu resep Dale Carnegie tentang kebahagian tersebut, tapi sepertinya mereka telah
mempraktekkannya dengan sangat baik.
Nabi berpesan, “Sesungguhnya beruntung orang yang masuk Islam dan rizqinya cukup serta merasa cukup dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya”. (H.R.Muslim)
Dan dalam suatu riwayat, Hakim bin Hizam r.a.berkata, “Saya pernah meminta kepada Rasulullah SAW dan beliaupun memberi kepadaku. Lalu saya meminta lagi kepadanya, dan beliaupun tetap memberi. Kemudian beliau bersabda : „ Hai Hakim ! harta ini memang indah dan manis, maka siap yang mengambilnya dengan hati yang lapang, pasti diberi berkat baginya, sebaliknmya siapa yang mengambilnya dengan hati yang rakus pasti tidak berkat baginya. (H.R.Bukhari dan Muslim )
Maka Qona’ah adalah bersyukur. Bukan kita bersyukur karena diberi kebahagian, tapi karena syukurlah kita menjadi bahagia. Walaupun tidak pernah mudah, tapi syukur tetap menjadi panduan dasar untuk selalu menapaki hidup yang berkah dan berbahagia.