Hari ini
harus kembali ke Jakarta untuk sebuah pelatihan. Harus pagi-pagi berangkat dari rumah yang ada
di pinggiran ibukota. Bangun dengan
tergesa-gesa dengan seabrek tuntutan pekerjaan yang harus dipastikan clear
sebelum berangkat.
Bagi seorang ibu meninggalkan rumah pukul 5.45 bukanlah hal yang mudah. Anak-anak sudah harus dapat dipastikan bangun dan mendapat sarapan yang layak. Suami harus sudah disapa dan sedikit dirayu-rayu. Karenanya saya harus bangun jam 4.30 untuk memulai menyiapkan semuanya. Jam bangun pagi yang normal sebenarnya, tapi dengan ketergesa-gesaan yang sungguh di luar normal. Sholat dengan tergesa-gesa, berdoa tergesa-gesa, menyiapkan sarapan tergesa-gesa dan membangunkan si kecilpun dengan tergesa-gesa. Tak ada lagi kalimat sapaan lembut seperti biasa yang sekedar menanyakan mimpi dan nyenyak tidurnya.
Bagi seorang ibu meninggalkan rumah pukul 5.45 bukanlah hal yang mudah. Anak-anak sudah harus dapat dipastikan bangun dan mendapat sarapan yang layak. Suami harus sudah disapa dan sedikit dirayu-rayu. Karenanya saya harus bangun jam 4.30 untuk memulai menyiapkan semuanya. Jam bangun pagi yang normal sebenarnya, tapi dengan ketergesa-gesaan yang sungguh di luar normal. Sholat dengan tergesa-gesa, berdoa tergesa-gesa, menyiapkan sarapan tergesa-gesa dan membangunkan si kecilpun dengan tergesa-gesa. Tak ada lagi kalimat sapaan lembut seperti biasa yang sekedar menanyakan mimpi dan nyenyak tidurnya.
Benar-benar
tidak terbayangkan jika harus melakukan ketergesaan ini tiap hari. Kemacetan dan begitu banyaknya manusia
menghiasi pemandangan sepanjang jalan menuju Salemba. Tidak hanya anak muda dan
para bapak yang menyesaki kota Jakatra ini, tapi juga para ibu. Jumlah merekapun tidak kalah banyak
dibandingkan jumlah para bapak.
“Wanita-wanita tangguh”,batin saya dalam hati. Baru dua hari saja rasanya sudah hampir patah
arang terjebak dalam kemacetan.
Sejak dulu
tidak pernah terbersit cita-cita untuk menjadi pegawai. Dan dalam setiap doa, saya memohon kepada Tuhan yang Maha Agung agar menjadikan
saya wanita hebat dan berdaya guna hanya dari dalam rumah. Menjadi ibu adalah kemulian. Dan alangkah indahnya jika bisa menikmati
kemulian itu setiap waktu, tanpa terpotong oleh jam kerja.
Semua jenis
usaha yang memberi peluang sudah saya jalankan.
Semuanya dari rumah. Mulai dari
buka pangkalan minyak tanah, jual pupuk, jual rumput untuk lapangan
golf, buka butik, jual air isi ulang, budidaya lele dan juga produksi kue-kue
kering. Pernah juga saya mencoba
menggeluti sektor produksi yang notabene sesuai dengan keilmuan saya,
pengolahan sosis, dan bakso ikan.
Ahhh,, jadi
teringat lagi pada ibu-ibu yang terlihat di sepanjang jalan tadi pagi. Ada yang mengejar-ngejar bis, ada yang berboncengan
naik motor, ada juga yang berdesak-desakan naik angkot dan berebut taksi. Seharusnya mereka bisa menghasilkan uang dari rumahnya sendiri. Semua pasti bisa. Karena setiap orang punya
potensi. Hanya masalah kemauan, dimanakah potensi itu akan dikembangkan. Seperti kata anak saya, ”Allah selalu menyediakan berjuta-juta pilihan bagi kita dengan berjuta skenario yang
telah ditetapkan sebelumnya. Jadi sebenarnya, kita lah yang memilih, berperan sebagai apa dan berdayaguna dimana”.
Seorang ibu
adalah penyokong keluarga. Dan seorang ibu juga dapat menjadi penunjang ekonomi
keluarga. Untuk menghasilkan uang, tidak
harus pergi keluar rumah dan berdesak-desakkan di Jakarta. Dari rumahpun para ibu bisa menjadi
pencetak uang.
Bagaimaaanaa caranya ??? itu kan Cuma teori.
Bukan kok,
ini bukan teori. Ini kenyataan yang
ingin saya ceritakan. Ibu dapat menghasilkan uang dari dalam rumah dengan tetap memeluk anak-anak tercinta, bermain
dengan binatang kesayangan dan merawat bunga-bunga di taman.
Intinya yang
pertama adalah kemauan dan tekat yang kuat.
Hanya itu. Pastikan kita memilih hanya
satu pilihan. Ingin jadi ibu yang hebat,
berguna dan juga dapat menjadi pendukung ekonomi keluarga dengan tetap berada
di dalam rumah. Itu inti
pilihannya. Setelah itu kita bisa
menetapkan pilihan-pilihan lain yang bisa kita kerjakan dari dalam rumah. Harus tetap fokus, walaupun mungkin datang
tawaran-tawaran menarik untuk menghasilkan banyak uang di luar rumah. Jangan bergeming. Tetap pada semboyan “Rumah ini surgaku, rumah
ini pundi uangku”.
Yang kedua
adalah menggali potensi diri. Apa saja
potensi kita, itu adalah uang. Banyak
alternatif yang bisa dilakukan oleh seorang ibu dari dalam rumah. Mulai dari membuat makanan kecil, membuat
kerajinan tangan, pendampingan belajar,membuat alat peraga pendidikan, antar
jemput, supplier, agen, warung, konsultan dan lain-lain. Sesuaikan dengan potensi dan peluang yang ada
di sekitar kita.
Ketiga....tetaplah
peduli. Peduli adalah salah satu pembuka
pintu peluang usaha. Tidak ada rumusnya
orang egois yang bisa menjadi pengusaha.
Karena peluang usaha tercipta dari kepentingan orang lain terhadap
kita. Jika kita selalu menyikapi bahwa
membukakan jalan bagi orang lain adalah pembuka jalan bagi kita untuk menemukan
peluang, maka janji Allah selalu benar, “Barang siapa yang menolong
kesusahan orang muslim, maka Allah ta’ala akan menolongnya dari kesusahannya
dan barang siapa yang menyelamatkan orang dari kesempitan, maka Allah ta’ala
akan menyelamatkannya dari kesempitannya” .
Jadi para ibu jangan pernah ragu untuk tetap berada di dalam
rumah. Kita tidak perlu mengejar uang,
biar saja uang yang mengejar-ngejar kita....hehe. Tetap optimis ya bu :)
*Memory with BP School of Writing (ditulis Agustus 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar