Kamis, 20 Desember 2012

Rumahku, Pundi Uangku



Hari ini harus kembali ke Jakarta untuk sebuah pelatihan.  Harus pagi-pagi berangkat dari rumah yang ada di pinggiran ibukota.  Bangun dengan tergesa-gesa dengan seabrek tuntutan pekerjaan yang harus dipastikan clear sebelum berangkat.   

Bagi seorang ibu meninggalkan rumah pukul 5.45 bukanlah hal yang mudah.  Anak-anak sudah harus dapat dipastikan bangun dan mendapat sarapan yang layak.  Suami harus sudah disapa dan sedikit dirayu-rayu.  Karenanya saya harus bangun jam 4.30 untuk memulai menyiapkan semuanya.  Jam bangun pagi yang normal sebenarnya, tapi dengan ketergesa-gesaan yang sungguh di luar normal.  Sholat dengan tergesa-gesa, berdoa tergesa-gesa, menyiapkan sarapan tergesa-gesa dan membangunkan si kecilpun dengan tergesa-gesa.  Tak ada lagi kalimat sapaan lembut seperti biasa yang sekedar menanyakan mimpi dan nyenyak tidurnya.

Benar-benar tidak terbayangkan jika harus melakukan ketergesaan ini tiap hari.  Kemacetan dan begitu banyaknya manusia menghiasi pemandangan sepanjang jalan menuju Salemba. Tidak hanya anak muda dan para bapak yang menyesaki kota Jakatra ini, tapi juga para ibu.  Jumlah merekapun tidak kalah banyak dibandingkan jumlah para bapak.  “Wanita-wanita tangguh”,batin saya dalam hati.  Baru dua hari saja rasanya sudah hampir patah arang terjebak dalam kemacetan.  

Sejak dulu tidak pernah terbersit cita-cita untuk menjadi pegawai.  Dan dalam setiap doa, saya memohon  kepada Tuhan yang Maha Agung agar menjadikan saya wanita hebat dan berdaya guna hanya dari dalam rumah.  Menjadi ibu adalah kemulian.  Dan alangkah indahnya jika bisa menikmati kemulian itu setiap waktu, tanpa terpotong oleh jam kerja.  

Semua jenis usaha yang memberi peluang sudah saya jalankan.  Semuanya dari rumah.  Mulai dari buka pangkalan minyak tanah, jual pupuk, jual rumput untuk lapangan golf, buka butik, jual air isi ulang, budidaya lele dan juga produksi kue-kue kering.  Pernah juga saya mencoba menggeluti sektor produksi yang notabene sesuai dengan keilmuan saya, pengolahan sosis, dan bakso ikan.  

Ahhh,, jadi teringat lagi pada ibu-ibu yang terlihat di sepanjang jalan tadi pagi.   Ada yang mengejar-ngejar bis, ada yang berboncengan naik motor, ada juga yang berdesak-desakan naik angkot dan berebut taksi. Seharusnya mereka bisa menghasilkan uang dari rumahnya sendiri.  Semua pasti bisa. Karena setiap orang punya potensi. Hanya masalah kemauan, dimanakah potensi itu akan dikembangkan.  Seperti kata anak saya, ”Allah selalu menyediakan berjuta-juta pilihan bagi kita dengan berjuta skenario yang telah ditetapkan sebelumnya.  Jadi sebenarnya, kita lah yang memilih, berperan sebagai apa dan berdayaguna dimana”.  

Seorang ibu adalah penyokong keluarga. Dan seorang ibu juga dapat menjadi penunjang ekonomi keluarga.  Untuk menghasilkan uang, tidak harus pergi keluar rumah dan berdesak-desakkan di Jakarta.  Dari rumahpun para ibu bisa menjadi  pencetak uang.

Bagaimaaanaa  caranya ??? itu kan Cuma teori.
Bukan kok,  ini bukan teori.  Ini kenyataan yang ingin saya ceritakan.  Ibu dapat menghasilkan uang dari dalam rumah dengan tetap memeluk anak-anak tercinta, bermain dengan binatang kesayangan dan merawat bunga-bunga di taman.  

Intinya yang pertama adalah kemauan dan tekat yang kuat.  Hanya itu.  Pastikan kita memilih hanya satu pilihan.  Ingin jadi ibu yang hebat, berguna dan juga dapat menjadi pendukung ekonomi keluarga dengan tetap berada di dalam rumah.  Itu inti pilihannya.  Setelah itu kita bisa menetapkan pilihan-pilihan lain yang bisa kita kerjakan dari dalam rumah.  Harus tetap fokus, walaupun mungkin datang tawaran-tawaran menarik untuk menghasilkan banyak uang di luar rumah.  Jangan bergeming.  Tetap pada semboyan “Rumah ini surgaku, rumah ini pundi uangku”. 

Yang kedua adalah menggali potensi diri.  Apa saja potensi kita, itu adalah uang.  Banyak alternatif yang bisa dilakukan oleh seorang ibu dari dalam rumah.  Mulai dari membuat makanan kecil, membuat kerajinan tangan, pendampingan belajar,membuat alat peraga pendidikan, antar jemput, supplier, agen, warung, konsultan dan lain-lain.  Sesuaikan dengan potensi dan peluang yang ada di sekitar kita.

Ketiga....tetaplah peduli.  Peduli adalah salah satu pembuka pintu peluang usaha.  Tidak ada rumusnya orang egois yang bisa menjadi pengusaha.  Karena peluang usaha tercipta dari kepentingan orang lain terhadap kita.  Jika kita selalu menyikapi bahwa membukakan jalan bagi orang lain adalah pembuka jalan bagi kita untuk menemukan peluang, maka janji Allah selalu benar, “Barang siapa yang menolong kesusahan orang muslim, maka Allah ta’ala akan menolongnya dari kesusahannya dan barang siapa yang menyelamatkan orang dari kesempitan, maka Allah ta’ala akan menyelamatkannya dari kesempitannya” .

Jadi para ibu jangan pernah ragu untuk tetap berada di dalam rumah.  Kita tidak perlu mengejar uang, biar saja uang yang mengejar-ngejar kita....hehe. Tetap optimis ya bu :)


*Memory with BP School of Writing (ditulis Agustus 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar