Jumat, 21 Desember 2012

Kelas Kepribadian


Di sekolah anak saya yang kedua, di kelas satu SMA, pembagian kelas mereka diseleksi berdasarkan 4 tipe kepribadian .  Seleksi kepribadian didapatkan dari  hasil psikotes dan wawancara dengan psikolog.  Sehingga terbentuklah empat kelas :  
1. Kelas Koleris : berisi murid-mirid dengan tipe pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Kelas Sanguinis : yang terdiri dari murid-murid yang  suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Kelas Phlegmatis :  terdiri dari murid-murid yang suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Kelas Melankolis : terdiri dari murid-murid yang  suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.

 Awalnya saya merasa aneh dengan pembagian kelas semacam ini.  Karena saya tidak dapat membayangkan bagaimana hebohnya kelas anak-anak sanguinis dan betapa senyapnya kelas anak phlegmatis.  Tetapi setelah berjalan hampir enam bulan saya baru melihat banyak perubahan positif yang terjadi pada anak saya yang plegmatis.  Dia cenderung lebih terbuka, spontan, ceria dan sudah bisa mengajukan sanggahan serta argumen.  Kemajuan besar, karena biasanya anak kedua saya ini cenderung pendiam dan menjadi pendengar yang baik.

“Gimana  Nak,  suasana  belajar di kelas phlegmatis ?”
“Sangat sangat  tenang Ma.  Sampai gurunya aja ndak tahu muridnya sebenernya sudah paham atau belum…..hehe.  Kalau ada kesempatan disuruh bertanya ada sih beberapa yang angkat tangan.  Ternyata cuma mau ijin mau ke belakang”
“Hahaha”,  saya ikut terbahak-bahak membayangkan betapa membosankannya menjadi guru di kelas itu. 
“Kalau di kelas Sanguinis gimana ?”, tanya saya penasaran
“Waaah, kalau kelas itu sih, super heboh.  Ramainya sampai kedengeran dari kelas sebelah.  Yang paling serius kelas Melankolis, banyak pertanyaan.  Tapi yang paling alot ya kelas Koleris,  semua pengen jadi ketua kelas….haha”.
Waaah…. Seru juga ternyata berada diantara teman-teman dengan tipe kepribadian yang sama.  Dari sini saya baru tahu ternyata dengan bersama dan mengamati teman yang setipe, mereka baru benar-benar dapat mempelajari kepribadiannya sendiri.  Sangat alamiah jika kita sulit melihat kekurangan sendiri.   Merasanya paling bener, paling baik dan paling menyenangkan….. hehe pokok’e narsis pool.   Segala yang  jelek rasanya ndak ada hubunganya dengan diri sendiri.  Tapi dengan berinteraksi dengan mereka yang memiliki tipe kepribadian yang  sama,  maka kita dapat melihat sifat-safat mana yang paling nyebelin, bikin  eneg dan bikin ndak nyaman orang lain.

Mungkin awalnya akan terasa tidak menyenangkan karena tipe kepribadian yang sama lebih banyak kemungkinan untuk berbenturan.  Karena itu biasanya kita cenderung tidak memiliki teman dekat dengan tipe  yang sama.  Tetapi dengan pengelompokan kelas ini mereka dipaksa untuk berinteraksi secara intens dengan teman-teman yang  tipe kepribadiannnya sama.  Bergaul dengan teman yang setipe seperti  layaknya bercermin.   Seperti mengambil jarak dari diri sendiri, untuk dapat menilai secara logis kelebihan dan kekurangan dari kepribadaian kita sendiri.

Sifat yang paling kita benci, sesungguhnya juga kerap dilakukan oleh orang-orang dengan tipe kepribadian yang sama.  Dengan bersedia berkumpul dengan orang-orang dengan setipe, maka kita akan tahu dan mencoba meminimalisir sifat-sifat negatifnya sendiri.  Setiap tipe memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.

Setiap tipe kepribadian walupun dapat dirumuskan sifat-sifat dan laku bawaannya, tetapi sesungguhnya setiap individu tetap unik.   Setiap kita dengan tipe kepribadian manapun, mempunyai pesonanya sendiri-sendiri.  Dan seperti halnya magnit, maka seseorang cenderung mengagumi kepribadian yang berlawanan.  Si melankolis biasanya saling kagum dengan saquinis.  Si koleris akan bersahabat sejati dengan si plegmatis. 
Tiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari Tuhan sang pencipta saat manusia dilahirkan.  Walaupun secara teori kepribadian dasar dari seorang anak ketika lahir ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan kondisi ibu pada saat bayi di dalam kandungan.  Karena itulah masa di dalam kandungan adalah sekolah paling dini yang dilalui oleh manusia.  Kondisi kejiwaan dan emosional ibu sangat mempengaruhi kararter dasar dari bayi yang dilahirkan.  Sebagian besar bayi yang lahir dari ibu yang depresi akan membawa sifat ini ketika dilahirkan.  Sifat ini akan terbawa sampai dewasa, kecuali dia mendapatkan sentuhan kasih sayang dan kebahagiaan dari pengasuhnya pada tahun-tahun pertama. 

Nah, karakter nya dimana? Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini.
Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu proses yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari.  Dalam perkembangannya, karakter  sangat dipengaruhi oleh  pendidikan dan lingkungan. 

Nabi Muhammad SAW, memiliki empat  karakter dalam dirinya.  Yaitu : sidiq (jujur) , amanah (dapat dipercaya), fatonah (cerdas) dan tabliq (menyampaikan).  Inilah yang disebut holistic karakter, karakter yang utuh/menyeluruh.  Tidak banyak yang bisa mengadaptasi keempat kararter tersebut secara sempurna.  Tapi setidaknya kita dapat menjadikan Nabi sebagai panutan utama dalam pembentukan karakter.

Karakter adalah bagian dari kepribadian.  Dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali kita, namun karakter tetap merupakan hasil pilihan kita sendiri.  Karakter adalah bagian kecil dari bermilyar-milyar komponen pelengkap diri kita.  Tetapi karakter adalah pondasi dasar bagi terbangunnya genersi yang tangguh.  Tanpa karakter kuat, seseorang tidak tahu mau kemana mengarahkan masa depannya.  Karena itu sangat penting bagi kita juga generasi muda bangsa ini untuk memahami karakternya sendiri dan juga karakter-karakter unggulan lainnya.  Mengabaikan pembentukan karakter sama saja dengan mengabaikan hak kecil yang sangat penting.  Sun Tzu menasehati : karena sepotong paku tanggal, lepaslah sepatu kuda. Karena sepatu kuda lepas, kuda pun jatuh terjerembab.  Karena kuda terjerembab, informasi tak sampai ke garis depan, pasukan kalah perang.  Karena kalah perang, akhirnya Negara jatuh dan dijajah asing.   Seperti paku itulah karakter.  Dan paku memang kecil, tapi membangun karakter adalah masalah  buuuesar….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar