Di
sekolah anak saya yang kedua, di kelas satu SMA, pembagian kelas mereka diseleksi
berdasarkan 4 tipe kepribadian . Seleksi
kepribadian didapatkan dari hasil
psikotes dan wawancara dengan psikolog. Sehingga
terbentuklah empat kelas :
1.
Kelas Koleris : berisi murid-mirid dengan tipe pribadi
yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya
sendiri.
2. Kelas Sanguinis
: yang terdiri dari murid-murid yang suka dengan hal praktis, happy dan ceria
selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Kelas Phlegmatis
: terdiri dari murid-murid yang suka bekerjasama, menghindari konflik,
tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Kelas Melankolis
: terdiri dari murid-murid yang suka
dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat
disukai.
Awalnya saya
merasa aneh dengan pembagian kelas semacam ini.
Karena saya tidak dapat membayangkan bagaimana hebohnya kelas anak-anak sanguinis dan betapa senyapnya kelas
anak phlegmatis. Tetapi setelah berjalan hampir enam bulan
saya baru melihat banyak perubahan positif yang terjadi pada anak saya yang plegmatis. Dia cenderung lebih terbuka, spontan, ceria
dan sudah bisa mengajukan sanggahan serta argumen. Kemajuan besar, karena biasanya anak kedua
saya ini cenderung pendiam dan menjadi pendengar yang baik.
“Gimana Nak, suasana
belajar di kelas phlegmatis ?”
“Sangat sangat tenang Ma.
Sampai gurunya aja ndak tahu muridnya sebenernya sudah paham atau
belum…..hehe. Kalau ada kesempatan
disuruh bertanya ada sih beberapa yang angkat tangan. Ternyata cuma mau ijin mau ke belakang”
“Hahaha”, saya
ikut terbahak-bahak membayangkan betapa membosankannya menjadi guru di kelas itu.
“Kalau di kelas Sanguinis
gimana ?”, tanya saya penasaran
“Waaah, kalau kelas itu sih, super heboh. Ramainya sampai kedengeran dari kelas
sebelah. Yang paling serius kelas Melankolis, banyak pertanyaan. Tapi yang paling alot ya kelas Koleris,
semua pengen jadi ketua kelas….haha”.
Waaah…. Seru juga ternyata berada diantara teman-teman
dengan tipe kepribadian yang sama. Dari
sini saya baru tahu ternyata dengan bersama dan mengamati teman yang setipe,
mereka baru benar-benar dapat mempelajari kepribadiannya sendiri. Sangat alamiah jika kita sulit melihat
kekurangan sendiri. Merasanya paling
bener, paling baik dan paling menyenangkan….. hehe pokok’e narsis pool. Segala yang jelek rasanya ndak ada hubunganya dengan diri
sendiri. Tapi dengan berinteraksi dengan
mereka yang memiliki tipe kepribadian yang sama,
maka kita dapat melihat sifat-safat mana yang paling nyebelin, bikin eneg dan bikin ndak nyaman orang lain.
Mungkin awalnya akan terasa tidak menyenangkan karena
tipe kepribadian yang sama lebih banyak kemungkinan untuk berbenturan. Karena itu biasanya kita cenderung tidak
memiliki teman dekat dengan tipe yang
sama. Tetapi dengan pengelompokan kelas
ini mereka dipaksa untuk berinteraksi secara intens dengan teman-teman yang tipe kepribadiannnya sama. Bergaul dengan teman yang setipe seperti layaknya bercermin. Seperti mengambil jarak dari diri sendiri,
untuk dapat menilai secara logis kelebihan dan kekurangan dari kepribadaian
kita sendiri.
Sifat yang paling kita benci, sesungguhnya juga kerap
dilakukan oleh orang-orang dengan tipe kepribadian yang sama. Dengan bersedia berkumpul dengan orang-orang
dengan setipe, maka kita akan tahu dan mencoba meminimalisir sifat-sifat
negatifnya sendiri. Setiap tipe memiliki
kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan
terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak
melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan
dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis
dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup
kerepotan.
Setiap tipe kepribadian walupun dapat dirumuskan
sifat-sifat dan laku bawaannya, tetapi sesungguhnya setiap individu tetap
unik. Setiap kita dengan tipe kepribadian
manapun, mempunyai pesonanya sendiri-sendiri.
Dan seperti halnya magnit, maka seseorang cenderung mengagumi kepribadian
yang berlawanan. Si melankolis biasanya
saling kagum dengan saquinis. Si koleris
akan bersahabat sejati dengan si plegmatis.
Tiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah
dari Tuhan sang pencipta saat manusia dilahirkan. Walaupun secara teori kepribadian dasar dari
seorang anak ketika lahir ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan
kondisi ibu pada saat bayi di dalam kandungan.
Karena itulah masa di dalam kandungan adalah sekolah paling dini yang
dilalui oleh manusia. Kondisi kejiwaan
dan emosional ibu sangat mempengaruhi kararter dasar dari bayi yang dilahirkan. Sebagian besar bayi yang lahir dari ibu yang
depresi akan membawa sifat ini ketika dilahirkan. Sifat ini akan terbawa sampai dewasa, kecuali
dia mendapatkan sentuhan kasih sayang dan kebahagiaan dari pengasuhnya pada
tahun-tahun pertama.
Nah,
karakter nya dimana? Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan
memperbaiki kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka
inilah yang disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun
dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang
sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang
membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah
pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan,
kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu
yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini.
Karakter
tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa
ditukar. Karakter harus dibangun dan dikembangkan
secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu proses yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak
lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari. Dalam perkembangannya, karakter sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan lingkungan.
Nabi Muhammad SAW, memiliki empat karakter dalam dirinya. Yaitu : sidiq (jujur) , amanah (dapat
dipercaya), fatonah (cerdas) dan tabliq (menyampaikan). Inilah yang disebut holistic karakter, karakter yang utuh/menyeluruh. Tidak banyak yang bisa mengadaptasi keempat
kararter tersebut secara sempurna. Tapi
setidaknya kita dapat menjadikan Nabi sebagai panutan utama dalam pembentukan
karakter.
Karakter adalah bagian dari kepribadian. Dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak
hal di luar kendali kita, namun karakter tetap merupakan hasil pilihan kita
sendiri. Karakter adalah bagian kecil
dari bermilyar-milyar komponen pelengkap diri kita. Tetapi karakter adalah pondasi dasar bagi
terbangunnya genersi yang tangguh. Tanpa
karakter kuat, seseorang tidak tahu mau kemana mengarahkan masa depannya. Karena itu sangat penting bagi kita juga
generasi muda bangsa ini untuk memahami karakternya sendiri dan juga
karakter-karakter unggulan lainnya.
Mengabaikan pembentukan karakter sama saja dengan mengabaikan hak kecil
yang sangat penting. Sun Tzu menasehati
: karena sepotong paku tanggal, lepaslah sepatu kuda. Karena sepatu kuda lepas,
kuda pun jatuh terjerembab. Karena kuda
terjerembab, informasi tak sampai ke garis depan, pasukan kalah perang. Karena kalah perang, akhirnya Negara jatuh
dan dijajah asing. Seperti paku itulah
karakter. Dan paku memang kecil, tapi
membangun karakter adalah masalah
buuuesar….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar