Jumat, 15 Januari 2010

Teman Khayal...

Anak saya yang kedua, Algi, punya teman khayal. Saya baru tahu kalau dia punya temen khayal pada saat dia sudah duduk di bangku TK. Yang Saya tahu dari anakku yang satu ini bahwa dia adalah anak super manis, tidak hanya raut wajahnya tapi juga semua tindak tanduknya. Ditengah kekalangkabutan saya dengan kehiperaktifan kakaknya, Si Algi selalu memberi kita sentuhan-sentuhan kesejukan dengan senyum dan perhatiannya.



Algi mempunyai kemampuan sosial yang boleh dibilang diatas rata-rata. Setiap ada saudara datang, maka dia yang pertama kali menyambut dengan senyum manisnya. Dari umur 5 tahun Algi sudah terbiasa menawarkan bantuan untuk orang-orang disekitarnya. Saya ingat waktu kelas 1 SD, dengan uang sakunya yang cuma seribu rupiah, dia bisa menolong beberapa orang yang menangis di kelas karena ditinggal oleh ibu-ibunya. Maklum baru penyesuaian di bangku SD. Setiap kali saya tanya, “Tadi jajan apa, Nak ?”. “Ndak jajan, mama karena di kelasku ada anak yang nangis. Jadi aku kasih aja uangku supaya dia ndak nangis lagi.” Atau kadang dia bilang “ Aku beli permen untuk dikasih ke temen-temen yang nggak bawa bekal”.



Kadang saya berpikir inilah yang disebut “Allah menguji kita sesuai dengan kemampuan kita”. Algi adalah semua kebalikan dari sang kakak. Coba bayangkan sejak umur 3 tahun dia sudah mulai bisa mandiri. Begitu mudahnya merawat Algi. Makan bisa dia lakukan sendiri, memilih baju dan keperluan tetek bengek lainnya bisa dia tangani di usia yang masih balita. Dan ketika sudah duduk di kelas 3 SD, jadwal hariannya juga membuat saya terkagum-kagum. Anak sekecil itu sudah bisa bangun malam untuk meneruskan mengerjakan PRnya atau sekedar membaca buku yang terlewatkan di siang hari. Terkadang dilanjutkan dengan mengikuti kami sholat malam. Algi juga mengambil alih tugas pengasuhan saya kepada sang adik hampir 30 %. Dari mulai mengawasi PR adik, mengawasi makan siang adik di sekolah, mengontrol sholat adik dan menemani adik di setiap kesempatan. Subhanallah…Algi adalah gambaran ideal seorang anak….Alhamdulillah.



Algi dengan teman khayalnya bisa bermain berjam-jam dengan atau tanpa teman dengan asyiknya. Algi yang emosinya sangat stabil seolah-olah ada yang membisiki dirinya dengan kalimat-kalimat yang menyejukkan hati. Algi yang selalu tergerak untuk berbuat baik kepada orang disekitarnya. Kebaikan yang dilakukan Algi, terkadang seolah-olah tidak mungkin keluar dari nalar seorang anak kecil. Seperti ada yang selalu membisikinya ide-ide hebat untuk melakukan hal-hal baik. Algi yang selalu tenang, dan gembira dengan dirinya sendiri.



Pada saat TK, saya pernah melihat Algi asyik mewarnai sebuah gambar di teras belakang rumah. Pada saat menjelang magrib, hujan lebat dan petir sahut menyahut. Kakaknya sudah sibuk dengan bunyi-bunyian yang hiruk pikuk, untuk mendramatisir situasi supaya semakin gaduh. Algi tetap bahagia dengan dirinya sendiri.



Setelah memberi pengertian sedikit kepada sang kakak untuk meredam gejolak hatinya, saya mencoba mendekati Algi. ” Sedang apa, sayang?”. ” Mewarnai ini, Ma. Tapi yang sebelah sini yang mewarnai temenku”, katanya. Deg.....ditengah suasana yang mulai temaram dan soundtrack suara petir yang memekakkan telinga.....jawaban algi membuat merinding bulu kuduk saya.

”Temennya dimana sekarang?” tanya saya.

”Ada Ma....tapi dia nggak mau ketemu mama”, jawab Algi.



Saya tidak lanjutkan pertanyaan saya. Kepala saya sudah terasa tidak nyaman. Lebih baik segera saya bawa masuk anak manis saya ke dalam rumah.



Sejak kejadian itu saya tidak pernah ungkit-ungkit lagi keberadaan temen khayal si Algi. Tapi tetap dalam pantauan dan pengawasan saya. Khawatir ada hal-hal aneh yang terjadi. Tapi beberapa tahun lalu saya pernah tanyakan ke Algi,......dia bilang temennya pergi ikut nenek kakeknya ke Malang. “Dia sudah nggak betah di sini ma”. Saya tidak meneruskan pertanyaan saya, dan sejak saat itu saya tidak pernah lagi menanyakan keberadaan teman khayalnya.



Saya hanya sekedar penasaran saja membanding-bandingkan Algi dengan diri saya. Yang terpikir oleh saya apa bedanya temen khayal Algi dan temen khayal saya. Sejak saya pertama kali mengenal rasa gundah, saya secara sadar menggangkat salah satu sosok sebagai teman khayal saya. Dia adalah sosok yang saya ciptakan dalam imaginasi saya untuk selalu menghibur dan memberi dukungan pada saya. Sang sosok ini selalu berada di kubu saya, tidak pernah bersebrangan, tidak peduli apapun yang saya lakukan.



Dalam kondisi sesulit apapun, saya tidak pernah kehilangan senyum saya. Karena Sang Sosok akan berbisik pada saya ” Hai...you are a strong girl. Ayo tersenyum, tidak ada yang bisa kamu atasi dengan murung seperti itu”. Dan kalimatnya selalu mujarab. Saya selalu bisa membayangkan senyumnya dengan jelas. Dan selalu saya balas dengan senyum terindah yang saya miliki dan saya bagikan ke semua orang termasuk orang-orang yang menyakiti hati saya.



Ketika ada orang yang menjatuhkan mental saya, dengan kelakuan dan caci-makinya sekalipun.....saya masih bisa tersenyum. Karena Sang Sosok akan berbisik pada saya, ” It’s small thing, Lady. You are unbreakable. Duniamu tidak akan berubah dengan apa yang dia lakukan padamu”. Hooop, saya tanggap kalimatnya dengan jitu. Langsung masuk ke hati bagai tetes air madu ditengah dahaga.



Ahhh....nikmatnya hidup saya. Saya tidak pernah merasa sendiri.....karena teman khayal saya selalu setia menemani. Saya tidak pernah kehilangan semangat.....karena kata-kata Sang Sosok selalu diupgrade sesuai dengan kebutuhan saya.



Saya hanya berharap andai benar Algi mempunyai teman khayal, maka teman khayalnya adalah tidak bertuan, bener-benar teman khayal. Karena entah yang saya lakukan benar atau salah tapi teman khayal saya bertuan....antara ada dan tiada. Dialah sosok idola saya. Saya tidak pernah tahu tuannya ada dimana. Berpuluh-puluh tahun saya berteman dengan bayanggannya dan tidak ingin mencari dimana tuannya.



Setelah berpuluh-puluh tahun berteman dengan teman khayal saya....kadang saya berharap bisa menemuinya di alam nyata. Karena selama ini saya hanya berteman dengan bayangannya yang black and white....sesuai dengan tipe TV jaman saya menggangkatnya menjadi Sang Sosok. Saya berharap suatu saat nanti teman khayal saya akan bangga dengan saya yang sekarang. Saya yang telah didampinginya berpuluh-puluh tahun,..... sekarang sudah menjelma menjadi sosok wanita seperti yang dia inginkan.



Yang paling saya takutkan adalah ketika saya bertemu tuannya, Sang Tuan akan berteriak menyalahkan saya ” Saya tidak akan memaafkanmu, karena kamu telah mencuri bayangan saya”. Sampai hari ini saya belum dapat memikirkan kata maaf seperti apa yang akan saya sampaikan pada Sang Tuan.



Andai Sang Tuan bisa diajak untuk bernegosiasi, saya akan melamarnya lengkap dengan hantaran dan peningset.....agar Sang Tuan mau menjadi sahabat saya seperti bayangannya yang telah setia mendampingi saya berpuluh-puluh tahun.



Duuuuh...apa yang akan saya lakukan andai Sang Tuan tidak berkenan. Masih ada satu opsi lagi.....dengan ekspresi paling memelas yang saya punya, saya akan memohon , ”Jangan ambil hak saya untuk berteman dengan bayangan anda, Tuan”.



Andai tidak berhasil juga negosiasi saya, maka saya akan tetap menjadi ”Strong women”, seperti yang selalu dia inginkan. Dan saya akan kembali ke dunia saya, ....tetap dengan berjuta-juta terimakasih kepada Sang Sosok dan Tuannya yang telah membesarkan saya dan setia menemani saya berpuluh-puluh tahun. Dan teriring doa..............agar sang sosok dapat bersahabat dengan Tuannya seperti saya bersahabat dengannya berpuluh-puluh tahun, dalam motivasi, kesetiaan, persahabatan dan rasa damai.

Selasa, 05 Januari 2010

Belajar dari Ibrahim...

Dialah Ibrahim…
Sahabat Allah, pembangun jalan Musa, Isa dan Muhammad saw.
Simbul kemuliaan, martabat dan kesempurnaan manusia.

Setelah seratus tahun menjalani kenabian di tengah umat manusia, hidup sebagai pemimpin yang berjuang melawan kaum penyembah berhala, kaum jahiliah dan penindas..
Yang meraih kemenangan di semua front pertempuran dan berhasil dalam melakukan segala tanggung jawab.

Ibrahim telah menyerahkan hidupnya karena Allah, dan itulah sebabnya ia merasa sudah mematuhi Allah.

Tetapi untuk menjadi taat, dia harus menjadi bebas secara mutlak.
Kelemahan Ibrahim adalah perasaan cintanya kepada Ismail sang buah hatinya. Ismail Anaknya yang disayang, buah kehidupannya.

Karena kecintaannnya kepada Ismail maka Allah mencobanya dengan meminta Ismail. Dia harus memotong urat nadinya hingga ia tak bergerak lagi. Inilah yang Tuhan inginkan darinya.

Cobaan ini sungguh berat bagi Ibrahim.Lebih mudah baginya mengorbankan dirinya sendiri ketimbang putra semata wayang nya..yang telah dinantinya selama seratus tahun..pelipur dukanya..bunga hatinya..

Sebelum ia melaksanakan perintah itu, ia panggil Ismail buah cintanya.

Di Mina, di sebuah sudut yang sepi, Ibrahim berbicara kepada anaknya. Langit semenanjung Arabia tak sanggup menyaksikan percakapan yang bersahabat antara seorang bapak dan anaknya yang telah dinantikannya selama seratus tahun. Percakapan yang intim namun menyedihkan.

"Ismail anakku, aku telah bermimpi dan dalam mimpi itu aku menyembelihmu", ia mengucapkan kata-kata itu begitu cepat hingga ia pun tak dapat mendengarnya. Kemudian ia membisu lagi, tak kuasa ia menatap Ismail.

Ismail menyadari apa yang sedang berkecamuk dalam hati ayahnya..dan ia menenangkannya denganberkata " Ayah, patuhilah dan jangan ragu-ragu untuk memenuhi perintah Tuhan Yang Maha Kuasa.. Engkau juga akan mendapati diriku sebagai orang yang patuh dan dengan pertolongan Allah aku dapat menanggungnya"....

Ismail sang pemberani yang menerima kehendak Allah, tampak begitu tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

Pisau telah tertempel di leher Ismail, Ayah dan anak pemberani telah menyerahkan total kehendaknya kepada kehendak Allah.
Demi Allah..segalanya untukMu ya Allah....

Sebelum pisau menggores nadi Ismail...tiba-tiba seekor domba datang membawa pesan."Wahai Ibrahim, Tuhan tidak menghendaki engkau mengorbankan Ismail. Domba ini dikirimkan kepadamu sebagai tebusannya. Engkau harus melaksanakan perintah ini.

Allah Maha Besar.
"Tuhan telah memuliakan Ibrahim dan Ismail sampai pada taraf mereka menyerahkan total semua kehendaknya hanya pada kehendak Allah…..

Ini adalah kisah tentang kesempurnaan manusia dan keterbebasannya dari sifat suka mementingkan diri sendiri dan hasrat-hasrat duniawi.

Sebagaimana Ibrahim. engkau harus memilih dan membawa Ismailmu ke Mina.

Siapakah Ismailmu?
Apakah ia istrimu, suamimu, anakmu, pekerjaanmu, kecantikanmu, kekuasaanmu, cintamu, bakatmu, kepandaianmu…....
Engkau yang tahu ...Aku tidak tahu...
Tetapi pastilah hal-hal yang sangat engkau cintai sebagaimana Ismail yang sangat dicintai Ibrahim.

Jangan engkau sendiri yang memilih tebusan, biarkanlah Allah Yang Maha Kasih yang menentukan dan memberikannya kepadamu sebagai hadiah...

Subhanallah...Maha Besar Allah..Maha Kasih Allah... (diintisarikan dari Note di FB Dina Adityareni)