Selasa, 05 Januari 2010

Belajar dari Ibrahim...

Dialah Ibrahim…
Sahabat Allah, pembangun jalan Musa, Isa dan Muhammad saw.
Simbul kemuliaan, martabat dan kesempurnaan manusia.

Setelah seratus tahun menjalani kenabian di tengah umat manusia, hidup sebagai pemimpin yang berjuang melawan kaum penyembah berhala, kaum jahiliah dan penindas..
Yang meraih kemenangan di semua front pertempuran dan berhasil dalam melakukan segala tanggung jawab.

Ibrahim telah menyerahkan hidupnya karena Allah, dan itulah sebabnya ia merasa sudah mematuhi Allah.

Tetapi untuk menjadi taat, dia harus menjadi bebas secara mutlak.
Kelemahan Ibrahim adalah perasaan cintanya kepada Ismail sang buah hatinya. Ismail Anaknya yang disayang, buah kehidupannya.

Karena kecintaannnya kepada Ismail maka Allah mencobanya dengan meminta Ismail. Dia harus memotong urat nadinya hingga ia tak bergerak lagi. Inilah yang Tuhan inginkan darinya.

Cobaan ini sungguh berat bagi Ibrahim.Lebih mudah baginya mengorbankan dirinya sendiri ketimbang putra semata wayang nya..yang telah dinantinya selama seratus tahun..pelipur dukanya..bunga hatinya..

Sebelum ia melaksanakan perintah itu, ia panggil Ismail buah cintanya.

Di Mina, di sebuah sudut yang sepi, Ibrahim berbicara kepada anaknya. Langit semenanjung Arabia tak sanggup menyaksikan percakapan yang bersahabat antara seorang bapak dan anaknya yang telah dinantikannya selama seratus tahun. Percakapan yang intim namun menyedihkan.

"Ismail anakku, aku telah bermimpi dan dalam mimpi itu aku menyembelihmu", ia mengucapkan kata-kata itu begitu cepat hingga ia pun tak dapat mendengarnya. Kemudian ia membisu lagi, tak kuasa ia menatap Ismail.

Ismail menyadari apa yang sedang berkecamuk dalam hati ayahnya..dan ia menenangkannya denganberkata " Ayah, patuhilah dan jangan ragu-ragu untuk memenuhi perintah Tuhan Yang Maha Kuasa.. Engkau juga akan mendapati diriku sebagai orang yang patuh dan dengan pertolongan Allah aku dapat menanggungnya"....

Ismail sang pemberani yang menerima kehendak Allah, tampak begitu tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

Pisau telah tertempel di leher Ismail, Ayah dan anak pemberani telah menyerahkan total kehendaknya kepada kehendak Allah.
Demi Allah..segalanya untukMu ya Allah....

Sebelum pisau menggores nadi Ismail...tiba-tiba seekor domba datang membawa pesan."Wahai Ibrahim, Tuhan tidak menghendaki engkau mengorbankan Ismail. Domba ini dikirimkan kepadamu sebagai tebusannya. Engkau harus melaksanakan perintah ini.

Allah Maha Besar.
"Tuhan telah memuliakan Ibrahim dan Ismail sampai pada taraf mereka menyerahkan total semua kehendaknya hanya pada kehendak Allah…..

Ini adalah kisah tentang kesempurnaan manusia dan keterbebasannya dari sifat suka mementingkan diri sendiri dan hasrat-hasrat duniawi.

Sebagaimana Ibrahim. engkau harus memilih dan membawa Ismailmu ke Mina.

Siapakah Ismailmu?
Apakah ia istrimu, suamimu, anakmu, pekerjaanmu, kecantikanmu, kekuasaanmu, cintamu, bakatmu, kepandaianmu…....
Engkau yang tahu ...Aku tidak tahu...
Tetapi pastilah hal-hal yang sangat engkau cintai sebagaimana Ismail yang sangat dicintai Ibrahim.

Jangan engkau sendiri yang memilih tebusan, biarkanlah Allah Yang Maha Kasih yang menentukan dan memberikannya kepadamu sebagai hadiah...

Subhanallah...Maha Besar Allah..Maha Kasih Allah... (diintisarikan dari Note di FB Dina Adityareni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar