Senin, 28 Juni 2010

Hati sebagai CerMin....

Sungguh unik kejadian kita sebagai manusia. Kita bukan seperti malaikat, yang hanya dikaruniai ketaatan. Dan bukan pula seperti setan, yang sepanjang usianya adalah bentuk dari kelaknatan. Manusia dikarunia akal dan ruh, yang selalu disuguhkan padanya untuk memilih antara jalan ketaatan dan jalan kefasik’an. Jadi di sepanjang usia yang dilalui oleh manusia adalah penuh dengan pilihan-pilihan untuk tetap pada ketaatan atau berpaling darinya. Dan setan seperti janjinya pada Robnya, dia akan melakukan segala daya upaya untuk menggoda manusia agar keluar dari ketaatannya.

Peristiwa ini seperti digambarkan oleh Abu Dzar Al Ghifari, “Hidupku, aku lalui dalam tiga fase. Fase pertama adalah fase dimana aku bergelimang dengan dosa dan segala kemungkaran. Dan aku tak ingin kembali ke dalam masa itu. Kedua, adalah fase yang paling membahagiakanku. Yaitu ketika aku menghadap yang mulia Nabiullah, untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan aku selalu merindukan masa ini, dimana diriku begitu bersemangat untuk meninggalkan segala kemungkaran menuju pada kemulyaan. Fase ketiga yang aku lalui sampe sekarang, adalah fase dimana aku selalu dihadapkan pada pilihan antara ketaatan dan kefasi’an.

Karena itulah mungkin kemudian orang membuat slogan bahwa “Hidup adalah pilihan”. Sebagai manusia kita mempunyai hak penuh atas pilihan-pilihan dalam hidup dengan berbagai resiko dan konsekuensi di dalamnya. Kita bebas memilih untuk menjadi sangat baik, sedikit baik, atau sangat jahat sekalipun.
Tapi sebelum menentukan pilihan, baiklah jika sejenak kita simak firman Allah berikut,“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang pada diri mereka ” QS 13:11. Allah tidak pernah menakdirkan sesuatu pada hambanya, kecuali kebaikan. Seperti nukilan dari puisi Emha Ainun Najib berikut :

Maha Agung Tuhan yaang menciptakan hanya kebaikan
Maha Agung Ia, yang mustahil menganugrahkan keburukan
Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya
Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya tidak diterima
Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita
Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tidak dipelihara.

Jadi tidak ada yang ditakdirkan Allah pada manusia,kecuali kebaikan. Tidak ada yang digariskan kecuali kemudahan. Kitalah yang menjadikan semua masalah dan kehidupan menjadi rumit, dengan melakukan hal-hal yang seharusnya tidak kita lakukan dan tidak melakukan hal-hal yang seharusnya kita lakukan. Kita dengan sengaja, mengurangi kepekaan hati dalam menyeleksi perbuatan-perbuatan salah dan dosa. Seperti penggambaran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw., beliau bersabda, “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah segala hal yang mengusik jiwamu dan engkau tidak suka jika orang lain melihatnya.” (Muslim). Dan dari Wabishah bin Ma’bad ra berkata, ′Aku datang kepada Rasulullah saw., maka beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa yang karenanya jiwa dan hati menjadi tentram. Dan dosa adalah apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.”

Tidak selalu dorongan untuk melakukan kebaikan, mendominasi hati. Mungkin adakalanya suatu ketika kita merasa dorongan hati mengarah pada hal-hal yang salah. Itulah tantangan kita sebagai manusia. Sebagai hamba yang senantiasa terikat pada perjanjian dengan penciptanya. Mengikuti dorongan untuk melakukan sesuatu yang menjauhkan hati dari Illahnya adalah tindakan yang sangat bertantangan dengan kodrat penciptaan kita sebagai manusia. Dari sinilah asal muasal dari seluruh persoalan dan kerumitan hidup. Ketika Illah dan aturannya kita tinggalkan atau kita kesampingkan. Pada awalnya, mungkin pelanggaran kecil atau kelalaian yang tampak tidak berarti, tetapi semakin lama semakin besar dan menyesakkan hati. Seperti contohnya, ketika kita memutuskan untuk berbohong, maka runtutan di belakangnya adalah sederet upaya kebohongan-kebohongan yang lain. Yang tidak saja melelahkan jiwa tapi juga menguras tenaga dan pikiran.

Maka hati adalah rumah Allah. Rumah ini tidak akan baik, tidak akan kokoh dan tidak akan jujur, kecuali bila kita memperhatikan dan menyadari bahwa Allah selalu melihat kita. Maka apa yang akan kita lakukan jika Allah berkata,

Silahkan kalian bermaksiat, tapi jangan di bumi Allah
Silahkan kalian bermaksiat, tapi jangan lagi memakakan karunia Allah.
Dan silahkan kalian bermaksiat, asal jangan di dalam pengawasan Allah.....
Maka dimanakah,, kalian bisa melakukan maksiat ???

Dan ingatlah pula cerita, ketika Khidir meninggalkan Nabi Musa AS setelah Musa menentangnya sebanyak tiga kali. Khidir berkata, “Inilah perpisahanku dengan dirimu” (Al Kahfi: 78). Apakah kita masih bisa merasa aman dengan menentang Allah, jika membayangkan Allah akan berkata, “Inilah perpisahanku antara Aku denganmu”.

Maka tidak ada yang patut kita lalukan ketika hati berombang-ombing, kecuali kembali pada semua aturan Allah dan berpegang teguh pada Sang Penguasa Hati. Dengan menguatkan harapan melalui doa ,”Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbiy ‘alaa diinika wa’ala thoo’atika”..wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap konsisten dalam dien-Mu dan dalam menta’ati-Mu.”

Minggu, 20 Juni 2010

Jadilah seluas Laut.....

“Jadilah seperti laut, biarlah semua singgah dalam hidupmu... berdenting,, dan kemudian ditelan oleh kedalaman samudera dan ombaknya”...... nukilan kalimat ini, saya dapat ketika saya mengikuti relaksasi yang dilakukan dengan panduan seorang teman. Latihan sederhana itu adalah bagian dari acara silaturahmi yang diadakan bersama dengan teman-teman lama saya. Ternyata di dalam keceriaan acara hari itu, begitu banyak pelajaran yang sudah saya petik. Betul kata seorang teman saya, “Pelajaran, kita dapatkan seperti rejeki. Tidak terduga-duga dari mana datangnya”. Asal kita mau membuka hati, maka hati kita akan bertindak sebagai magnet yang akan menyerap pelajaran-pelajaran berharga dari sekeliling kita.

Kalimat sederhana itu seolah-olah merubah pola pikir saya. Bukan karena kalimatnya tentu. Karena saya sudah berkali-kali mendapatkan kalimat serupa di beberapa artikel. Malah saya pernah membagikannya pada beberapa teman dan beberapa milist. Tapi tidak seperti hari ini. Saya menerima kalimat tersebut seperti sebuah mukjizat. Mukjizat tentang sebuah kesadaran baru dan kemampuan baru bahwa “Kitalah kontrol atas segala pikiran, mood dan perasaan dalam diri kita sendiri”. Sebuah slogan klasik yang hampir semua orang sudah menghafalnya. Tapi saya yakin, melaksanakannya tidaklah semudah mengatakannya. Inilah mukjizat yang hadir, ketika kita sedikit saja melepas keangkuhan, merasa tak berilmu, dan membuka qolbu untuk menerima pelajaran.

Perasaan sebenarnya adalah refleksi dari apa yang kita fikirkan. Sehingga mengontrol apa yang boleh dan tidak boleh kita fikirkan adalah kunci dari pengendalian perasaan atau pengendalian “mood”. Karena otak kita dalam ketidakterbatasannya dalam menyerap informasi mempunyai sifat-sifat dasar sebagai berikut : (disarikan dari metode UniCom)

1. Seperti kaca pembesar

2. Seperti parabola

3. Memiliki pola

4. Tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata.

Otak bertindak sebagai kaca pembesar.

Apa yang dipikir berulang-ulang dan fokus, akan membesar dalam gambaran otak. Masalah kecil yang selalu kita fikirkan, bagi otak itu adalah masalah besar. Dan itu pula yang akan menjadi pengendali bagi perasaan dan mood kita saat itu. Oleh karena itulah tidak mengherankan jika banyak orang berselisih faham dan bersitegang hanya bermula dari hal-hal kecil. Hal-hal kecil yang dipersepsikan dan diperbesar oleh otak mereka masing-masing.

Seperti sebuah kenangan di masa lalu. Bukan kejadian-kejadian itu yang membuat kita menjadi gelisah, tetapi perhatian yang kita curahkan secara berlebihan terhadap kejadian itu yang membuat kejadian tersebut menjadi besar dan menguras pikir kita. Tanpa mendapat perhatian, kejadian-kejadian itu hanyalah bayangan masa lalu.

Otak bekerja seperti parabola

Otak juga bisa diarahkan untuk memfokuskan perhatian pada hal-hal tertentu. Pada hal-hal yang kita anggap penting untuk dipikirkan. Dan segera alihkan otak jika dia mengarahkan radarnya pada hal-hal yang tidak memberi pengaruh apapun pada kehidupan kita. Cemooh orang lain, urusan orang lain, hal-hal yang tidak dapat kita rubah, kejadian-kejadian yang sudah ber lalu, keluhan-keluhan, makian-makian, kebohongan-kebohongan......adalah contoh hal yang tidak selayaknya membebani otak. Jika radar otak mengarah pada hal-hal tersebut,maka kitalahlah satu-satunya penguasa dan pengendali yang dapat mengarahkan parabola otak kita.

Sebagai contoh jika pagi ini, pada saat sarapan bersama, putri kecil anda menumpahkan susunya persis di kemeja kerja anda. Ohhh... pasti bukan suasana yang menyenangkan. Tapi anda dapat memilih mana yang menjadi fokus dari fikiran anda. Susu yang tumpah atau anak anda yang menumpahkan susu. Atau ketika anda berangkat ke tempat meeting, tiba-tiba mobil anda diserempet motor dari sebelah kiri. Bukannya minta maaf, si pengemudi motor malah memamerkan seringainya. Menunjukkan arogansinya dan penindasannya terhadap anda yang tidak mungkin melakukan apa-apa di tengah kemacetan itu. Kemana fokus pikiran akan anda arahkan, pada mobil yang sedikit lecet atau pada mood dan konsentrasi anda untuk menghadiri meeting.

Susu yang tumpah, tentu akan dapat segera dibuat lagi. Baju yang kotor, juga segera dapat dicuci. Mobil yang lecet, juga bukan pekara yang sulit untuk di selesaikan di bengkel. Jadi saatnyalah untuk mengatakan “IT’S SMALL THING GUYS” untuk hal-hal sepele yang tidak perlu anda pikirkan. Jadikan kata-kata itu sebagai tombol “switch off” untuk hal-hal sepele untuk tidak mengganggu pikiran anda. Untuk mempermudah maka dapat kita buat tolok ukur. Setiap masalah adalah masalah kecil jika hal tersebut tidak akan mempengaruhi kehidupan anda satu tahun yang akan datang.

Seperti juga halnya parabola, otak juga hanya dapat menfokuskan diri pada satu hal pada satu kesempatan. Karena itu jadikanlah apa yang kita lakukan pada saat ini, selalu memberikan manfaat, memberi arti dan memberi kesan yang baik dengan selalu menerapkan konsep “Satu waktu untuk satu kesempatan”. Tidak ada gunanya kita melakukan perjalanan jauh untuk berekreasi bersama keluarga, ketika pikiran kita tetap tidak bisa melepaskan diri dari pekerjaan kantor dan segala permasalahannya. Kehadiran raga tanpa jiwa......bagi keluarga kita atau siapa saja yg sedang bersama dengan kita,, sama saja artinya dengan membawa boneka berkarakter seperti kita.

Otak memiliki pola

Setiap otak mempunyai pola pikir yang unik. Pola pikir adalah adalah proses yang aktif yang dilakukan oleh otak untuk memilah, mengartikan, serta memberikan makna pada informasi yang diterimanya. Benda berwarna kuning akan terlihat sebagai warna kuning pada penangkapan indra. Tetapi akan memberikan efek psikologis yang berbeda pada masing-masing individu. Pada sebagian orang tertentu akan merasa bersemangat ketika melihat warna kuning itu. Tapi pada sebagian orang dengan pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan dengan warna tersebut akan merespon warna tersebut dengan pola yang lain.

Kitalah pengendali mutlak terhadap pola kerja otak. Kita bisa ibaratkan otak kita sebagai televisi. Untuk dapat menikmati sajiannya, maka harusnya kitalah pemegang remote controlnya. Bisa anda bayangkan jika kita sedang menonton televisi dan remote controlnya dikendalikan oleh orang lain yang dengan seenaknya memindah-mindah salurannya secara tidak beraturan. Seperti itulah kira-kira otak yang dibiarkan tidak terkendali dan tidak memiliki pola, dia akan secara liar mengalihkan pikiran berganti dari topik satu ke topik yang lain secara acak. Sesaat tertambat pada satu perhatian tapi dalam sekejap berpindah ke perhatian yang lain. Malah di suatu saat, melaju kencang tidak terkendali, sehingga tidak jelas apa yang sedang dipikirkan.

Otak yang terpola bekerja tanpa kendali, akan menyebabkan kelelahan tanpa hasil. Sedangkan orang yang mampu memberikan perhatian penuh kepada satu hal dalam satu kesempatan, akan mendapatkan hasil optimal dalam setiap hal yang dikerjakannya.

Jadi jangan biarkan otak kita menjadi liar. Bergerak kesana kemari tanpa kendali. Di suatu saat ada di masa lalu dengan kesedihannya dan dalam hitungan detik beralih ke masa depan dengan ketakutannya. Kita bukannya tidak memikirkan masa lalu, kita hanya tidak mengingat-ingatnya. Dan kita bukannya tidak membuat rencana untuk masa depan, kita hanya tidak terperangkap pada apa yang akan terjadi masa depan. Kita hidup seratus persen di hari ini, maka kerahkankan semua kemampuan, daya dan pikiran kita hanya untuk hari ini. Hanya dengan seperti itulah kita bisa disebut benar-benar hidup.

Otak tidak dapat membedakan yang nyata dan yang tidak nyata.

Banyak orang yang tidak dapat melepaskan dirinya dari bayang-bayang kelam masa lalunya. Beberapa bayangan terasa sangat mencekam. Pada saat bayangan itu terlintas tanpa kendali di dalam otak,maka tubuh akan merespon seolah-olah kejadian itu benar-benar terulang kembali.

Yang lebih mengherankan, ada orang yang memonumenkan kenangan pahit masa lalunya. Ada seorang suami yang tetap menyimpan bangkai mobil yang telah menewaskan anak dan istrinya. Sepanjang tahun, dia mencoba untuk memperbaiki mobil itu. Upayanya sepanjang tahun itu, memberikan sedikit harapan. Dan dia menyukai itu.

Dan pada tanggal yang sama setiap tahunnya, dia akan menghancurkan kembali mobil itu, seperti gambarannya tentang kecelakaan yang merenggut nyawa orang-orang yang dia cintai. Setelah itu dia akan menangis sejadi-jadinya.....seolah-olah kecelakaan itu baru saja terjadi. Memory yang kuat tentang masa itu, menyebabkan tubuh merespon dengan respon yang sama dengan pada saat kejadian itu terjadi. Kesedihan, keputusasaan, sakitnya, termasuk ritme denyut jantung yang terpacu kencang, keringat yang mengalir deras dan air mata yang tidak terbendung. Semuanya seperti nyata terjadi kembali. NYATA. Otak benar-benar tidak dapat membedakan apakah ini nyata atau hanya kenangan yang diulang-ulang.

Dan banyak dari kita juga mengalami hal yang sama. Otak kita begitu senang mengembara. Kita seperti sedang berada di belakang kemudi sebuah mobil, tapi kita tidak punya kemampuan untuk mengendarainya. Mobil itu tetap harus melaju kencang. Dia berbelok ke kanan kekiri sesuai keinginannya sendiri. Mengerikan.....sangat mengerikan,,ketika sebagai pemegang kendali, kita tidak punya kemampuan untuk mengendalikan.

Banyak masalah sebenarnya adalah tidak nyata. Yang sebenarnya bisa diselesaikan hanya dengan sejenak melepaskan pikiran kita. Sejenak meletakkannya di luar diri kita, sehingga kita bisa memandangnya dan membedakan mana masalah yang nyata dan masalah yang tidak nyata. Masalah yang tidak nyata tidak membutuhkan penyelesaian, hanya diperlukan sedikit kemampuan untuk memilahnya dan melepaskannya.

Pikiran yang liar, akan menyebabkan tubuh bereaksi tanpa kendali. Denyut jantung akan terpacu dengan cepat secara tiba-tiba. Berbagai macam hormon diproduksi secara acak, untuk merespon permintaan otak untuk suatu kondisi yang tidak nyata. Ketegangan otot, kelelahan, meningkatnya tekanan darah, jantung berdebar-debar, berkeringat, sesak nafas sampai gatal-gatal akan menjadi reaksi lanjutan dari pikiran-pikiran yang dibiarkan liar tanpa kendali.

Karena itulah demi kesehatan tubuh dan jiwa kita, sejak sekarang mulailah belajar mengendalikan pikiran. Bersyukurlah untuk semua hal indah yang terjadi dalam hidup.biarkan dia hidup abadi dalam diri kita, untuk selalu memberikan reka ulang untuk semua semangat, keceriaan, kebahagiaan dan rasa damai. Dan buang segera segala sesuatu yang menyedihkan,memalukan,mengerdilkan dan sebua hal buruk.....segera setelah kejadian itu berlalu dari hidup anda. Anda cukup mengambil pelajaran dan hikmah darinya. Setelah itu, kunci dia rapat-rapat dalam peti memory anda.

Banyak manusia menangis

Karena mereka mengira akan kelaparan di hari esok

Mereka merasa akan tertimpa penyakit tahun depan

Mereka berpendapat dunia akan berakhir seratus tahun lagi

Sesungguhnya orang yang umurnya bukan di tangannya

Tidak boleh menggadaikan sesuatu

Dengan sesuatu yang tidak dipunyainya

Orang yang tidak tahu kapan dia akan meninggal

Tidak boleh menyibukkan diri

dengan memikirkan sesuatu yang belum datang !

Tinggalkan urusan besok sampai datang waktunya

Jangan anda tanya kabarnya

Dan jangan anda tunggu-tunggu kehadirannya

Karena anda sedang sibuk dengan hari ini

Jadikan hari-harimu bahagia selalu.

(Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah)

Selasa, 01 Juni 2010

TaWakal sebagai KeKuatan...

Nabi Muhammad SAW, dalam suatu kesempatan pernah menanyakan kepada para sahabat, “Maukah kalian aku beritahu kekuatan terbesar manusia”. “Mau ya Rosul”, sahut para sahabat. “Ketahuilah bahwa kekuatan tersebar manusia adalah ketika dia berserah diri kepada Allah”.

Saya mendapat banyak pelajaran ketika ada kerabat yang telah didiagnosa terkena kanker servik stadium 3. Segala upaya telah dilakukan. Dan setelah pengobatan selama hampir 6 bulan, pihak RS menyerahkan perawatan pasien kepada keluarga. Kami semua sudah paham dengan isyarat dari pemulangan tersebut. Upaya berobat jalan, masih tetap diupayakan. Tetapi disamping itu, kami lebih banyak menitik beratkan pada penyerahan masalah penyembuhan ini kepada Allah. Dalam sisa harapan kesembuhan maka dilantunkanlah doa, “Ya, Allah jika mati adalah lebih baik bagiku, maka matikanlah aku dalam ridhoMu. Tapi jika hidup adalah lebih baik bagiku menurutMu,maka hidupkanlah hamba dalam kesehatan dan manfaat”. Dan dia akhir doanya beliau bernazar akan menyelesaikan hafalan Al Qur’an yang sempat terbengkalai, dan akan mengamalkan ilmunya tersebut di sebuah lembaga pendidikan di kampung halamannya.

Waktu demi waktu berlalu, kerabat saya memusatkan pikiran dan upayanya untuk menyesaikan hafalan Al-Qur’annya. Tidak lupa dengan senantiasa berdoa dan mengharapkan kasih dan mukzijat Allah atas kesembuhannya. Setelah 6 bulan berlalu, sungguh di luar dugaan.....rasa sakit yang dideritanya berkurang. Dan setelah dilakukan pemeriksaan ternyata sel-sel kanker telah menggalami penyusutan. Dan sampai hari, hampir 15 tahun setelah setelah itu, beliau masih bisa mengabdiakan ilmunya dalam konsidi sehat walafiat. Subhanallah.

Inilah inti dari kekuatan manusia. Tawakal atau berserah diri kepada Allah bukanlah akhir dari sebuah ikhtiar. Atau penutup dari semua upaya yang dilakukan. Walaupun yang sering kita saksikan adalah penggambaran dari kondisi tersebut. Ketika seseorang menderita sakit, maka segala upaya akan dilakukan mulai dari berobat ke dokter, berobat ke alternatif, pengobatan herbal dan lain-lain. Malah tidak jarang yang akhirnya pergi ke orang-orang pintar, paranormal atau juga dukun. Setelah melewati upaya yang panjang dan melelahkan dan belum juga menbuahkan hasil atau kesembuhan, maka tawakal menjadi pilihan terakhir.

Tentu bukan itu yang Nabiullah maksudkan. Tawakal bukanlah upaya terakhir. Tawakal adalah menyertai upaya dari awal hingga akhir. Sebenarnya tawakal adalah kekuatan dari sebuah upaya. Karena itulah mungkin kita bisa melihat bagaimana orang di kampung – kampung dengan fasilitas yang minimalis banyak melahirkan anak-anak berkualitas. Apa yang salah dengan pendidikan di perkotaan dengan fasilitas yang serba “wah” dan super lengkap. Dengan metoda pengajaran yang terencana dan biaya pendidikan setahun setara dengan biaya pembangunan satu lokal kelas di desa. Pastilah tidak ada yang salah dari seluruh benda mati yang disebut sebagai fasilitas. Tapi cobalah tenggok, kesombongan beberapa orang kota yang merasa bahwa fasilitaslah yang akan mendidik dan membangun anak-anak mereka. Ketika mereka mendapati anaknya bermasalah, maka memprotes lembaga pendidikan adalah upaya wajib yang pertama kali ditempuh. Dan tawakal sebagai upaya terakhir. Menggadu pada Allah, kenapa anak2 mereka menjadi demikian membebani.

Sedangkan bagi sebagian besar warga desa, yang karena keterbatasan ekonomi .....maka sekolah adalah kesempatan mewah. Satu-satunya pertimbangan dalam memilih sekolah buat memilih sekolah buat anak-anaknya, adalah kesesuaian dengan biaya yang dimiliki. Dan sejak awal proses pendidikan anaknya, orang tua mengiring mereka dengan doa sebagai kekuatan.

Saya teringat nasehat bapak mertua saya yang tinggal di sebuah desa di Cilegon. Beliau selalu tersenyum, jika kita mendiskusikan kriteria sekolah-sekolah yang layak untuk cucu-cucunya. Beliau selalu bilang, “Dulu Abah memilih sekolah untuk anak-anak, hanya dengan berdiri di depan rumah. Sekolah yang paling dekat jaraknya itulah sekolah yang dipilih. Setelah itu Abah serahkan semua kepada Allah”. S E D E R H A N A...... tapi itulah kekuatan. Kini kita bisa melihat betapa layak dibanggakannya ,, kesembilan anak-anak beliau.

MenCintai BaDai ......

Cintailah segala sesuatu yang menyebalkanmu. Cintailah apa saja yang dapat membuatmu menangis tersedu-sedu. Cintailah apa saja yang dapat membuat dadamu sesak terhimpit oleh perasaan marah dan kejengkelan yang meledak-ledak. Cintailah semua musibah, kehilangan dan berbagai macam bentuk tidakan yang tidak menyenangkanmu. Segala sesuatu yang mengeluarkanmu dari perasaan nyaman dan aman. Seperti kata Gandhi, “Saya suka pada badai. Karena dengan badai kita tahu kemampuan kita yang sebenarnya”.

Jadi mulailah mencintai badai. Mulailah belajar mencintai orang-orang yang menyebalkan. Mulailah belajar mencintai orang-orang yang paling tidak peduli dengan keberadaan kita. Mulailah mencintai mereka yang selalu meremehkan dan memandang rendah kita. Karena sesungguhnya melalui orang-orang dengan apriori tinggi terhadap kita itulah sebenarnya hati kita dikuatkan.

Perasaan nyaman, aman dan selalu diterima oleh lingkungan terkadang membuat kita lenggah bahwa banyak hal dalam diri kita yang masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak yang harus diperbaiki. Masih banyak cacat dan kekurangan yang sebenarnya bisa diperbaiki, tapi kita lupakan dan kita abaikan karena kita semua telah menerima kita apa adanya.

Penghormatan dapat mengelabuhi kita. Apa yang salah akan tampak benar demi penghormatan. Terkadang status dan kedudukan dapat membenarkan apa yang salah. Tidak jarang kita lihat, banyak dari para pemimpin menjadi begitu arogan dan kurang bijaksana karena tidak ada yang berani mengkritiknya. Lingkungan memfasilitasinya untuk menjadi semakin arogan dan semakin merasa benar walaupun dalam kondisi yang salah sekalipun.

Bersyukurlah jika kita sekarang dipercaya untuk menjadi pemimpin dan masih ada orang-orang yang berani dan mau menjengkelkan kita. Berani melakukan hal-hal yang dapat mengeluarkan kita dari perasaan nyaman dan terlindungi. Karena kondisi seperti ini akan semakin langka kita dapatkan, seiring dengan meningkatkan tingkat perekonomian, naiknya jabatan dan semakin tingginya kedudukan.

Pernah ada cerita hikmah yang terjadi pada masa Nabi Musa AS. Pada masa itu hiduplah seorang pencuri dan perusuh dalam masyarakat. Masyarakat sangat geram dengan perusuh ini. Sehingga suatu saat, sang perusuh dijebak. Dan akhirnya dia tertanggap basah sedang mencuri di salah satu rumah warga. Tak elak lagi, dia pun dihakimi massa. Dalam kondisi yang hampir tidak tertolong, datanglah orang bijak yang berkata,” Jangan bunuh pencuri itu, dia adalah wali Allah”. Semua tertegun, bagaimana bisa orang sebejat itu adalah wali Allah. Dan orang bijak itu menerangkan bahwa melalui kebejatan pencuri itulah warga diajari tentang pentingnya nilai-nilai kebajikan, kerjasama dan rasa syukur.

Karena itulah patutlah jika kita sebut bahwa apapun yang tidak menyenangkan dalam hidup kita adalah guru terbaik kita. Peristiwa-peristiwa yang menyebalkan, orang-orang yang arogan, orang-orang sombong, orang –orang yang mengintimidasi.....semua itu adakah guru bagi hati dan kehidupan kita. Termasuk apa-apa yang luput dari diri kita. Angan-angan yang tak pernah sampai. Apa yang luput dari kita mengajarkan kita betapa bernilainya sesuatu yang ada di dalam genggaman. Angan-angan mengajarkan kita tentang semangat dan keteguhan.

Karena sesungguhnya apapun yang menghiasi kehidupan kita hanyalah sekedar pernik-pernik. Kita kreator bagi pernak-pernik itu. Akan kita bawa kemana ?. kita simpan dimana ? kita bentuk menjadi apa ?. Sekumpulan pernik-pernik yang dibiarkan terserak dilantai dapat mencelakakan diri kita dan orang-orang yang kita kasihi.....karena dapat membuat orang tergelincir dalam ketidakwaspadaan. Tapi sekumpulan pernik-pernik akan menjadi kalung atau asesoris yang indah, jika kita luangkan waktu sedikit untuk berfikir kreatif menjadikannya sebuah karya. Maka dengan rangkaian manik-manik itu, kita akan tampil lebih cantik dan mempesona.

Jadi sebenarnya semua peristiwa adalah kebaikan. Hanya diperlukan jeda sejenak untuk berfikir, dari sudut mana kita memandangnya. Seperti kekaguman yang diungkapkan Nabi dalam hadistnya,”Sungguh unik peristiwa yang terjadi bagi orang mukmin. Semua adalah kebaikan baginya. Jika dia diberi anugrah, maka dia bersyukur....itu baik baginya. Dan jika ditimpakan baginya musibah dan dia bersabar.....itupun baik baginya”.

Maka tidak ada alasan untuk memulai hari dalam kondisi apapun kecuali dengan senyuman, rasa syukur dan tekad kuat bahwa hari ini adalah pengabdian dalam ketaatan dan pemberiaan manfaat sebesar-besarnya.