Selasa, 01 Juni 2010

TaWakal sebagai KeKuatan...

Nabi Muhammad SAW, dalam suatu kesempatan pernah menanyakan kepada para sahabat, “Maukah kalian aku beritahu kekuatan terbesar manusia”. “Mau ya Rosul”, sahut para sahabat. “Ketahuilah bahwa kekuatan tersebar manusia adalah ketika dia berserah diri kepada Allah”.

Saya mendapat banyak pelajaran ketika ada kerabat yang telah didiagnosa terkena kanker servik stadium 3. Segala upaya telah dilakukan. Dan setelah pengobatan selama hampir 6 bulan, pihak RS menyerahkan perawatan pasien kepada keluarga. Kami semua sudah paham dengan isyarat dari pemulangan tersebut. Upaya berobat jalan, masih tetap diupayakan. Tetapi disamping itu, kami lebih banyak menitik beratkan pada penyerahan masalah penyembuhan ini kepada Allah. Dalam sisa harapan kesembuhan maka dilantunkanlah doa, “Ya, Allah jika mati adalah lebih baik bagiku, maka matikanlah aku dalam ridhoMu. Tapi jika hidup adalah lebih baik bagiku menurutMu,maka hidupkanlah hamba dalam kesehatan dan manfaat”. Dan dia akhir doanya beliau bernazar akan menyelesaikan hafalan Al Qur’an yang sempat terbengkalai, dan akan mengamalkan ilmunya tersebut di sebuah lembaga pendidikan di kampung halamannya.

Waktu demi waktu berlalu, kerabat saya memusatkan pikiran dan upayanya untuk menyesaikan hafalan Al-Qur’annya. Tidak lupa dengan senantiasa berdoa dan mengharapkan kasih dan mukzijat Allah atas kesembuhannya. Setelah 6 bulan berlalu, sungguh di luar dugaan.....rasa sakit yang dideritanya berkurang. Dan setelah dilakukan pemeriksaan ternyata sel-sel kanker telah menggalami penyusutan. Dan sampai hari, hampir 15 tahun setelah setelah itu, beliau masih bisa mengabdiakan ilmunya dalam konsidi sehat walafiat. Subhanallah.

Inilah inti dari kekuatan manusia. Tawakal atau berserah diri kepada Allah bukanlah akhir dari sebuah ikhtiar. Atau penutup dari semua upaya yang dilakukan. Walaupun yang sering kita saksikan adalah penggambaran dari kondisi tersebut. Ketika seseorang menderita sakit, maka segala upaya akan dilakukan mulai dari berobat ke dokter, berobat ke alternatif, pengobatan herbal dan lain-lain. Malah tidak jarang yang akhirnya pergi ke orang-orang pintar, paranormal atau juga dukun. Setelah melewati upaya yang panjang dan melelahkan dan belum juga menbuahkan hasil atau kesembuhan, maka tawakal menjadi pilihan terakhir.

Tentu bukan itu yang Nabiullah maksudkan. Tawakal bukanlah upaya terakhir. Tawakal adalah menyertai upaya dari awal hingga akhir. Sebenarnya tawakal adalah kekuatan dari sebuah upaya. Karena itulah mungkin kita bisa melihat bagaimana orang di kampung – kampung dengan fasilitas yang minimalis banyak melahirkan anak-anak berkualitas. Apa yang salah dengan pendidikan di perkotaan dengan fasilitas yang serba “wah” dan super lengkap. Dengan metoda pengajaran yang terencana dan biaya pendidikan setahun setara dengan biaya pembangunan satu lokal kelas di desa. Pastilah tidak ada yang salah dari seluruh benda mati yang disebut sebagai fasilitas. Tapi cobalah tenggok, kesombongan beberapa orang kota yang merasa bahwa fasilitaslah yang akan mendidik dan membangun anak-anak mereka. Ketika mereka mendapati anaknya bermasalah, maka memprotes lembaga pendidikan adalah upaya wajib yang pertama kali ditempuh. Dan tawakal sebagai upaya terakhir. Menggadu pada Allah, kenapa anak2 mereka menjadi demikian membebani.

Sedangkan bagi sebagian besar warga desa, yang karena keterbatasan ekonomi .....maka sekolah adalah kesempatan mewah. Satu-satunya pertimbangan dalam memilih sekolah buat memilih sekolah buat anak-anaknya, adalah kesesuaian dengan biaya yang dimiliki. Dan sejak awal proses pendidikan anaknya, orang tua mengiring mereka dengan doa sebagai kekuatan.

Saya teringat nasehat bapak mertua saya yang tinggal di sebuah desa di Cilegon. Beliau selalu tersenyum, jika kita mendiskusikan kriteria sekolah-sekolah yang layak untuk cucu-cucunya. Beliau selalu bilang, “Dulu Abah memilih sekolah untuk anak-anak, hanya dengan berdiri di depan rumah. Sekolah yang paling dekat jaraknya itulah sekolah yang dipilih. Setelah itu Abah serahkan semua kepada Allah”. S E D E R H A N A...... tapi itulah kekuatan. Kini kita bisa melihat betapa layak dibanggakannya ,, kesembilan anak-anak beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar