Selasa, 01 Juni 2010

MenCintai BaDai ......

Cintailah segala sesuatu yang menyebalkanmu. Cintailah apa saja yang dapat membuatmu menangis tersedu-sedu. Cintailah apa saja yang dapat membuat dadamu sesak terhimpit oleh perasaan marah dan kejengkelan yang meledak-ledak. Cintailah semua musibah, kehilangan dan berbagai macam bentuk tidakan yang tidak menyenangkanmu. Segala sesuatu yang mengeluarkanmu dari perasaan nyaman dan aman. Seperti kata Gandhi, “Saya suka pada badai. Karena dengan badai kita tahu kemampuan kita yang sebenarnya”.

Jadi mulailah mencintai badai. Mulailah belajar mencintai orang-orang yang menyebalkan. Mulailah belajar mencintai orang-orang yang paling tidak peduli dengan keberadaan kita. Mulailah mencintai mereka yang selalu meremehkan dan memandang rendah kita. Karena sesungguhnya melalui orang-orang dengan apriori tinggi terhadap kita itulah sebenarnya hati kita dikuatkan.

Perasaan nyaman, aman dan selalu diterima oleh lingkungan terkadang membuat kita lenggah bahwa banyak hal dalam diri kita yang masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak yang harus diperbaiki. Masih banyak cacat dan kekurangan yang sebenarnya bisa diperbaiki, tapi kita lupakan dan kita abaikan karena kita semua telah menerima kita apa adanya.

Penghormatan dapat mengelabuhi kita. Apa yang salah akan tampak benar demi penghormatan. Terkadang status dan kedudukan dapat membenarkan apa yang salah. Tidak jarang kita lihat, banyak dari para pemimpin menjadi begitu arogan dan kurang bijaksana karena tidak ada yang berani mengkritiknya. Lingkungan memfasilitasinya untuk menjadi semakin arogan dan semakin merasa benar walaupun dalam kondisi yang salah sekalipun.

Bersyukurlah jika kita sekarang dipercaya untuk menjadi pemimpin dan masih ada orang-orang yang berani dan mau menjengkelkan kita. Berani melakukan hal-hal yang dapat mengeluarkan kita dari perasaan nyaman dan terlindungi. Karena kondisi seperti ini akan semakin langka kita dapatkan, seiring dengan meningkatkan tingkat perekonomian, naiknya jabatan dan semakin tingginya kedudukan.

Pernah ada cerita hikmah yang terjadi pada masa Nabi Musa AS. Pada masa itu hiduplah seorang pencuri dan perusuh dalam masyarakat. Masyarakat sangat geram dengan perusuh ini. Sehingga suatu saat, sang perusuh dijebak. Dan akhirnya dia tertanggap basah sedang mencuri di salah satu rumah warga. Tak elak lagi, dia pun dihakimi massa. Dalam kondisi yang hampir tidak tertolong, datanglah orang bijak yang berkata,” Jangan bunuh pencuri itu, dia adalah wali Allah”. Semua tertegun, bagaimana bisa orang sebejat itu adalah wali Allah. Dan orang bijak itu menerangkan bahwa melalui kebejatan pencuri itulah warga diajari tentang pentingnya nilai-nilai kebajikan, kerjasama dan rasa syukur.

Karena itulah patutlah jika kita sebut bahwa apapun yang tidak menyenangkan dalam hidup kita adalah guru terbaik kita. Peristiwa-peristiwa yang menyebalkan, orang-orang yang arogan, orang-orang sombong, orang –orang yang mengintimidasi.....semua itu adakah guru bagi hati dan kehidupan kita. Termasuk apa-apa yang luput dari diri kita. Angan-angan yang tak pernah sampai. Apa yang luput dari kita mengajarkan kita betapa bernilainya sesuatu yang ada di dalam genggaman. Angan-angan mengajarkan kita tentang semangat dan keteguhan.

Karena sesungguhnya apapun yang menghiasi kehidupan kita hanyalah sekedar pernik-pernik. Kita kreator bagi pernak-pernik itu. Akan kita bawa kemana ?. kita simpan dimana ? kita bentuk menjadi apa ?. Sekumpulan pernik-pernik yang dibiarkan terserak dilantai dapat mencelakakan diri kita dan orang-orang yang kita kasihi.....karena dapat membuat orang tergelincir dalam ketidakwaspadaan. Tapi sekumpulan pernik-pernik akan menjadi kalung atau asesoris yang indah, jika kita luangkan waktu sedikit untuk berfikir kreatif menjadikannya sebuah karya. Maka dengan rangkaian manik-manik itu, kita akan tampil lebih cantik dan mempesona.

Jadi sebenarnya semua peristiwa adalah kebaikan. Hanya diperlukan jeda sejenak untuk berfikir, dari sudut mana kita memandangnya. Seperti kekaguman yang diungkapkan Nabi dalam hadistnya,”Sungguh unik peristiwa yang terjadi bagi orang mukmin. Semua adalah kebaikan baginya. Jika dia diberi anugrah, maka dia bersyukur....itu baik baginya. Dan jika ditimpakan baginya musibah dan dia bersabar.....itupun baik baginya”.

Maka tidak ada alasan untuk memulai hari dalam kondisi apapun kecuali dengan senyuman, rasa syukur dan tekad kuat bahwa hari ini adalah pengabdian dalam ketaatan dan pemberiaan manfaat sebesar-besarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar