Kamis, 26 Mei 2011

Berbagi Cerita (1)

Tidak terasa 18 tahun sudah mendampingi ∂aη menggawal perkembangannya. Aahh, betapa cepatnya waktu berlalu. Sepertinya baru kemarin menimangnya dalam buaian. Mengejarnya dalam kecerian ∂aη kenakalannya.

Penuh dada ini dengan rasa haru. Genangan air mata hampir tak kuasa terbendung, menyaksikan upacara pelepasan di SMAnya.


Terlintas berbagai cerita yang tidak akan pernah terlupakan.  Masih tergambar jelas, bagaimana aktif ∂aη energiknya anak sulungku ini dalam setiap aktifitasnya. Sistim motoriknya sangat kuat ∂aη hampir tidak terkendali. Emosinya begitu labil ∂aη meledak2.


Ridho, adalah gambaran masa kecilku dengan perbedaan gender. Aku dulu juga sangat aktif ∂aη tidak terkendali. Si bungsu yg sangat manja, emosional, ∂aη keras kepala. Ibuku selalu bilang, "Saatnya kamu membayar hutang untuk semua kenakalan masa kecilmu". Aku hanya tersenyum mendengar itu. Walaupun selalu setelah itu, aku akan berbisik lembut pada ibu,"Ikhlaskan semua kenakalan masa kecilku ya Bu..".


Tidak ada yang menyangka, bahwa aku yang sangat manja dan jauh dr kemandirian akan berani menikah pada usia yang sangat muda. Ternyata Allah telah menulis skenarionya dengan sangat indah. Dia menghadiahkanku, Ridho yang hiperaktif. Ridho yg tidak pernah berhenti bergerak. Ridho yang bisa marah-marah ∂aη mengamuk tanpa sebab yang jelas. Ridho yang begitu peka dengan kegelisahan orang sekitarnya, yang selalu diresponnya dengan berbagai tindakan yang tidak terkendali.


Saat masih bayi, Ridho selalu menangis menjelang magrib. Bukan tangisan biasa. Tangisan histeris diselingi dengan hentakan badannya yang membuat kita panik. Tapi kepanikan ∂aη kegelisahan kita tidak akan mengatasi masalah. Hanya orang yang benar-benar tenang yang dapat menenangkannya. Beruntunglah aku masih memiliki tetangga-tetangga yang peduli. Merekalah biasanya yg membantuku menenangkan ridho.


Tapi dari pengalaman itu aku belajar, bahwa hanya pelukan yang berasal dari hati yg damai, penuh kasih ∂aη terkendalilah yang bisa menenangkannya. Saat itu, semua itu masih jauh dr karakterku. Tapi demi Ridho, aku harus belajar dengan cepat, untuk bisa mengendalikan perasaan, untuk selalu damai ∂aη penuh kasih.


Bisakah anda bayangkan, ketika umurnya 3 tahun ∂aη aku membawanya jalan-jalan di salah satu mall..... Ridho memecahkan bunga kristal mahal yang tidak ingin kubeli. Kejadian itu, meskipun harus membatalkan semua rencanaku belanja  hari itu.   Semua uang belanja telah teralihkan untuk membayar bunga kristal.  kondisi inipun tidak boleh membuat aku marah. Andai saat itu aku marah, maka akan ada 2 atau 3 peristiwa lagi yang tidak menyenangkan dibelakang peristiwa itu. Itulah Ridho, dia adalah guruku dengan kelebihan ∂aη kekurangannya. Ridho telah mendidikku untuk selalu mengedepankan logika, nalar ∂aη analisa,, serta selalu mengkerdilkan kemarahan. Dia adalah anak dengan kebutuhan khusus yang mengharuskan kita menjadi orang tua yang bukan biasa. Yang harus dapat menerimanya dengan seikhlas-ikhlasnya, sedamai-damainya, ∂aη selalu penuh kasih.


Masih teringat jelas juga berbagai keaktifannya yang sering kali secara tidak sengaja menyakiti orang lain. Terutama terhadap adiknya, Alghi. Pernah suatu kali Ridho bermain di belakang gorden ∂aη  sengaja menabrak Alghi yang duduk tidak jauh dari situ. Alhasil, dua benjolan sebesar telur puyuh menghiasi jidat sang adik. Duuuuhh, luluh hatiku. Melihat anak manisku tersakiti. Saya peluk Alghi erat-erat dengan derai air mata yang tak terendung ∂aη berkata pada Ridho (saat itu berumur 7 th), "Nak, andai ada orang yang menyakitimu seperti ini,, maka mama.lah yang akan pertama kali maju untuk membelamu. Begitu juga jika ada yang menyakiti adikmu, maka mama lah tameng buat kalian berdua. Tapi taukah kamu, apa yang harus mama lakukan ketika, yang menyakiti adikmu adalah kamu ? Mama bingung sayang. Hati mama terbelah-belah". Aku terus menangis sambil memeluk Alghi ∂aη mengobatinya. Sepintas kulihat  Ridho memperhatikan kami. Aku yakin, walau masih sangat belia, Ridho telah belajar banyak dari peristiwa ini. ∂aη aku juga yakin, air mataku telah mengiris hatinya.


Terlepas dari segala kenakalannya, anak tetaplah anak. Bagi anak, orang tua adalah malaikatnya. Tidak ada yang lebih membanggakan bagi seorang anak kecuali membahagiakan orang tuanya. Dan aku selalu yakini itu.  Serta menjadikan itu sebagai senjata untuk mendidik anak-anak seperti yang kita inginkan. Karena aku tahu, impian seorang anak, adalah menjadi superhero untuk ibu ∂aη bapaknya.


Anak-anak adalah perhiasan hatiku. Tidak terasa sebentar lagi Ridho sudah menjadi mahasiswa. Selama 3 tahun selalu bersama dalam rumah, saya melihat Ridho tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk memberikan pengabdian terbaik untuk Mama ∂aη Abinya. Hanya di awal tahun pertama ada riak-riak kecil, sebagai upaya penyesuaian dengan lingkungan di luar pesantren. Bagi Ridho, melayani kami orangtuanya adalah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Subhanallah,,, Allah benar-benar menuliskan skenarionya dengan indah. Tidak ada lagi bayangan kenakalan ∂aη kepanikan mengamati perkembangannya. Sekarang, Ridho adalah sosok yang kuat, penuh semangat, ceria ∂aη menyenangkan. Dia telah membuktikan bahwa dia telah berhasil menjadi superhero untuk Mama ∂aη Abinya.


Ridho begitu suka memuji. Dia melakukannya dengan spontan. ∂aη dia selalu berhasil membuat kami bahagia. Hampir setiap pulang sekolah, dia akan meneriakkan salam ∂aη memanggilku. Kadang langsung bercerita atau hanya sekedar mencium tangan. Dia lebih banyak membawa pertanyaan daripada cerita. Terkadang diselingi dengan semangat yang meledak-ledak.  Aku terkadang  dibuat kewalahan dengan pertanyaan-pertanyaannya. Beberapa kali saya hubungkan dengan beberapa teman yang kompeten untuk menjawab pertanyaannya melalui telpon.


Suatu hari, sepulang ujian sekolah (UAS), Ridho menghampiriku ∂aη berkata, "Makasih ya mah, untuk selalu ada ketika aku pulang sekolah". Oooohh,, lunas sudah rasanya semua kelelahan ∂aη perjuangan dalam membesarkannya. Dan sejak itu aku semakin bangga untuk mengakui bahwa aku adalah "the full mother".


Terimakasih Nak. Kalian adalah keajaiban bagi Mama. Kalian adalah guru ∂aη inspirasi Mama. Karena kalianlah, hidup Mama sungguh berwarna ∂aη berarti.
I love you so much...