Sabtu, 30 Mei 2009

Ujian Cinta

Setiap orang akan diuji dengan cintanya mungkin lebih tepat ketika dinasehatkan kepada dua sejoli yang kasmaran. Tapi mari kita coba tenggok dari sudut pandang yang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita menemui orang yang ditimpa berbagai musibah yang notabene adalah menimpa orang atau hal-hal yang dicintainya. Ada orang tua yang bekerja keras untuk masa depan anaknya, ketika besar, anaknya selalu menjadi ujian baginya karena berbagai kenakalan dan ketidakpatuhannya. Ada orang yang giat bekerja, jujur dan sangat semangat diuji dengan kehilangan hartanya. Ada yang bangga dan mencoba bekerja sebaik mungkin untuk jabatannya, tapi malah kehilangan jabatannya karena fitnah yang dilakukan teman baiknya sendiri. Ada orang yang cinta sekali dengan keluarganya diuji dengan keretakan rumah tangganya. Ada istri yang diuji dengan perilaku suaminya atau sebaliknya suami yang diuji dengan karakter dan tabiat istrinya…..yang sebenernya adalah orang2 yang paling mereka cintai.

Banyak sekali cerita-cerita yang kadang kita dengar sendiri dari orang-orang terdekat kita, yang sebenarnya berkenaan dengan ujian cinta. Ujian tidak hanya berupa musibah dan bencana. Rasa gundah adalah bentuk ujian terkecil yang ditimpakan pada manusia. Terkadang masalah yang datang tidak dapat dipahami…Kenapa Allah memilih saya atau dia untuk mendapatkan masalah ini. Dalam kebuntuan kita mungkin lebih baik mengatakan bahwa masalah datang pada manusia seperti undian…siapa yang dapat undian , dia akan dapatkan masalahnya ......senang atau tidak.

Saya sempat berpikir….tidak mungkin Allah menimpakan sesuatu pada umatnya tanpa tujuan dan tidak pada sasaran yang tepat. Saya sempat mengulasnya beberapa kali dengan orang2 yang insyaallah paham masalah agama. Dan saya dapat kesimpulan yang disederhanakan menjadi seperti ini :

Allah menimpakan ujian pada sisi terlemah dari diri kita agar kita menjadi kuat. Kita menjadi lemah karena mancintai sesuatu terlalu berlebihan. Sedangkan Allah adalah pencemburu Dia tidak ingin kita mencintai yang lain melebihi cinta kita kepadaNya.
Ketika anak/istri/suami terlalu dicintai ,anak/istri/suami akan manjadi ujian. Jika harta/jabatan terlalu dicintai, maka harta/jabatan akan menjadi ujian.

Mungkin kita bisa lihat apa yang dikatakan Allah dalam At-Taubah 24:
Katakalah, ” Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rosulnya serta berjihad di jalanNya..........maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusanNya ” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Dengan peringatan itu....mari sejenak kita tenggok ke dalam hati kita adakah yang kita terlalu cintai, sehingga kita menyimpannya di sudut terbaik dalam hati kita dan menggenggamnya terlalu erat. Sehingga seolah-olah tidak akan ada yang bisa menggambilnya dari kita. Seolah-olah dengan cinta dan kekuatan yang kita miliki kita akan tetap bersamanya sampai kapanpun. Kita lupakan pemiliknya sebenarnya, yang seandainya Dia berkenan mengambilnya maka itu bukanlah hal yang sulit.

Karena cinta kita menjadi lemah. Coba kita perhatikan contoh sederhana ini : Jika anak tercinta meminta kepada kita sepatu baru. Sedangkan dia masih punya 5 pasang sepatu lain yang masih sangat layak pakai.....Apa kira2 yang akan kita lakukan?. Mungkin sebagian besar akan berfikir ” apa salahnya dibelikan, kan harganya tidak seberapa. Dan toh saya kerja juga supaya anak bahagia”. Maka sepatu baru akan menjadi koleksi sang anak yang ke-6. Dengan sepatu baru yang tidak seberapa harganya itu apa sebenarnya yang sedang kita abaikan. Kita mengabaikan nilai pokok pendidikan yang jauh lebih esensial untuk mempersiapkan anak kita menjadi generasi ungulan. Kita abaikan nilai kebersahajaan, kepedulian, tegang rasa. Dan mengedepankan egoisme, hedonis dan konsumtif. Yang kita abaikan adalah nilai2 besar yang kita kecilkan atas nama cinta. Jadi tidak salah jika berpuluh2 tahun kemudian baru kita sadari bahwa sebenarnya cinta kitalah yang telah membuat anak tercinta menjadi ujian.

Karena itu Allah tidak ijinkan ada cinta lain di dalam hati kita kecuali cinta kita kepadaNya. Cinta lainnya adalah bentuk dari pancaran cinta kita kepadaNya. Cinta kepada anak, istri/suami adalah sunatullah dan tempat kita menanam amal. Cinta kepada masyarakat, pada harta, pada perniagaan yang kita punya adalah sarana yang bisa kita pakai untuk lebih banyak berbuat agar kita layak mendapat cintaNya. Mudah2an kita selalu mendapat petunjuk untuk dapat mencintaiNya dengan sebenar-benarnya dan dapat saling mencintai karenaNya. Amin
.

God, Guide me to love You and........make me falling in love with You

Tidak ada komentar:

Posting Komentar