Pernahkah anda mendengar dongeng tentang katak kecil yang
tuli. Katak kecil yang berhasil mencapai
puncak menara hanya karena dia tuli. Semua
katak-katak yang lebih besar dan kekar tidak ada yang pernah berhasil mencapai
puncak menara. Rahasia keberhasilannya cuma
satu. Ternyata katak kecil itu tuliiiii….
Sehingga dia tidak pernah mendengar komentar-komentar negatif yang selalu
diteriakkan oleh penonton yang bisa melemahkan semangatnya.
Kalau saya tidak salah ingat, dongeng ini sudah pernah saya
tuliskan untuk sahabat saya ketika kami masih sama-sama duduk di bangku
SMP. Berarti sudah lebih dari 28 tahun
yang lalu. Cerita sederhana yang tetap
selalu bisa dipakai untuk menyemangati diri maupun orang lain untuk selalu maju
ke depan walaupun banyak orang yang berkomentar tidak menyenangkan.
Kemampuan tidak mendengar itu walaupun kelihatan sangat
sepele, ternyata juga butuh keahlian khusus.
Karena sebuah kesuksesan tidak diukur sebaik apa komentar orang lain
terhadap apa yang kita lakukan, tapi sebesar apa manfaat yang bisa dirasakan
orang lain terhadap apa yang sudah kita lakukan. Sudah menjadi hukum alam ketika ada kelompok
yang senang maka ada pula sekelompok yang mencibir. Pekerjaan yang mustahil adalah ketika kita berupaya
menyenangkan hati semua orang.
Itulah ajaibnya dogeng.
Efek yang ditimbulkan tidak mengenal batasan usia. Dogeng memberi motivasi dan nasehat dengan
cara yang indah. Mendongeng itu seperti
main-main. Mendongeng itu kadang cuma dilakukan
disela-sela waktu luang. Tetapi bagi
yang masih punya anak usia SD, jangan pernah menyepelekan kegiatan mendongeng
yang sederhana ini. Dulu ketika saya
masih sibuk bekerja di luar, saya hampir tidak punya waktu banyak untuk
mendongeng. Tetapi saya tidak kehabisan
akal. Saya beli kaset-kaset kosong dan
tape recorder kecil yang bisa dibawa-bawa dan disetel dimana saja.
Suara saya ketika membacakan dongeng saya rekam di 10 kaset.
Maka berkarier pun akhirnya tidak menjadi halangan untuk tetap bisa
mendongeng. Anak saya (sekarang usianya hampir
20th) masih suka memutar
kaset itu dan tertawa terbahak-bahak. Dan
jadilah kegiatan mendongeng di masa lalu itu bukti bahwa saya sangat-sangat
mencintainya.
Dogeng bagi saya mempunyai arti penting. Mendogeng adalah sarana untuk
peduli. Mendogeng bisa dipakai utnuk merangkum semua ungkapan
cinta, perhatian dan juga nasehat-nasehat.
Masa kecil saya juga penuh dengan dogeng-dogeng. Karena dogeng sampai saat ini saya selalu
peduli dan sayang hampir pada semua
hewan. Bukan hanya hewan piaraan, kodok
dan semut pun saya sayang. Dogeng pangeran
kodok membuat saya tidak mungkin menendang atau melempar kodok keluar jendela,
karena berharap suatu saat nanti masih ada kodok yang akhirnya berhasil menjadi
pangeran……haha.
Bagi anak perempuan, dogeng adalah dunia keduanya. Banyak sekali dogeng klasik yang menempatkan
perempuan sebagai tokoh utama. Walaupun di
awalnya penuh dengan perjuangan dan pengorbanan tetapi pada batas waktu
tertentu dia akan bahagia dan menjadi seorang putri.
Cinderela dengan sepatu kacanya. Walaupun hidup menjadi upik abu tapi karena bantuan ibu peri, dia berhasil
menemui pangerannya dan hidup berbahagia.
Atau Damar Wulan yang selendang dicuri dan akhirnya terpaksa menikah dengan
manusia. Walau harus hidup di dunia tapi
Damar Wulan tetap menjadi ratu di rumah si Joko Tarub. Hanya karena Joko Tarub tidak lagi menjaga
komitmen yang telah mereka sepakati, maka
mereka harus berpisah. Joko Tarub
menyesali kecerebohannya dan Damar Wulan kembali menjadi bidadari. Atau Timun Emas, yang dikejar-kejar buto ijo
tapi karena bekal senjata ajaib dari sang ibu, maka dia selamat.
Dalam dogeng semua yang baik pasti akan menang. Semua perjuangan pasti akan berhasil. Dan semangat itulah yang diharapkan menular dan
muncul pada diri anak-anak atau siapa saja yang membacanya. Dogeng selalu menempatkan keberanian untuk
memperjuangkan nasib. Mendobrak ketidak
adilan. Keluar dari kesengsaraan. Dan dogeng lah yang mengatakan dengan jelas
bahwa kebaikan selalu mengalahkan kejahatan.
Setiap yang salah akan terhukum oleh perbuatannya sendiri.
Jadi jangan berhenti untuk
mendogeng. Dan jangan pernah bosan
mendengar/membaca dogeng. Karena hidup
kita pun hanyalah seperti dogeng. Ketika
kita telah sampai pada alam baqa nanti maka lika-liku hidup yang sedang kita
lalui sekarang pun akan menjadi sepenggal dogeng. Jadi tetaplah bersemangat untuk melakukan
yang terbaik, perjuangan terbaik, perlawanan terbaik, penggabdian terbaik. Karena sesungguhnya kamera Allah tidak pernah
lepas merekam semua yang kita lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar