Selasa, 13 November 2012

Katak yang Tuli


Pernahkah anda mendengar dongeng tentang katak kecil yang tuli.  Katak kecil yang berhasil mencapai puncak menara hanya karena dia tuli.  Semua katak-katak yang lebih besar dan kekar tidak ada yang pernah berhasil mencapai puncak menara.  Rahasia keberhasilannya cuma satu.  Ternyata katak kecil itu tuliiiii…. Sehingga dia tidak pernah mendengar komentar-komentar negatif yang selalu diteriakkan oleh penonton yang bisa melemahkan semangatnya. 

Kalau saya tidak salah ingat, dongeng ini sudah pernah saya tuliskan untuk sahabat saya ketika kami masih sama-sama duduk di bangku SMP.  Berarti sudah lebih dari 28 tahun yang lalu.  Cerita sederhana yang tetap selalu bisa dipakai untuk menyemangati diri maupun orang lain untuk selalu maju ke depan walaupun banyak orang yang berkomentar tidak menyenangkan. 

Kemampuan tidak mendengar itu walaupun kelihatan sangat sepele, ternyata juga butuh keahlian khusus.  Karena sebuah kesuksesan tidak diukur sebaik apa komentar orang lain terhadap apa yang kita lakukan, tapi sebesar apa manfaat yang bisa dirasakan orang lain terhadap apa yang sudah kita lakukan.  Sudah menjadi hukum alam ketika ada kelompok yang senang maka ada pula sekelompok yang mencibir.  Pekerjaan yang mustahil adalah ketika kita berupaya menyenangkan hati semua orang.

Itulah ajaibnya dogeng.  Efek yang ditimbulkan tidak mengenal batasan usia.  Dogeng memberi motivasi dan nasehat dengan cara yang indah.  Mendongeng itu seperti main-main.  Mendongeng itu kadang cuma dilakukan disela-sela waktu luang.  Tetapi bagi yang masih punya anak usia SD, jangan pernah menyepelekan kegiatan mendongeng yang sederhana ini.  Dulu ketika saya masih sibuk bekerja di luar, saya hampir tidak punya waktu banyak untuk mendongeng.  Tetapi saya tidak kehabisan akal.  Saya beli kaset-kaset kosong dan tape recorder kecil yang bisa dibawa-bawa dan disetel  dimana saja.  Suara saya ketika membacakan dongeng saya rekam  di 10 kaset.  Maka berkarier pun akhirnya tidak menjadi halangan untuk tetap bisa mendongeng.  Anak saya (sekarang usianya hampir 20th) masih  suka memutar kaset itu dan tertawa terbahak-bahak.  Dan jadilah kegiatan mendongeng di masa lalu itu bukti bahwa saya sangat-sangat mencintainya.

Dogeng bagi saya mempunyai arti penting.  Mendogeng adalah sarana untuk peduli.  Mendogeng  bisa dipakai utnuk merangkum semua ungkapan cinta, perhatian dan juga nasehat-nasehat. 

Masa kecil saya juga penuh dengan dogeng-dogeng.  Karena dogeng sampai saat ini saya selalu peduli  dan sayang hampir pada semua hewan.  Bukan hanya hewan piaraan, kodok dan semut pun saya sayang.  Dogeng pangeran kodok membuat saya tidak mungkin menendang atau melempar kodok keluar jendela, karena berharap suatu saat nanti masih ada kodok yang akhirnya berhasil menjadi pangeran……haha.

Bagi anak perempuan, dogeng adalah dunia keduanya.  Banyak sekali dogeng klasik yang menempatkan perempuan sebagai tokoh utama.  Walaupun di awalnya penuh dengan perjuangan dan pengorbanan tetapi pada batas waktu tertentu dia akan bahagia dan menjadi seorang putri. 

Cinderela dengan sepatu kacanya.  Walaupun hidup menjadi upik abu  tapi karena bantuan ibu peri, dia berhasil menemui pangerannya dan hidup berbahagia.  Atau Damar Wulan yang selendang  dicuri dan akhirnya terpaksa menikah dengan manusia.  Walau harus hidup di dunia tapi Damar Wulan tetap menjadi ratu di rumah si Joko Tarub.  Hanya karena Joko Tarub tidak lagi menjaga komitmen yang telah mereka sepakati, maka  mereka harus berpisah.  Joko Tarub menyesali kecerebohannya dan Damar Wulan kembali menjadi bidadari.  Atau Timun Emas, yang dikejar-kejar buto ijo tapi karena bekal senjata ajaib dari sang ibu, maka dia selamat. 

Dalam dogeng semua yang baik pasti akan menang.  Semua perjuangan pasti akan berhasil.  Dan semangat itulah yang diharapkan menular dan muncul pada diri anak-anak atau siapa saja yang membacanya.  Dogeng selalu menempatkan keberanian untuk memperjuangkan nasib.  Mendobrak ketidak adilan.  Keluar dari kesengsaraan.  Dan dogeng lah yang mengatakan dengan jelas bahwa kebaikan selalu mengalahkan kejahatan.  Setiap yang salah akan terhukum oleh perbuatannya sendiri.

Jadi jangan berhenti untuk  mendogeng.  Dan jangan pernah bosan mendengar/membaca dogeng.  Karena hidup kita pun hanyalah seperti dogeng.  Ketika kita telah sampai pada alam baqa nanti maka lika-liku hidup yang sedang kita lalui sekarang pun akan menjadi sepenggal dogeng.  Jadi tetaplah bersemangat untuk melakukan yang terbaik,  perjuangan terbaik,  perlawanan terbaik,  penggabdian terbaik.  Karena sesungguhnya kamera Allah tidak pernah lepas merekam semua yang kita lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar