Rabu, 14 September 2011

Tompel Dosa..

Satu hal yang kusuka dari moment silaturahmi dan ngrubuk’an di rumah orang tua di kampung halaman adalah moment saling bertukar cerita dan bertukar buku bacaan. Karena keterbatasan ruang, maka biasanya hampir semua anggota keluarga yang menginap di rumah orang tua meletakkan buku bacaannya di ruang keluarga. Sehingga kita dapat dengan mudah melihat siapa dan buku apa yang dibacanya. Kami dapat saling bertukar pesan moral, hikmah atau hanya sekedar berbagi cerita lucu.

Sore itu Si Adek dengan bangga menunjukkan buku yang sedang dibacanya.
“Seru nih Kak.... analognya pas, bahasanya asyiik”
“Emang apa isinya ? “, tanya Si Kakak tanpa menggeser pandangannya sedikitpun dari buku yang dibacanya.
“Nihh dengerin ya ! Coba bayangin seandainya setiap dosa kita diwujudkan menjadi satu tompel yang menempel di permukaan kulit. Bisa kebayang kan berapa banyak tompel yang akan menutupi wajah dan badan kita dalam sehari. Kalau setahun......waaaaaaaa,, bisa penuh tuuh badan sama tompel. Lha.....kalau sudah puluhan tahun, pasti gak akan ada lagi orang ganteng dan orang cantik di bumi ini karena semua orang akan sama semua.......muka dan badannya item mirip kayak Shaun the Sheep.”
Hiiiiiiiiii.....”, imbuhnya sambil bergidig membayangkan semua orang menjadi item bulet karena penuh sama tompel yang bertumpuk-tumpuk. Cuma mungkin beberapa orang yang masih ingin tampil ‘modis maksa’, masih memakai mantel bulu warna-warni atau syal mahal yang halusnya mirip kulit domba beneran minus bau lebusnya pasti.

“hahahaha.....”, serempak Si Kakak dan kakak-kakak sepupunya tertawa ngakak dengan imajinasinya sendiri-sendiri, tentang tompel dan modifikasinya. Si Kakak sudah langsung membayangkan temen deketnya yang postur bawaannya dari sononya sudah bulet dan item. Jidatnya jadi terpaksa agak mengkerut mencari bayangan yang pas untuk Si Endut ini kalau tompel-tompel dosa itu juga harus memenuhi tubuhnya yang sudah tambun maksimal itu. Akhirnya dengan sedikit frustasi tanpa perjuangan, sang kakak pun mengajukan protes, “Gak seru....gak seru !!!!! masak semua orang bentuknya jadi sama. Kan notabene nggak ada orang yang nggak pernah melakukan dosa. Jadi semua orang jadi item-item semua dong. Apalagi kalau dosa-dosa kecil juga ikut diitung..... bisa penuh tuh badan”. Sambil otaknya tetap aktif berputar dan berfikir keras untuk mencari bayangan yang pas untuk teman-teman cewek di kampus yang sudah mulai ditaksirnya. “Waaah jadi ilfil nih, “ batinnya. Kebayang si Nina yang ayu dengan wajah imut dan kulit putih mulus, tapi hobbynya nggosip dan cari-cari kesalahan orang lain. juga si Nana, yang gak kalah cantik tapi paling doyan berburu cowo tajir buat diporotin. Apalagi si Nani yang item manis tapi ngomongnya pedes mulu. Lhaaa,,, tampang-tampang mereka ini akan jadi seperti apa kalau semua dosa-dosa kecil dan besarnya di tandai dengan tumbuhnya tompel-tompel dosa di seluruh badan. “Hiiiiiiii......,” sang kakak jadi ikut begidig kebayang bakal harus sabar menjomblo daripada pacaran sama cewek-cewek bertompel.


Hahaha, lha emangnya Si Kakak ini cuma membayangkan orang lain yang gampang melakukan dosa. Dirinya sendiri terlewat dari introspeksi. Pantaslah kalau kondisi iseperti ini diabadikan oleh sebuah pribahasa “Semut di seberang lautan tampak, Gajah di pelupuk mata tak tampak”. Ternyata sampai beratus-ratus tahun, pribahasa ini masih akurat. Hampir semua orang lebih mudah melihat kesalahan orang lain daripada melihat kesalahan diri sendiri.
“Ada terusannya nih....!!!,” kata si Adek. “Tapi Tuhan yang baik hati selalu memberi kesempatan kepada hambanya yang berbuat dosa untuk bertobat dan memohon ampun. Sehingga jika tobatnya diterima dan diampuni maka tompelnya akan hilang dan kulitnya mulus lagi”.

Duuuuh.... jadi ikut lega rasanya bisa membayangkan kembali si Nina, Nana dan Nani tampil cantik jelita, putih mulus dan ramping gemulai tanpa hiasan tompel-tompel dosa yang jorok itu. Tapi ya apa iya, si Nina, Nana dan Nina ini akan sering-sering inget kalau apa yang sering mereka lakukan adalah perbuatan dosa. Lha wong mereka sudah merasa nyaman kok dengan kebiasaan-kebiasaan dosanya itu. “Aduuuuh tobat dong tobat....”,kembali Si Kakak terganggu dengan bayangannya yang nggak cantik lagi.

Pantas aja kalau Nabi berpesan , “Semua (dosa) umatku akan diampuni kecuali orang yang berbuat (dosa) terang-terangan, yaitu yang melakukan perbuatan dosa pada malam hari lalu Allah menutup-nutupinya kemudian pada esok harinya dia bercerita kepada kawannya, ‘Tadi malam aku berbuat begini...begini...’ Lalu dia membongkar rahasia yang telah ditutup-tutupi Allah 'Azza wajalla ( HR. Abu Dzar)”, batinku. Halah,, kok nggak nyambung ya. Nggak papa wis yang penting maksudnya itu “Manusia itu tempatnya salah dan dosa tapi jangan sampai kita menjadikan dosa sebagai sebuah kebiasaan apalagi kalau sudah berbuat dosa, bangga lagi. Walah-walah lha kok keterlaluan banget. Gimana mau mikirin tobat kalau dosa menjadi sebuah target, prestise dan jadi ajang pamer karena berani bertentang-tentangan sama Allah. Hiiiii..... Audzubillahimindzalik.... Semoga kita terhindar dari sifat-sifat yang demikian.

Nggak sengaja Kakek yang sedang berkencan dengan buku bacaannya sendiri mulai tertarik dengan obrolan anak-anak remaja tanggung ini.
“Untung ya Allah sayang kita semua. Allah tidak menampakkan kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa kita kepada orang lain. tidak menyerupakan dengan tompel, bisul atau panu sekalipun. Orang yang dosanya segunungpun masih bisa pura-pura menjadi orang baik, Kyai atau orang suci sekalipun. Nggak pernah ada yang tahu. Semua dosa ditangguhkan pembalasannya sampai hari perhitungan kelak di padang Mashar. Hanya dua dosa yang balasannya dibayar kontan di dunia, yaitu durhaka pada orang tua dan berbuat dzalim. Dua dosa ini dibayar cash.....TUNAI”.

“Dzalim itu seperti apa sih Khai”, serobot si Adek buru-buru. Bukan karena antusias tapi lebih karena takut keburu lupa dengan pertanyaannya.

Dengan tersenyum teduh dan penuh kasih yang tidak dibuat-buat, Kakek yang selalu membuat kangen cucu-cucunya ini mencoba menerangkan. “Dzalim adalah melakukan perbuatan yang melewati batas terhadap jiwa, harta atau kehormatan orang lain. atau dengan bahasa yang lebih sederhana, dzalim adalah pelanggaran terhadap hak. Hak siapa saja, bisa hak orang lain, hak masyarakat, haknegara, hak lingkungan dan juga hak diri sendiri. Karena itu ketika kamu sekarang atau nanti berada dalam posisi yang lebih tinggi dari orang lain berhati-hatilah. Karena doa orang yang terdzalimi akan sampai ke langit tanpa perantara. Terdengar oleh Sang Penguasa Langit dan bumi tanpa penyekat dan penghalang. dan dikabulkan sebagai penebus kesedihan dan ketidak berdayaan mereka”.
“Waaah, pasti kalau orang dzalim tompelnya gedhe banget ya”, seru Adek sambil tetap begidig digelitik bayangannya sendiri.

Subhanallah itulah serunya silaturahmi. Kakek, Nenek, Bapak, Ibu, anak, Cucu bisa bertukar hikmah tanpa batasan. Cerita tompel pun jadi tetap terasa indah untuk disimpan menjadi memori penghias hati. Senyum teduh Kakek, senyum jahil si Adek dan pertanyaan-pertanyaan nggak mikir si Kakak pun menjadi warna yang membuat moment silaturahmi Lebaran ini selalu dinanti-nantikan. Selamat menanti Ramadhan dan Lebaran tahun depan....hehe


*Buku yang dibaca Adek : Allah Sayang aku kok, Edi Mulyono, Diva Pers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar