Selasa, 07 Februari 2012

Empati..

Kasus pemerkosaan semakin meningkat. Tidak saja di tempat-tempat yang sepi dan jauh dari keramain. Tapi juga terjadi di arena publik, di angkutan kota, di tempat kerja, di jalanan dan juga di pusat-pusat belanja. Perempuan semakin tidak aman, kejahatan semakin mengintai dimana-mana. Berita di media cetak dan media elektronik datang silih berganti. Berita tentang pemerkosaan yang satu tertumpuk dengan berita pelecehan yang lain. Sudah mirip dengan angin lalu. Masyakat sekedar membaca, ada yang apatis, ada sekedar berkomentar tanda simpati, ada yang mengurut dada dan ada juga yang mengutuk dan memaki-maki......setelah itu selesai. Dan berita itupun berlalu.

Tidak banyak yang mengingatnya sampai 2-3 bulan yang akan datang. Tapi tidak demikian halnya dengan kondisi korban yang mengggalami pelecehan atau pemerkosaan. Cerita pendek yang menimpa mereka adalah cerita kelam yang akan tersimpan seumur hidupnya. Sebagian korban, malah mengalami depresi berat yang hampir mengarah pada kegilaan dan keinginan untuk bunuh diri.

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan berdialong dengan salah satu korban pemerkosaan. Seorang gadis cantik yang jauh dari kesan perempuan nakal atau genit. Kita sebut saja gadis itu sebagai Mawar. Wajah putih mulusnya, pucat pasi tanpa ekspresi kegairahan sama sekali. Semangat hidupnya seperti tercabut sejak peristiwa naas itu.

Malam itu seperti malam-malam sebelumnya, Mawar selalu melalui basement itu untuk menuju ke tempat parkir motornya. Sudah hampir setahun dia melakukan hal yang sama. Dan dia merasa aman-aman saja di sana. Sepertinya lali-laki itu sudah mengincarnya sejak beberapa malam sebelumnya. Dia mengamati jam pulang dan jalan yang biasa ditempuh Mawar. Tiba-tiba di lokasi yang sepi, laki-laki itu menyergap dan menariknya ke salah satu lorong. Dia mengikat tangan, menyumpal mulut dan menutup mata Mawar. Dia memperkosa dan menganiaya Mawar selama hampir satu jam lebih.

Setelah peristiwa itu, keluarganya menghadap pimpinan tempatnya bekerja untuk mengajukan pengunduran diri Mawar. Karena mereka tahu, Mawar tidak akan pernah merasa aman lagi bekerja di sana.

Beberapa hari kemudian kami mengunjunginya dan membicarakan peristiwa itu. Saya bertanya kepadanya, “Bagaimana mungkin orang tega berbuat begitu padamu? Bagaimana dia sanggup melakukan tindakan sebiadab itu ?”.

Air matanya menggenang, mengingat peristiwa sadis itu. Kemudian dia menatap saya dan berkata, “ Bu, jika dia tahu apa akibat dari apa yang diperbuatnya kepada diriku dan jiwaku, maka dia tidak akan pernah mampu melakukannya”.

Jiwa besar gadis muda itu sungguh membawa pencerahan bagi saya. Dia membantu saya memahami mengapa seorang pria sanggup melakukan kekerasan. Kekerasan hanya terjadi jika tidak ada empati. “empati adalah hubungan emosional dengan apa yang dirasakan oleh orang lain”. Karena empati mendorong kita untuk memahami dan peduli dengan orang lain,hal itu akan mencegah kita menyakiti orang lain. Orang yang tidak memiliki empati yang cukup bukan hanya tidak merasakan penderitaan orang lain, dia pun tidak peduli jika dia menyakiti orang lain. Miskinnya rasa empati adalah sumber dari adanya tindak kekerasan dan kejahatan.(1)

Karena itulah saya ikut prihatin dengan komentar miring dari beberapa pejabat publik tentang pemerkosaan di angkutan umum. Mereka menganggap bahwa pakaian dan penampilan wanitalah yang menyebabkan tindakan pelecehan dan pemerkosaan. Walaupun saya seorang perempuan yang berbusana tertutup, saya tidak mendukung pernyataan tersebut. Kerena faktanya, pelecehan dan pemerkosaan tidak hanya terjadi pada perempuan-perempuan dengan busana yang minim. Mereka dengan busana yang sopanpun tidak otomatis aman dari kejahatan-kejahatan seksual.

Wahai sahabat saya para perempuan, hormatilah dirimu maka laki-laki akan menghormatimu.



(1) Stop Hurting The Women You Love, Charlie Donaldsan, MA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar